Youra mengerjapkan matanya, dia menatap ke sekeliling kamar bernuansa abu-abu di hadapannya. Kesadarannya pulih sempurna saat menyadari tempat yang sedang dia tiduri bukan kamarnya.
Youra menoleh ke arah sebuah foto yang terpajang di dinding kamar, terlihat dua orang laki-laki bersama seorang gadis cantik di dalam foto. para laki-laki memakai setelan jas lengkap dan Si gadis memakai dress dengan warna senada.
"Renji!" gumamnya setelah sadar.
Bergegas dia beranjak dari balik selimutnya dan sedikit berlari menuruni anak tangga menuju ruang tengah, tempat terakhir dia bertemu Renji.
"Ke mana dia?" tanya Youra ketika tiba di ruang tengah yang kosong.
Youra membawa langkahnya mengelilingi rumah, mencari Renji disetiap ruangan yang ada di rumah mewah itu. Dia sedikit heran karena rumah sebesar itu tidak memiliki pembantu sama sekali. Tepat saat akan keluar rumah, gagang pintu tidak bisa dibuka, sepertinya dia dikunci dari luar.
Samar-samar dia mendengar suara ponsel yang sangat familiar di telinganya. Dia berlari kecil kembali menuju lantai dua dan menghampiri benda tipis yang tergeletak di atas nakas ruang tengah itu.
"Youra sudah bangun?" suara khas milik Renji terdengar setelah Youra mengangkat telepon.
"Kamu dimana?" tanya Youra langsung ke intinya.
"Aku di rumah sakit, ada operasi mendadak."
"Kapan kamu pergi? Kenapa tidak membangunkanku?" sungut Youra yang kesal ditinggal sendirian dirumah besar milik laki-laki itu.
"Maafkan aku. Aku ingin membangunkanmu, tapi kamu tidur sangat pulas, jadi aku biarkan saja." balas Renji.
"Kamu belum jawab pertanyaanku! Kapan kamu pergi?" Youra mengulang pertanyaannya.
"Tadi malam. Aku kira operasinya hanya sebentar, ternyata sampai pagi."
Youra menutup bibirnya yang menganga dengan tangannya. "Jadi aku semalaman hanya sendirian di sini?"
"Ya begitulah,"
"Tega sekali!"
"Maafkan aku. Oh iya, kamu pasti belum makan siang, kan? Aku akan menjemputmu sebentar lagi, bersiaplah dulu."
"Aku tidak bisa pulang, pintu rumah terkunci."
"Aku tidak menyuruhmu pulang, Nona. Aku menyuruhmu bersiap. Kamu bisa ambil baju ganti di dalam pintu lemariku yang sebelah kanan, ada baju kakak perempuanku di dalamnya."
Youra merasa sangat canggung kalau harus memakai baju kakak perempuan Renji.
"Youra, Kamu masih disana?"
"Iya, aku di sini."
"Ya sudah, bersiaplah. Tunggu aku di rumah."
Telepon dimatikan sepihak. Youra melangkah memasuki kamar Renji lagi dan membuka pintu lemari sebelah kanan sesuai yang diperintahkan.
Sederatan pakaian perempuan berwarna-warni digantung berjejer dengan sangat rapi, membuat segurat senyuman manis terukir di bibirnya.
"Pasti ini sangat mahal." tebak Youra seraya mengambil sebuah dress selutut berwarna peach dengan renda putih di sekitar pinggangnya.
Setelah mendapatkan pakaian yang cocok, Youra segera menuju ke kamar mandi.
•••••
Youra dan Renji, sudah berada di sebuah restaurant BBQ yang menjadi langganan Renji.
Youra memperhatikan cara Renji dalam memanggang daging. Tangan lihai laki-laki itu dengan mudah membalikan satu-persatu daging berbumbu itu dengan kepiawaiannya.
"Kamu sangat pintar memanggang," ucap Youra sambil bertepuk tangan kecil dan sumringah. "Dari mana kamu belajar?"
"Dulu keluargaku sering memanggang BBQ di halaman belakang rumah lama kami, aku hanya sering memperhatikan saja." ucap Renji tersipu.
"Wah! Itu pasti seru!!"
Renji hanya tersenyum tipis, sementara tangannya sibuk membalikkan daging di atas panggangan.
"Renji, tadi aku lihat foto di kamarmu. Ada seorang laki-laki dan gadis yang berfoto denganmu,"
"Itu adik laki-laki dan kakak perempuanku."
"Benarkah? Kakak perempuanmu sangat cantik, seperti versi perempuan darimu."
"Sudah banyak yang bilang kami sangat mirip." ucap Renji tersenyum sambil meletakkan sepotong daging di atas piring Youra.
"Itu benar, sangat mirip."
"Apa itu berarti aku juga sangat tampan?" Renji melayangkan pandang ke arah Youra
"Itu sudah pasti!" jawab Youra spontan lalu menutup mulutnya dengan kedua tangan.
"Terima kasih sudah menjadi orang pertama yang bilang aku tampan," ucap Renji mengerlingkan mata kirinya.
"Kamu pasti bohong, mana mungkin aku orang pertama." sungut Youra tidak percaya.
"Kamu orang pertama, setelah dulu Kakakku sering bilang begitu,"
"Kakakmu di mana sekarang? Kenapa tidak tinggal bersamamu di rumah sebesar itu? Sepertinya akan lebih seru kal.."
"Dia di surga." jawaban Renji dan berhasil membuat Youra terdiam sebelum kalimatnya selesai.
Senyuman Renji perlahan memudar. Tatapannya kosong menatap potongan daging yang baru saja dia letakan di piringnya.
"Maafkan aku, aku tidak tahu itu. Aku tidak bermaksud membuatmu sedih." ucap Youra dengan nada bersalah.
"Tidak apa-apa, aku baik-baik saja." balas Renji dengan air muka yang kembali ceria.
"Ayo makan BBQmu, tidak enak kalau sampai dingin."
Mereka berdua menghabiskan makanan di atas meja dengan hening. Youra masih merasa bersalah sudah lancang bertanya tentang hal sensitif itu pada Renji. Renji yang memang pendiam, tidak akan berbicara jika tidak ada bahan pembicaraan.
"Kapan jadwalmu terapi?" tanya Renji mencoba mencairkan suasana.
"Nanti sore,"
"Ya sudah, biar kuantar." ucap Renji.
"Kamu tidak ada jadwal lagi di rumah sakit?" tanya Youra sambil mengernyitkan kening.
"Tidak ada, aku punya banyak waktu luang sekarang. Bagaimana?"
"Boleh, tapi aku harus hubungi dokter Cho dulu." Youra mengeluarkan ponselnya dari dalam tas mungil yang dia bawa.
Setelah menekan salah satu nama di kontak, Youra meletakkan ponsel itu di telinganya.
"Halo Youra. Ada apa?" suara dokter Cho muncul setelah terdengar nada sambung bunyi beberapa kali.
"Dokter, Anda sedang di rumah sakit?"
Hening sejenak. Lalu terdengar ponsel tergesek di daun telinga. "Aku sedang di luar."
"Oh begitu, ya. Sore ini jadwal terapiku, Aku kira Anda ada di rumah sakit."
"Astaga, aku lupa! Maafkan aku, aku akan segera ke rumah sakit."
"T-tidak usah, dokter. Selesaikan saja urusan Anda, aku juga sedang di luar." jawab Youra seraya melihat kearah Renji yang sedang menunggunya selesai menelpon.
"Baiklah. Besok pagi aku sudah di rumah sakit."
"Sampai jumpa besok."
Youra menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas setelah dokter Cho mematikan telepon.
"Dia sedang di luar." ucap Youra sebelum Renji bertanya.
Renji hanya mengangguk dan epertinya tidak ingin tahu lebih lanjut. Dia mengalihkan matanya saat ponsel di atas meja berdering, tertulis sebuah nama 𝘛𝘳𝘰𝘶𝘣𝘭𝘦 pada layar. Dengan ragu dia menatap Youra yang sekarang juga sedang menatapnya.
"Dari rumah sakit?" tanya gadis itu dengan raut wajah polos.
"Dari temanku. Tunggu sebentar. " ucap Renji lalu beranjak dan melangkah menjauh dari Youra.
"Ada apa?" tanya Renji ketus pada si penelepon.
"Hey dokter muda, kau di mana? sedang pacaran, hmm?"
"Bukan urusanmu, berhentilah memata-mataiku! Sekarang katakan, ada apa? aku tidak punya banyak waktu mengobrol denganmu."
"Wah! Adikku sudah menjadi orang sibuk sekarang. Bisakah kita mengobrol sedikit nanti malam di rumahku?"
Renji berdecak kesal dan menghela napas dengan kasar. "Aku sudah bilang, aku tidak ingin membicarakan tentang rencana gilamu itu, Hyung! kau belum puas aku tidak membeberkan rahasiamu pada Youra?" bentak Renji.
"Aku tidak akan membahas tentang rencana itu,"
"Lalu untuk apa kau mengajakku mengobrol di rumahmu?"
"Hanya sebagai Kakak dan Adik yang sudah lama tidak mengobrol." Si penelepon terbahak. "Jadi bagaimana? kau bisa, kan?" tanyanya kemudian.
"Akan kuusahakan." ucap Renji lalu menekan tombol merah di layar.
"Renji," panggil Youra yang sudah berada di belakangnya. Laki-laki itu berbalik dengan wajah panik.
"Youra, ada apa?" tanya Renji.
"Aku mau ke toilet." jawab Youra datar sambil berlalu ke arah toilet di ujung ruangan.
Renji memperhatikan langkah Youra. Gadis itu terlihat aneh barusan. Apa jangan-jangan dia mendengar semua pembicaraannya?
Setelah Youra kembali dari toilet, dia masih diam saja duduk di depan Renji yang sejak tadi ingin bertanya.
"Kamu dengar pembicaraanku tadi?" tanya Renji tiba-tiba.
Youra menggeleng. "Tidak, kenapa Renji?"
Renji menghela napas lega, perlahan raut wajahnya kembali tenang, tidak sepanik tadi.
"Syukurlah." batin Renji mengulum senyum.