"Aku akan membuat rencana besok, kau bisa membantuku?" tanya Juna pada Haejin yang dia tahan pulang tadi.
Sekarang mereka berdua sudah pindah ke ruangan pribadi Juna.
"Aish! Kau mau buat rencana apalagi, Juna Lee?!! Jangan macam-macam! Kau tidak mau Vano menjadi anak yatim kan?" rutuk Haejin yang benar-benar sudah kesal dengan rencana gila laki-laki itu.
"Santai dulu, ini tidak ada sangkut-pautnya dengan menyusup seperti tadi." kata Juna menenangkan adiknya dengan wajah kusutnya.
"Akan kutinggal pulang kalau rencanamu ini berbahaya! Aku sudah bilang, tidak akan segan-segan membunuhmu kalau rencana ini mempertaruhkan nyawamu!"
"Tidak, tenang saja. Dengarkan aku dulu,"
"Cepat jelaskan!" Haejin melipat tangannya di atas dada lalu menyandarkan punggung ke sofa.
"Firasatku tidak tenang. Sepertinya akan ada yang datang ke rumah sakit untuk mencari Minhyuk Hyung dan Jiyoung." nada bicara Juna serius.
"Maksudmu siapa?"
"Entahlah, bisa jadi mereka dari Cerberus atau pembunuh bayaran yang mereka suruh, aku juga tidak yakin antara keduanya. Tapi aku yakin mereka pasti akan mencari keberadaan dua saudara kita, bagaimanapun itu caranya." jawab Juna seraya melangkah ke arah dispenser untuk menyeduh kopi.
"Kau mau kopi?" tawar Juna.
"Tidak, aku akan insomnia semalam kalau minum itu,"
"Kalau begitu jangan." kata Juna. Dia kembali ke sofa setelah selesai menyeduh kopinya.
"Aku harus membantu apa?" tanya Haejin penasaran, walaupun hatinya belum siap mendengar rencana dari kakaknya itu.
"Berjagalah di sana, usahakan jangan sampai ada yang mengetahuimu. Aku tidak bisa meminta tolong pada Yeongho hyung dan Jaehwa. Aku tidak mau mereka menjadi korban seperti Minhyuk Hyung dan Jiyoung." jelas Juna seraya menyesap kopinya.
Mata Haejin langsung mendelik mendengar itu. "YA! JADI MENURUTMU KALAU AKU YANG MENJADI KORBANNYA, TIDAK APA-APA?" teriak Haejin, dia protes karena tidak terima dengan alasan Juna.
Juna terkekeh melihat ekspresi Haejin. "Kau bilang tidak apa-apa kalau bukan menyangkut nyawaku,"
Haejin berdecak. "Tapi ini tentang nyawaku, Tuan Lee!!" sambarnya cepat.
"Tapi kau itu sniper terlatih, bisa berkamuflase, pasti tidak akan ada yang mengetahuimu," Juna mengeluarkan jurus rahasia untuk membujuk Haejin. Dia sangat tahu adiknya itu sangat cinta dengan pekerjaannya yang menurutnya keren.
"Oke-oke, baiklah! Aku akan berjaga di sana besok, untuk kalian." ucap Haejin pasrah. Disisi lain dia juga tahu tugasnya menjadi Sniper seperti apa.
"Kau memang Adikku yang terbaik,"
Haejin mengangkat jari telunjuknya kedepan Juna, lalu menggerakkannya ke kiri-kanan. "Aku tidak mau pujian. Sudah banyak yang memujiku," katanya dengan percaya diri.
Juna mengernyitkan dahi. "Kau mau apa?"
"Jaket bomber dari Saint Laurent, mereka mengeluarkan bomber vintage."
Juna memicingkan mata, menilik adiknya yang masih mencerocos didepannya.
"Kau tau dari mana?"
"Dari Jaehwa hyung. Tadi dia membuka situs perbelanjaan," Haejin menggeser duduknya, mendekati Juna. "Hei, ayolah hyung. Hanya jaket bomber saja, kau kan tau aku sangat suka jaket itu." bujuk Haejin dengan wajah yang dia buat seimut mungkin.
Na Jaehwa, kau mengotori pikiran anak ini lagi!
- batin Juna.
Juna menghela napas, dia tidak akan mungkin berhasil menang melawan adiknya itu. Bagi Juna, lebih mudah melawan saingan-saingannya daripada melawan Haejin dengan keras kepalanya.
"Baiklah, akan kubelikan. Tapi kalau kau sudah menyelesaikan tugasmu,"
"Oke, aku setuju. Belikan dua." Haejin membuat angka dua dengan jari-jemarinya.
"Ya! Kau ini!" teriak Juna, tapi adiknya itu sudah melenggang santai keluar dari ruangan.
•••
Malam itu setelah pulang dari rumah sakit, Youra duduk sebentar di taman depan rumah susun. Tangannya menggenggam sebuah 𝘊𝘶𝘱 berisi susu cokelat hangat yang dia beli saat singgah di supermarket tadi.
Kim Youra, Kim Youra.." berulang kali dia menyebut namanya sendiri. Air mukanya terlihat bingung, lalu mengulang lagi namanya.
"Apa ini sudah benar? Kim Youra?" tanya gadis itu pada dirinya sendiri.
"Aigoo.. terasa sangat asing di lidahku."
"Youra!!
Suara lembut dari depan pagar taman membuat dia mengalihkan pandangan. Seorang laki-laki berlari kecil ke arahnya sambil menenteng jas putih khas dokter.
"Kamu sedang apa di sini?" tanya Renji saat sudah duduk di samping Youra.
"Menikmati hidup." gurau Youra.
"Bagaimana denganmu? Kamu sedang apa di sini?"
"Sedang mengikutimu menikmati hidup," balas Renji ikut terkekeh.
"Ah-- aku kira kamu ingin menemui seseorang," ujar Youra seraya meminum susu cokelatnya.
Renji menautkan alis. "Dari mana kamu tau?"
"Apa aku benar? Hahaha. Aku hanya menebak. Jadi siapa yang ingin kamu temui?"
"Kamu." jawab Renji seraya menatap Youra tanpa berkedip.
Keadaan menjadi hening. Canggung. Dan tidak ada yang berbicara seorangpun dari mereka, sampai suara tertawa Renji memecahkan keheningan.
"Aku bercanda. Rumahku di sekitar sini, tadinya aku ingin menenangkan pikiran dulu di taman, tapi ternyata kamu juga ada di sini."
Gadis itu menghela napas lega. Rasanya tadi jantungnya ingin melompat keluar karena kaget.
"Owh, aku baru tau ada dokter yang tinggal di daerah seperti ini," kata Youra merasa takjub.
"Aku kira daerah sini hanya ditinggali pekerja biasa saja."
"Aku juga pekerja biasa. Hanya berbeda profesi," bantah Renji sambil tersenyum.
"Iya, memang benar kamu juga pekerja,
tapi pekerja biasa yang kumaksud itu seperti pekerja pabrik atau karyawan biasa. Hm.. kamu sudah lama tinggal di sekitar sini?"
"Baru sekitar dua tahun, mungkin? Atau mungkin tiga tahunan. Aku lupa lebih tepatnya,"
"Sama sepertiku, aku juga baru di rumah susun itu." Youra menunjuk kearah bangunan di depan sana.
"Aku tahu kau tinggal di sana."
"Kamu serba tahu ternyata." Youra tersenyum tipis.
Renji meletakkan jasnya di antara dia dan Youra "Besok kamu ada kegiatan apa?"
Youra memutar bola matanya, berpikir sejenak. "Tidak ada. kenapa?"
Renji diam sebentar, sedang mengatur bahasa yang tepat untuk menyampaikan tujuannya bertanya.
"Oh iya, kamu suka jajangmyeon tidak?" tanya Renji kemudian.
"Sangat suka!" jawab Youra antusias.
"Kebetulan besok aku libur, kamu mau datang ke rumahku? Kita masak jajangmyeon bersama," ajak Renji bersemangat.
"Wah benarkah?"
Renji mengangguk tanpa memudarkan senyumannya. "Besok pagi akan kujemput,"
"Kamu serius ingin menjemputku?" tanya Youra memastikan.
Renji mengangguk membenarkan dengan senyuman yang makin mengembang di bibirnya, menambah kesan tampan di wajahnya.
"Tapi kita harus berbelanja dulu, bahan-bahannya sudah habis di rumahku. Hmm.. apa kamu keberatan?"
Gadis itu menggeleng cepat.
Youra sangat senang jika menyangkut jajangmyeon, makanan kesukaannya. Setidaknya itulah satu-satunya makanan kesukaan yang masih dia ingat setelah kecelakaan.
"Aku tidak keberatan, akan kutemani berbelanja besok,"
"Ya sudah, istirahatlah malam ini. Kamu butuh banyak istirahat untuk pemulihanmu,"
Youra mengangguk setuju lalu bangkit dari bangku taman. "Aku masuk dulu ya, kamu jangan lama-lama di sini." seru Youra sambil berjalan menjauh menuju pintu gerbang rumah susun.
"Sampai ketemu besok." ucap Renji lalu melambaikan tangan.
Renji masih duduk di bangku taman. Dia senang karena Youra mau menerima ajakannya.