Melzy menatap takjub tempat ini, sangat ramai dan terlihat dari luar hampir tidak ada tempat yang kosong, tetapi Argan memintanya untuk segera masuk dan mencari tempat duduk yang nyaman. Melzy tersenyum bahagia, dia merasa tersanjung. Argan menarikkan kursi untuk dia duduk, lalu mempersilakannya.
"Katakan kamu mau pesan apa? Semua menu enak di sini." Argan memberikan buku menunya.
"Mas Argan, aku tak banyak tahu tentang menu disini gimana rasanya? Aku ikut kamu saja, apa yang kamu pesan, pesankan saja juga untukku!" pinta Melzy dengan suara lembut dan Argan mengangguk, dia segera memesan apa yang dia ingin kenalkan kepada Melzy agar lebih banyak tahu mengenal Negara ini.
"Aku lihat keadaanmu sudah lebih baik, apa kamu butuh teman curhat? Aku punya banyak waktu karena aku tak buru-buru kembali ke kantor. Cerita saja masalahmu tadi padaku bila kamu mau, siapa tahu aku bisa membantumu." Argan membuka tangan lebar untuk menampung keluh kesah Melzy, tetapi sekali lagi, tidak mungkin Melzy menceritakan kenyataan yang terjadi tadi, yang ia bisa sementara ini adalah berbohong agar tetap aman.
"Tidak perlu, Mas. Aku sudah enakan, sebaiknya kita lupakan masalahku. Aku justru mau dengar tentang kamu." Melzy memilih mengalihkan topik daripada mengorek tentang dirinya yang justru akan melahirkan banyak kebohongan-kebohongan pastinya. Lebih baik membicarakan topik yang aman-aman saja.
"Apa ini?" Melzy membulatkan kornea matanya yang berwarna cokelat itu.
"Buat kamu." Kotak cantik berhiaskan pita, seperti sebuah kado mungil diberikan Argan kepada Melzy.
"Untukku? Kenapa?" Perempuan itu mengerutkan keningnya masih tidak menggerakkan anggota tubuhnya.
"Iya, dari aku buat kamu. Terimalah tolong." Argan tersenyum cengar-cengir.
"Untuk apa kamu repot-repot? Memangnya ada moment apa pakai hadiah begini segala? Aku tidak pantas menerimanya." Melzy merasa tak enak saja.
"Hari ini moment penting dan aku minta terimalah itu, kau tak tahu isinya, bagaimana bisa bilang tak pantas menerimanya? Bagaimana kalau isinya hanya bross kecil ataupun jepit rambut?" Argan bercanda.
"Apa pun itu aku tidak perlu kauberi hadiah-hadian begini. Aku banyak merepotkan kamu dan Papamu. Memangnya moment penting apa?" sahut Melzy.
"Hari ini aku ulang tahun." Argan berucap dan bersamaan dengan itu Melzy merasa malu dan salah tingkah. Ia merasa tak seharusnya Argan yang memberi hadiah, justru dia yang wajib memberikan hadiah, di mana-mana yang ulang tahun pasti dapat kado dari yang tidak.
"Ka-kamu ... ah, happy birthday, Mas, wish you all the best ... ehm, harusnya maaf, aku tidak tahu, karena itu aku tidak punya kado untukmu, tapi aku janji besok!" Melzy menggerutu sendiri dengan wajah semu merah.
"Amin, terima kasih. Tidak, aku tidak butuh kado dari kamu, aku hanya ingin sesuatu yang berbeda saja di hari spesialku, pertama, aku sudah merasa spesial karena ditemani kamu, Melzy. Gadis yang banyak talenta dan sungguh sempurna menjadi wanita yang di era yang beginj, serba bisa. Ke dua, selama ini orang ulang tahun dapat kado, tetapi aku sekali-kali ingin memberikan orang lain kado, lagian sesuatu yang kecil saja. Jadi aku ingin hari ini berbeda dari tahun-tahunku sebelumnya." Argan nampak sangat bersemangat, senyumnya begitu lebar. Melzy nampak masih diam karena kebingungan.
"Aku jujur saja merasa tak enak, kamu yang ulang tahun kenapa aku yang malah dapat hadiah, sih? Sumpah aku malu. Harusnya orang yang ulang tahun itu yang menjadi Tuan Raja, diberi hadiah, diberi kejutan, disenang-senangkan. Kenapa ini jadi kebalik, sih?" Melzy masih tak mengerti pola pikir Argan.
"Memangnya tahun-tahun sebelumnya seperti apa, Mas?" balas Melzy.
Argan nampak merenung sejenak, rasanya menceritakan sesuatu terasa berat, tiba-tiba layar besar televisi yang terpampang di dinding sebagai penikmat para pengunjung menampilkan film legendaris, film kerajaan yang terkenal pada beberapa tahun yang lalu, kebetulan Argan juga menyukainya.
"Lihatlah film itu sungguh bagus, kisah menyedihkan antara seorang raja dan ratu yang melalui kehidupan yang tragis. Mereka harus berpisah karena keadaan." Argan mengalihkan pembicaraan.
"Ooh, aktornya si Stuward DN. itu, ya? Tahu, sih. Itu, 'kan sudah dari jaman sekolah menengah film itu booming, aku juga ngikuti." Melzy datar karena kurang suka pengalihan ini.
"Iya, yang rajanya harus dihukum dan diasingkan ke daerah terpencil, lalu sang Ratu juga diculik oleh kerajaan musuh, bukan? Di situ sangat kasihan, Ratu disiksa dan diancam agar menuruti niat bejat mereka, tak ada yang bisa menyelamatkannya." Argan semakin menggebu-gebu menceritakan adegan demi adegan yang masih berjalan dan memang banyak pasang mata yang tertuju pada film itu.
"Lalu ...." Melzy bertopang dagu.
"Ya, katanya kamu ngikuti film ini, lupa, ya alurnya? Ya, setelah itu mereka terpisah selama belasan tahun, anak-anak juga pada masih kecil, diperdaya oleh semua anggota kerajaan yang berebut tahta, paman, bibi, semua tidak ada yang berbaik hati terhadap keponakan-keponakan anak raja dan ratu itu ...." Argan semakin menjadi-jadi bercerita.
"Jadi, kita berada di sini hanya untuk menonton film itu? Yuk, pulang, yuk. Kita bisa nonton di youtube, atau cari di internet. Ngapain kita lelah-leha di sini?" celetuk Melzy yang mulai boring.
"Lha, jangan gitu, Melzy. Please jangan bicara gitu, aku ajak kamu ke sini karena hari ini hari spesialku dan kebetulan hari-hari terakhir kamu berada di sini. Jadi, tolong tetap di sini. Maafkan aku terbawa suasana, karena film Raja dan Ratu itu memang sangat aku sukai, terlebih kisahnya sedikit mirip dengan kisahku," sendu Argan sambil menatap kosong ke atas.
"Benarkah? Dari tadi aku menanyai ini tentang dirimu, tapi kamu sedikit pun tidak menjawabnya, malah fokus dengan film yang di sana." amelzy sedikit sewot.
"Melzy, aku tidak ingin mengusik kisah yang telah berlalu, apalagi hal yang sedih-sedih. Aku ingin punya lembaran baru, tahu tidak? Hari-hariku jadi penuh warna, banyak hal yang aku dapat dari kamu. Hal itu membuat aku berpikir, aku sejak saat itu, mulai membutuhkan dirimu, Melzy." Argan lagi-lagi meraih tangan mulus Melzy.
"Maksud kamu?" Melzy singkat.
"Aku pikir aku butuh kamu, jangan pergi. Tolong di sini saja, Mama juga pasti bahagia dengan adanya kamu tetap di rumahku, next kita bisa masak bersama lagi, ngobrol dengan secangkir kopi di malam hari ...." Melzy masih menatap serius wajah Argan, sebenarnya Melzy sudah mengira hal ini mungkin saja terjadi, itu pula yang ia takutkan dan hindari, jika bapak dan anak sudah berusaha mendekat ke dirinya. Apa yang akan dia lakukan?
"Aku pikir aku butuh kamu, jangan pergi. Tolong di sini saja, Mama juga pasti bahagia dengan adanya kamu tetap di rumahku, next kita bisa masak bersama lagi, ngobrol dengan secangkir kopi di malam hari ...." Melzy masih menatap serius wajah Argan.