Sejak tadi Haejin yang duduk di kursi pojok terlihat sedang menatap tajam ke arah seorang gadis berbusana elegan yang berdiri tidak jauh dari tempatnya. Gadis itu sedang mengobrol dengan beberapa tamu yang datang, dan sibuk memperkenalkan dirinya sebagai tunangan dari Lee Juna kepada semua tamu yang dia jumpai.
Haejin tersenyum miring melihat gadis itu semakin besar kepala ketika tamu-tamu lain memanggilnya dengan sebutan nyonya Lee. Lagipula, kakaknya tidak pernah menganggap gadis itu sebagai calon istrinya.
Haejin berpikir keras, bagaimana caranya agar Kim Ara pergi dari acara ini. Jujur saja, Haejin sangat terganggu dengan gadis itu. Kalau bukan karena Yeongho mengundangnya ke acara peresmian ini, mungkin sekarang dia pasti berada di rumah sakit bersama Jaehwa yang sedang menjaga Jiyoung.
Hmm--- bagaimana caranya? Haejin memutar manik matanya ke sana dan kesini, sedang mencari ide.
"Harus apa? harus apa? harus apa?" gumam Haejin sambil mengetuk dagunya beberapa kali dengan jari.
Bibirnya menyeringai saat terpikir satu ide untuk membuat gadis itu pergi dari ruang acara. Hitungan detik kemudian dia sudah hampir mendekati Ara, dan...
Bugghhh!!
Haejin menabrak bahu gadis itu hingga membuat sirup merah yang dia pegang, membasahi dress yang dikenakannya. Terlihat kain bagian dadanya mulai transparan karena basah dan membuat semua mata para tamu menatap kearahnya dengan berbagai ekspresi. Wajah gadis itu perlahan memerah.
"LEE HAEJIN!!! APA YANG KAU LAKUKAN?!!" bentak Ara pada Haejin sambil menutup bagian yang transparan itu. Haejin tertegun seolah ikut kaget dengan apa yang dia perbuat.
"Maafkan aku. Tadi aku buru-buru ke toilet. Aku tidak sengaja." ucap Haejin dengan wajah polos seolah dia memang tidak sengaja.
"AKU TAU KAU SENGAJA!! LIHAT APA YANG KAU LAKUKAN INI!!"
Kena kau, Kim Ara. Lihat bagaimana kita memulai ini.
"Aku sudah bilang tidak sengaja. Lagian kau berdiri di depanku." balas Haejin santai.
"KAU SENGAJA MEMBUATKU MALU, HUH?" Ara membelalak, bola matanya seolah akan melompat dari sarangnya.
"Aku tidak ada maksud membuatmu malu, sungguh. Kau saja yang salah memakai busana, Nona. Ini bukan acara penghargaan tapi kau malah memakai pakaian seperti itu." ucap Haejin dengan nada bersalah sekaligus mengejek secara halus.
Wajah Ara merah padam saat terdengar tawa tertahan dari beberapa orang yang berdiri di sekitar mereka.
"Ada apa ini?" suara berat seorang laki-laki muncul dari belakang Haejin.
"Ayahh, bocah ini mengotori dress mahalku!" rengek Ara saat melihat Tuan Ahn yang baru saja datang.
"Aku tidak sengaja, Paman. Sungguh, aku minta maaf."
"Ya sudah, tidak apa-apa." ucap Tuan Ahn sambil tersenyum.
"TIDAK APA-APA? AYAH, DIA SUDAH MENGOTORI DRESS KESAYANGANKU!!" teriak Ara penuh emosi seraya menunjuk-nunjuk wajah Haejin.
"DIAM KIM ARA!! LEBIH BAIK SEKARANG KAU GANTI PAKAIANMU!" teriak Tuan Ahn membuat putrinya itu terbelalak.
Sudah pasti Tuan Ahn tidak akan marah pada Haejin, karena dia tidak ingin kalau laki-laki itu sampai mengadu pada kakaknya, Juna. Bisa-bisa putrinya batal menikah dan dia tidak jadi mendapatkan dukungan saham yang lebih banyak dari Lee Juna untuk perusahaannya.
Haejin sebisa mungkin menahan tawanya. Rencananya berhasil, sebentar lagi gadis itu akan pergi dari hadapannya.
"Aku tidak akan membiarkannya, sebelum dia bertanggung jawab!" geram Ara sambil mengambil segelas sirup dan menyiramkannya pada Haejin. Sebelum air merah itu mengenainya, Haejin sudah lebih dulu menghindar, dan membuat orang yang baru saja berdiri di sampingnya terkena siraman itu.
"J-Juna?" suara Ara gemetar.
Di hadapannya berdiri Juna dengan setelan jas yang sudah basah dan bernoda merah karena sirup. Laki-laki itu mematung melihat jas yang dia kenakan.
"Hyung, hyung tidak apa-apa?" tanya Haejin yang kali ini benar-benar merasa bersalah.
"Maafkan aku, sayang. Tadi aku ingin menyiram bocah kurang ajar ini!" Ara menunjuk-nunjuk wajah Haejin.
Suasana hening, lebih hening daripada saat Ara membentak Haejin tadi, hingga akhirnya suara ketukan sepatu Juna yang mendekati Ara memecahkan keheningan itu.
"Bisa kau enyah dari hadapanku? Aku muak melihat tingkahmu, Kim Ara. Dan kau tau bocah kurang ajar yang ingin kau siram tadi adalah Adikku?" ucap Juna datar.
"Tapi dia sengaja membuat pakaianku basah seperti ini, sayang." Ara merengek setengah mengadu.
"JANGAN MEMANGGILKU DENGAN SEBUTAN ITU!!" bentak Juna dengan tatapan tajam.
"Kau mengerti?" sambung Juna seraya melemahkan nada bicaranya.
Setelah berhasil membuat Kim Ara terdiam, Juna mendekatkan wajahnya ke telinga Haejin yang masih berdiri mematung.
"Jaga jarakmu dari dia, Tuan. Aku tau ini ulahmu." bisik Juna seraya membawa langkahnya keluar ruangan diikuti Yeongho di belakangnya.
Disaat semua mata sedang sibuk memperhatikan pertengkaran itu, tanpa ada yang menyadari, Haejin tengah berusaha mengulum senyumnya dan tidak berhenti tertawa dalam hati seraya melihat Ara yang sedang menatapnya dengan tatapan benci.
"Kita perlu bicara, Kim Ara!" ketus tuan Ahn sembari menarik tangan Ara yang tertegun ditempatnya berdiri.
Bibir Haejin tersenyum sangat-sangat tipis saat melihat punggung Ara dan Tuan Ahn perlahan menjauh.
Misi berhasil, kau sangat hebat Lee Haejin.
Apa kalian tahu? Haejin tidak akan pernah membiarkan kakaknya menikah dengan gadis yang hanya menginginkan hartanya saja, terlebih lagi gadis itu tidak pernah menerima Vano sebagai anak kakaknya.
•••••
Sementara itu Youra dan Renji baru saja akan beranjak dari meja mereka, tapi langkah mereka berdua terhenti setelah mendengar sapaan ramah dari meja sebelah.
"Kau?" ucap Renji tertegun.
Hyunseok tersenyum manis seraya memeluk Renji yang masih terpaku di tempatnya berdiri.
"Apa kabar Hyung?" tanya Hyunseok sembari melepas pelukannya.
"Baik." ketus Renji sama sekali tidak terdengar ramah.
"Wah lihat, siapa ini?" ucap Hyunseok sumringah saat melihat Youra yang berdiri di samping Renji.
"Pacar, Hyung?" tanya laki-laki itu seraya menilik Renji.
"Dia temanku,"
"Tapi lebih cocok menjadi pacar Hyung, loh." goda Hyunseok terkekeh. "Hyung sudah mau pergi?"
"Iya, aku harus mengantar temanku ke RUMAH SAKIT." jawab Renji sengaja menekankan dua kata paling akhir.
"Sebentar lagi dong, kan kita baru saja bertemu," rengek Hyunseok mencoba membujuk.
"Tidak bisa. Kami harus pergi sekarang." bantah Renji dengan nada sedikit meninggi.
"Hmm... begitu, ya. Ya sudah tidak apa-apa. Sepertinya Hyung benar, dia memang harus segera ke rumah sakit." ucap Hyunseok sambil tersenyum tipis.
Tanpa menggubris perkataan Hyunseok, Renji segera menarik tangan Youra berlalu dari hadapan adiknya.
"Sebaiknya memang harus dijaga seperti itu, hyung. Jangan sampai dia ikut menyusul Ibunya." Hyunseok menyeringai seolah puas dengan ekspresi Renji tadi.
Renji masih menarik tangan Youra keluar dari restaurant dengan terburu-buru. Sebisa mungkin dia harus membawa gadis itu menjauh dari sana.
"Renji!" panggil Youra lantas menghentikan langkahnya.
Renji ikut berhenti dan mulai sadar mereka sudah sangat jauh dari restaurant tadi, dan di sampingnya Youra melayangkan tatapan bingung.
"Kenapa menarikku terus?" tanya Youra seraya melepaskan tangannya dari Renji.
"M-maaf. Apa tanganmu sakit?" Renji memeriksa pergelangan tangan Youra.
"Tidak, tapi aku lelah mengikutimu sambil berlari tadi,"
"Maafkan aku."
"Renji!!! Sekarang aku ingat!! Itu adikmu yang ada difoto, kan?" tanya Youra antusias.
"Eh?"
"Laki-laki tadi, itu Adikmu kan?" Youra mengulang pertanyaannya.
"Iya, dia Adikku." jawab Renji sambil tertawa kecil.
"Kenapa kau buru-buru pergi?"
"Kau harus segera ke rumah sakit, kan? Nah itu, aku takut kita terlambat. Jalanan pasti macet seperti tadi," jawab Renji seadanya, berusaha mencari alasan yang tepat.
"Tunggu! sepertinya aku pernah melihat Adikmu selain di foto. Tapi di mana, ya?" Youra berusaha mengingat. Dia sangat yakin wajah itu pernah dia lihat sebelumnya, mungkin beberapa tahun lalu.
Tiba-tiba sekelebat bayangan dua orang muncul dalam ingatannya, sangat samar namun dia tahu dua orang itu berjenis kelamin laki-laki. Mereka sedang berbicara dengan Ayah dan Ibu Youra disebuah ruangan meeting perkantoran, lalu hitungan detik kemudian semuanya beralih pada insiden kecelakaan besar yang dia alami bersama kedua orangtuanya. Kecelakaan yang membuat ingatannya berantakan. Youra langsung mencengkram kuat kepalanya setelah rasa sakit kembali muncul, tubuhnya terhempas jatuh, lututnya melemah, dan pandangannya mengabur sebelum akhirnya gelap.
"Youra!!" teriak Renji spontan menangkap tubuh Youra sebelum kepalanya menyentuh lantai.