Chereads / Mafia : The Mafia Boss / Chapter 28 - [MTMB : 28]

Chapter 28 - [MTMB : 28]

"Kau di mana?"

Suara datar milik Yongju berhasil membuat bulu kuduk Hyunseok meremang.

"A-aku di mobil, ada apa hyung?"

Hening sejenak. Hingga akhirnya suara marah Yongju menggelegar di ujung sana memecah keheningan.

"Kau panggil aku apa barusan?" geram Yongju tidak terima.

Hyunseok gelagapan. Dia baru menyadari, apa yang membuat Yongju meninggikan suaranya.

"M-maaf, Boss." ucap Hyunseok terbata.

"Bagaimana berkas yang kuminta? Sudah dapat Email dari Joonwo?" tanya Yongju ketus.

"Sudah, Boss. Akan kukirimkan nanti setelah sampai di kantor."

"KAU BARU KEKANTOR SEKARANG? KAU SADAR INI JAM BERAPA, HUH?" suara Yongju meninggi lagi melebihi dua oktav.

"Tenang dulu, Boss. Aku baru pulang dari meeting penting dengan Tuan Minju,"

"Siapa dia?"

"Dia pemilik perusahaan kecil yang bersedia menginvestasikan seluruh sahamnya di Cerberus group." jawab Hyunseok sambil memelankan laju mobilnya karena lampu lalu lintas berubah merah.

Yongju terbahak, suaranya terdengar sangat puas dengan apa yang dia dengar, setidaknya itu bisa mengobati rasa kesalnya barusan.

"Bagus. Aku senang hari ini kau tidak idiot, Hyunseok. Ya sudah, kabari aku secepatnya!"

"I-iya Boss."

Hyunseok bisa mendengar Yongju terbahak lagi sebelum mematikan telepon. Dia mengepal tangannya, rasa muak karena terus diperlakukan semena-mena, membuat hati Hyunseok memanas.

Bibirnya mengetat marah. Kalau bukan karena ayahnya, dia tidak akan bekerja dengan laki-laki sombong seperti Yongju.

••••

Juna berada di bangsal bawah tanah markasnya bersama Changyi dan beberapa pengawal. Tatapan dendamnya tertuju pada laki-laki yang diikat para penjaga bangsal-- di sebuah kursi dengan luka tembakan yang menganga di kakinya.

Argghhh!!

Si Laki-laki berteriak keras saat Juna menendang kuat luka tembakan di kakinya. Laki-laki itu meringis keras dengan butiran keringan jagung yang menetes dari pelipisnya.

"Siapa yang membayarmu?" dengus Juna marah.

Laki-laki itu hanya diam, tidak menjawab sama sekali, hanya suara ringisan yang masih terdengar memenuhi kamar bangsal.

"Kau tidak mau menjawab pertanyaanku, huh?"

"Aku tidak akan memberi tau siapa yang membayarku," jawabnya lirih.

Juna terdiam sejenak, begitu juga dengan Changyi yang berdiri di belakangnya. Changyi sudah tahu, sesuatu akan segera terjadi sebentar lagi. Suasana hening itu dipecahkan oleh suara tawa Juna yang menggema di seluruh bangsal, kemudian dia tersenyum miring seraya meremas wajah orang di depannya.

"Baiklah, aku tidak akan memaksamu. Aku sedang baik hati sekarang. Jadi, akan kupercepat prosesnya," ucap Juna sambil melepas tangannya dan berbalik.

"Masukan dia ke ruangan eksekusi! Penggal kepalanya, lalu beri makan pada anjing-anjing liar di luar sana!!" titah Juna pada para penjaga bangsal dengan suara meninggi marah.

Laki-laki itu tersentak, dia berusaha melepaskan diri dari kursinya. Tapi bukan Juna namanya kalau tidak memiliki tali khusus untuk mengikat buruannya agar tidak kabur. Wajah laki-laki itu sangat panik, sementara kakinya terus mengeluarkan darah.

"Bukan aku yang mencelakaimu!! Bukan aku!!" histeris Si laki-laki kemudian.

Juna yang baru akan keluar dari bangsal, menghentikan langkahnya dan berbalik. Dia melihat tatapan laki-laki di depannya seolah memohon untuk tidak dibunuh.

Laki-laki itu menggeleng lemah, "Bukan aku yang mencelakaimu, Tuan Lee," ucapnya lirih.

"Kau pikir aku percaya setelah kau mengubah pernyataanmu?" Juna berdecih, "Jangan harap!"

"Aku memang dibayar, tapi bukan untuk mencelakaimu. Aku dibayar untuk membantu Tae Gu menyelinap ke parkiran restaurant dan menggantikan posisi Tae Gu kalau dia ketahuan. Dia berjanji akan menolongku kalau aku ditangkap oleh orang-orangmu, dan akan memberi sisa dari bayaranku,"

"Lalu?"

"Aku hanya membantunya menyelinap saja. Aku tidak ikut memotong kabel remmu, Tuan Lee. Itu semua Tae Gu yang melakukannya sendiri, aku tidak ikut campur." ucap Si laki-laki berambut cepak itu dengan nada panik.

Juna melayangkan tatapan kontradiktif kearah Changyi dan langsung diangguki paham oleh laki-laki berkulit sangat putih itu.

"Kau punya keluarga?" tanya Changyi pelan.

"I-iya aku punya. Aku punya istri dan satu orang putra, tapi tolong jangan ganggu mereka. Aku mohon,"

"Siapa namamu? Kau bekerja?"

"Namaku Yoo Jae. Aku seorang pengangguran, tapi Tae Gu berjanji akan memberiku uang kalau aku membantunya,"

Dari semua jawaban itu, tidak sedikitpun Juna mendengar kebohongan. Kepalanya mulai berdenyut lagi dan rasa mual yang luar biasa membuat kaki kokohnya limbung. Changyi refleks menangkap badan Juna sebelum dia benar-benar jatuh.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Changyi khawatir akan terjadi sesuatu pada sahabatnya itu.

"Aku harus segera istirahat," jawab Juna sambil memijat kepalanya.

"Ayo kembali ke rumah sakit sekarang." anjur Changyi.

Juna berbalik lalu melangkah keluar bangsal.

"Tuan Lee, maafkan aku. Seharusnya aku tidak bekerja sama dengan pembunuh seperti Tae Gu. Bahkan, dia tidak muncul disaat seperti ini. Kau boleh menghukumku, tapi tolong jangan ganggu keluargaku," ucap Yoo Jae seraya menundukkan kepalanya.

Juna menghela napas panjang,

"Lepaskan dia!" titah Juna tanpa menoleh.

Semua orang yang ada di bangsal, terkejut menatap kearah Juna. Changyi mengira Juna pasti sedang mengigau karena kepalanya sedang cedera.

"Kau bilang apa, Jun?" tanya Changyi memastikan.

"Lepaskan laki-laki itu!" Juna mengulang kalimatnya diiringi ringisan kecil.

Untuk pertama kalinya Changyi mendengar kalimat itu keluar dari bibir sahabatnya yang terkenal dingin itu. Selama ini yang dia tahu, Juna bukan orang yang akan melepaskan buruannya semudah itu setelah apa yang terjadi padanya.

𝘗𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘪𝘯𝘪 𝘦𝘧𝘦𝘬 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘤𝘦𝘭𝘢𝘬𝘢𝘢𝘯 - batin Changyi.

"Kau yakin? Apa kau mau istirahat dulu?"

"Aku tidak apa-apa, lepaskan saja dia," Juna menoleh kearah Changyi lalu beralih melayangkan tatapan perintah kepada penjaga.

"Kalian paham, kan?"

"Paham, Tuan." jawab dua orang penjaga lalu segera melepaskan tali yang melilit tubuh Yoo Jae.

"Aigo~ Changyi, kau harus mengantarku lagi ke rumah sakit sekarang!" titah Juna pada Changyi yang masih mematung di sampingnya.

Tepat sebelum Juna melanjutkan langkahnya, Yoo Jae menjatuhkan diri ke lantai lalu bersujud di belakang Juna.

"Terima kasih, Tuan Lee. Terimakasih sudah melepaskanku, aku akan melakukan apapun untukmu. Semua yang kau minta, Tuan Lee." ucap Yoo Jae sesenggukan.

"Apapun yang aku minta?"

"Iya, Tuan. Apapun itu,"

"Kalau begitu, jadilah Suami dan Ayah yang baik. Jangan menjual nyawamu pada pembunuh, kau tidak tau apa yang akan dirasakan keluargamu saat kau mati karena kesalahan orang lain. Lihatlah sekarang, psikopat itu bahkan tidak menolongmu sama sekali." ucap Juna seraya melanjutkan langkahnya dan diikuti Changyi.

Langkah angkuh itu menggema di seluruh koridor bangsal. Walaupun Si pemilik langkah masih terus memijat kepalanya yang berdenyut.

"Changyi," panggil Juna datar.

"Iya, aku di sini."

"Berikan pengobatan untuknya, dan bayarkan semua utang-utang itu. Aku rasa, dia memang benar-benar dalam masalah kritis,"

"Kau tidak mau mencari tahu kebenarannya dulu? bisa saja dia bohong,"

"Tidak usah, aku percaya. Setelah itu, berikan dia pekerjaan." titah Juna seraya mengetatkan sweater yang membalut ditubuhnya.

"Oke, Bos." jawab Changyi sambil mengangguk.

Juna melangkah masuk kedalam Lift setelah pintu kaca itu terbuka. Dia harus sampai di rumah sakit, sebelum kesadarannya hilang karena rasa denyut di kepalanya semakin menjadi.

"Kau ingin aku menyetir sendirian ke rumah sakit?" tanya Juna bingung melihat Changyi hanya diam di tempatnya.

"O-oh maaf, aku akan mengantarmu."