Chereads / Mafia : The Mafia Boss / Chapter 13 - [MTMB :13]

Chapter 13 - [MTMB :13]

Juna sedang berada di basement rumahnya bersama beberapa penjaga yang sudah berjaga sejak sore tadi. Dia sedang menunggu anggota mafia yang akan melakukan transaksi dengannya malam ini.

Bisnis lain dari seorang Juna adalah menjual persenjataan ilegal. Kebanyakan dari pembelinya selalu berasal dari luar kota, tapi tidak sedikit juga yang berasal dari dalam kota. Itu sebabnya dia sangat terkenal di dalam dunia hitam itu.

Walaupun demikian, dia tidak pernah menjual narkoba seperti kebanyakan penjahat. Dia hanya memasok senjata ilegal untuk siapapun yang membutuhkan persenjataan tanpa harus berurusan dengan pemerintah.

"Di mana mereka?" tanya Juna pada salah satu penjaga. Dia mulai bosan menunggu.

Tepat sebelum penjaga itu menjawab, sebuah mobil van hitam masuk ke dalam basement, lalu turunsekelompok orang berpakaian serba dari dalam mobil.

"Malam boss," sapa salah satu dari mereka yang memiliki badan paling besar.

"Kalian lama sekali. Hampir saja kutinggal pergi." protes Juna dengan wajah kusut.

"Maaf boss, ada razia mendadak di markas kami,"

"Jadi bagaimana? Aman?" tanya Juna dengan alis tertaut.

"Aman boss."

Juna mengangguk lalu meminta seorang penjaga menyerahkan senjata yang sudah komplotan itu pesan dengan jumlah banyak.

Orang yang sedang berbicara pada Juna tadi mulai mengecek satu-persatu senjata itu.

"Lengkap, boss. Ini bayaranmu." ucap orang itu seraya menyuruh beberapa orang di belakangnya untuk menyerahkan enam buah koper besar kepada para penjaga Juna.

"Sampaikan terima kasihku pada boss kalian. Hati-hati membawa benda-benda itu, jangan sampai ada yang mencurigai kalian."

Para komplotan itu kembali ke dalam mobil Van mereka bersama semua senjata yang mereka pesan, lalu keluar dari dalam basement.

"Tutup basement. Jangan sampai ada penyusup masuk ke sini lagi. Aku sedang tidak minat menghabisi orang." titah Juna sambil melangkah memasuki Lift.

Suara berisik dari ruang tengah mengalihkan perhatian Juna yang berencana akan masuk ke dalam kamar. Kakinya melangkah tegas ke arah sumber suara.

"Dari mana kau?" tanya Haejin saat Juna baru saja muncul di ruang tengah. Mulut laki-laki itu sibuk mengunyah cemilan yang dia ambil dari toples di atas meja.

"Menurutmu?" balas Juna saat sudah duduk di sebelah Haejin.

"Ke mana lagi kalau bukan "berjualan" alat pemburu babi," tebak Yeongho yakin.

Juna melepaskan jasnya lalu dia letakkan di atas sofa. Kemeja putih yang dia kenakan terlihat ketat, hingga menggambarkan muscle miliknya.

"Kau harus hati-hati, hyung. Di luar sana bisa saja ada yang memergokimu menjual benda-benda itu."

"Tenang saja, dia sudah biasa bertemu dengan orang-orang yang tidak sayang nyawa seperti mereka." timpal Jaehwa sambil melirik kearah Juna yang sedang melepaskan sepatunya.

Sebenarnya sudah banyak yang curiga dengan bisnis haram yang dikelola Juna, tapi mereka selalu kekurangan bukti walaupun sudah ada yang berhasil memergoki. Itu karena Juna selalu menghabisi siapa saja yang berpotensi mengganggu bisnisnya.

"Jadi bagaimana keadaan Minhyuk hyung dan Jiyoung?" tanya Juna untuk mengalihkan pembicaraan.

"Jiyoung sudah sadar tapi masih harus memakai masker oksigennya." jawab Yeongho.

Juna menghentikan aktivitasnya lalu melihat kearah Yeongho dengan wajah datar, tapi bukan berarti dia tidak senang. Bahkan dia sangat senang, hanya saja dia tidak pintar mengekspresikan itu di depan saudara-saudaranya.

"Tadi Jiyoung bilang, Minhyuk hilang kendali karena ban mobil mereka ditembak dari belakang. Tapi untungnya Jiyoung masih sanggup ambil alih kemudi,"

"Lalu apa yang terjadi setelah itu?"

"Pembicaraan kami terputus karena Bibi Mirae masuk."

"Tapi syukurlah hyung tidak datang. Aku khawatir Ibu akan membuatmu kehilangan pendengaran kalau kau sampai datang tadi," celetuk Haejin sekenanya.

Yeongho dan Jaehwa serentak terbahak. Mereka berdua bisa membayangkan bagaimana saat singa didepan mereka ini sedang dimarahi oleh ibunya. Meski terkenal kejam, laki-laki itu tidak pernah melawan jika dimarahi orangtuanya, terutama Mirae yang kalau marah suka sekali berteriak.

"YA!! Kalian berdua sedang menertawakan apa?!" sungut Juna.

"Tidak ada, cuma teringat film konyol yang kami tonton di mobil tadi." elak Jaehwa.

"Boss, kau tidak merencanakan sesuatu untuk membalas Cerberus?" Yeongho mulai penasaran. Karena dia tahu, tidak mungkin iblis seperti Juna tidak akan membalas dendam pada orang yang sudah menyakiti anggotanya, apalagi itu saudara kandungnya sendiri.

"Sudah," Juna menyeringai. "Kuhancurkan mobil-mobil mereka,"

Sontak saja pernyataan dari Juna itu membuat dua orang dihadapannya itu kaget setengah mati. Kecuali Haejin, yang sedang bersusah payah mengalihkan kontak mata dengan dua orang yg sedang meniliknya tiba-tiba itu.

"Pantas saja ada yang aneh dengan anak ini, ternyata kalian berdua berkomplotan," sindir Jaehwa seraya menatap tajam pada Haejin.

"Bukan begitu, hyung. Aku saja tidak tahu kapan Juna hyung pergi ke perusahaan Cerberus. Aku baru tau saat dia di cafe tadi siang," bantah Haejin membersihkan diri.

"Kau pasti menyuruh Changyi memblokir semua jaringanku, agar aku tidak bisa melacakmu, kan?" Jaehwa melayangkan tatapan menuduh pada Juna.

Juna tersenyum tipis sembari mengangkat jari jempolnya. Tentu saja dia akan menyuruh Changyi memblokir semua jaringan Jaehwa, dia tidak mau kalau laki-laki itu mengetahui posisinya dan langsung menyusul.

"Tolong berhentilah keras kepala Tuan Lee! Kau bisa saja mati di tangan mereka! Kalau kau tidak bisa memikirkan kami, setidaknya pikirkanlah Vano."

"Tuan Na, tolong berhentilah menceramahiku. Aku ini lebih dewasa darimu."

"Lebih dewasa katamu? Apa buktinya?" sengit Jaehwa.

"Aku sudah memiliki anak, dan kau belum." balas Juna merasa menang.

Jaehwa menghela napas panjang. Percuma saja dia mengomel panjang lebar, tidak akan berlaku apapun untuk manusia di depannya ini.

"Oke baiklah, orangtua."

"Bagus. Jangan diulangi lagi, Nak." gurau Juna dan disambut dengan juluran lidah Jaehwa.

"Jun, apa kau tadi menyamar?"

"Iya, hyung. Kenapa?"

"Tidak apa-apa. Aku hanya takut kalau sampai mereka mengenalimu," suara Yeongho terdengar khawatir.

Juna menyalakan sebatang rokok lalu menyesapnya dalam. "Tenang saja, hyung. Tidak ada yang tahu, termasuk bos mereka yang tadi ku telepon."

Sekali lagi, kalimat Juna menjadi sebuah kejutan.

"Kau meneleponnya? " tanya Yeongho antusias.

"Hyung tau, aku tidak pernah bermain-main dengan omonganku, kan? Aku minta nomor itu pada resepsionis yang berjaga,"

Haejin menaikan sebelah alisnya. "Semudah itu?

"Sudah pasti dia menggoda resepsionis itu." celetuk Jaehwa sambil mengotak-atik ponselnya.

"Wajah tampan yang sangat berguna." Haejin mengangguk paham.

"Tolong lacak nomor ini, Na. Kirimkan padaku siapa pemiliknya." Juna menyerahkan sebuah nomor pada Jaehwa.

Walaupun sudah membalas mereka, tapi Juna tetap belum puas kalau belum bertemu dengan si pemilik baru Cerberus Group itu. Ingin sekali rasanya dia menembak mati orang itu saat bertemu nanti.

"Jangan menerobos masuk lagi, kami khawatir." ujar Yeongho sembari bangkit dari sofa. "Sebaiknya besok kau harus menemui Jiyoung, dia membutuhkanmu. Aku pulang dulu, ada beberapa berkas yang harus ku urus."

"Hati-hati di jalan, hyung." ucap Juna sambil mematikan rokok di atas sebuah asbak melamin berlogo Hydra.

"Sepertinya aku juga harus pulang. Otakku perlu istirahat malam ini." Jaehwa juga berdiri dari kursi lalu diikuti Haejin.

"Hati-hati, Na. Kalian jangan lupa kabari aku kalau sudah sampai." ujar Juna lalu melirik ke arah Haejin. "Dan kau anak kecil, kau tidak boleh ke mana-mana. Aku masih ada urusan denganmu."