"Kamu bicara apa, Youra? Mana mungkin aku pemilik rumah sakit itu. Marga sepertiku sangat banyak digunakan, itu hanya kebetulan saja." elak Renji dengan reaksi yang sangat natural.
Youra mengangguk paham. Dia mulai menyadari, seharusnya dia tidak menanyakan itu pada Renji, sekalipun rasa penasaran terus menghantuinya. Matanya menatap Renji dengan lebih serius, dan terlihat jelas kantung menghitam di bawah mata laki-laki itu.
"YA RENJI! KENAPA MATAMU BERKANTUNG?!" pekik Youra membuat Renji tersentak. "Kamu harus istirahat sekarang,"
Renji yang semula terkejut, kemudian tersenyum.
"Baiklah, Nona, kamu juga harus istirahat. Kalau kamu butuh sesuatu, bangunkan saja aku." ucap Renji sambil membenarkan selimut yang menutupi tubuh Youra sebelum dia melangkah ke sofa. Youra juga sudah merasakan kantuk di pelupuk matanya karena efek obat yang diberikan dokter Yi tadi.
"Renji," panggil Youra dengan mata terpejam.