Sebenarnya Melzy sudah mengira hal ini mungkin saja terjadi, itu pula yang ia takutkan dan hindari, jika bapak dan anak sudah berusaha mendekat ke dirinya. Apa yang akan dia lakukan?
"Apa kita akan memakan menu-menu itu setelah dingin, Mas?" Melzy memotong pembicaraan.
"Oh, tidak, tentu kita akan segera makan, tetapi ijinkan aku berkata serius satu kali saja. Aku butuh dirimu di sini. Please jangan tinggalkan rumahku. Semua takkan bisa sama seperti saat kau mengisi hari-hari di rumah itu. Melzy! Sekali lagi aku butuh kamu." Argan mengelus punggung tangan Melzy, bergetar dada perempuan itu.
"Aku jujur saja merasa tak enak, kamu yang ulang tahun kenapa aku yang malah dapat hadiah, sih? Sumpah aku malu. Harusnya orang yang ulang tahun itu yang menjadi Tuan Raja, diberi hadiah, diberi kejutan, disenang-senangkan. Kenapa ini jadi kebalik, sih?" Melzy masih tak mengerti pola pikir Argan.
"Ehm, begini, deh. Dari kemarin-kemarin cukup aku sudah menjadi Tuan Raja di rumahku, makanan kau yang layani, memuliakan dan meladeni Ibuku, Papaku, adikku. Kamu sudah menyenangkan aku dengan kamu bantu bersih-bersih rumahku, taman bungaku, semua sudah kau layani aku bak seorang tuan Raja. Kini biarkan giliran aku ya, yang menjadikanmu Tuan Ratu." Melzy semakin melongo mendengar penjelasan Argan yang semakin mendalam.
Tiba-tiba saja tangan Argan meraih tangan halus dan putih Melzy. Melzy terdiam sesaat, tak dipungkiri bergetar dadanya.
"Aku sangat bahagia dengan banyaknya kamu memanjakan seluruh anggota keluargaku. Kini kau jadi tuan Ratu yang aku jamu dengan banyak menu spesial dan tempat yang mewah, lalu hadiah dari aku untukmu, wahai Ratu. Kumohon, jangan ditolak." Argan menggoda namun tampak serius.
"Tuan raja? Tuan Ratu? Itu terlalu berlebihan. Aku anak kampung yang biasa dan kebetulan bisa mampir di rumah konglomerat yang sangat baik sepertimu ...." ucapan Melzy belum selesai sudah dipotong oleh Argan.
"Sssst, intinya besok harimu terakhir di sini, entah apa yang aku rasa? Aku berat ditinggalkan kau ke daerahmu. Tinggallah lebih lama lagi, Melzy. Aku senang ada kamu di rumah ini." Tatapan manik mata Argan begitu menyorot bola mata Melzy hingga menusuk dadanya, berdentum dengan keras terkena tatapan pemuda tampan menggoda hati siapa saja ini.
Melzy tak bisa menyembunyikan rasa di hatinya, jujur saja ia bahagia, pemuda yang tampan dan baik itu baru saja mengutarakan perasaannya? Ia tak salah dengar bahwa Argan mengatakan butuh Melzy? Apa itu artinya dia jatuh hati kepada perempuan itu?
"Aku tidak mengerti, aku hanya tinggal di rumahmu selama dua hari, mana mungkin bisa mengubah pola kehidupan dan perasaanmu, Mas? Itu hanya perasaan kagum sesaat, percayalah setelah kepergianku, kondisi rumahmu akan kembali seperti semula," balas Melzy.
"Tidak! Aku paling tahu bagaimana keadaannya. Melzy, aku akan meminta Papa untuk memperlama keberadaanmu di sini. Ini bukan perasaan kagum, sungguh aku memiliki rasa sedih yang amat dalam mendengar kamu akan pergi. Aku juga tak dapat tidur." Argan megeratkan genggamannya di tangan Melzy.
"Ayo, kita makan, Mas. Aku sudah lapar." Melzy menyela obrolan serius itu lalu meraih sendok yang sudah di sisi piring penuh menu spesial itu.
Argan menyerah dan mengangguk, memang sepertinya Argan terlalu cepat menilai sesuatu sehingga bukannya membuat Melzy tersanjung, malah menjadikan gadis itu risih dengan tingkahnya. Argan menunduk dan mengangguk, dia melepaskan tangan Melzy dan mengambil sendok dan garpu juga.
Keduanya beraktivitas makan dengan fokus, tak ada percakapan atau suara lainnya, yang ada hanya denting dan gesekan antara alat makan dan piringnya. Keduanya terlihat sangat lahap, walaupun Melzy merasa ada yang sedikit aneh dengan masakannya karena memang belum pernah memakannya, tapi dia nikmati saja, juga tak mau berisik dan cerewet. Ia mencoba menikmati dan menghafalkan nama dan rasanya.
"Ehm, maafkan aku harus tetap kembali besok, tidak mungkin aku berlama-lama di sini, Mas. Sudah jadwal dan janjiku, aku harus kembali besok malam. Maafkan aku jika banyak salah dan kurangnya di rumah ini. Aku sangat suka tinggal di rumah ini juga." Melzy menarik tangannya dari cengkeraman Argan.
"Iya, kan? Tadi aku bilang ingin mendengar tentang kamu, kenapa malah bicara lain-lain? Kenapa tempat ini favorit bagimu?" Melzy lagi-lagi mengalihkan.
"Ya, aku suka saja dengan tempat ini dan sudah coba ke banyak tempat, tidak ada yang menarik perhatianku seperti resto ini" Argan hanya menjawab itu.
"Apa ada banyak kenangan di sini?" Melzy menundukkan wajah tetapi matanya mengintip muka Argan. Dia hanya diam.
"Kenangan masa lalu dengannya?" tembak Melzy secara langsung dan Argan memilih tidak menjawabnya.
"Eh, aku rasa sudah saatnya kita kembali, selain sudah selesai makanan kita, juga kita berada di sini sudah lebih dari satu jam." Argan alih-alih menjawab, dia malah menggeser kursinya lalu bangkit dan mengajak Melzy pergi meninggalkan tempat ini.
"Hah?! Iya, sih. Sudah selesai. Baiklah?" Sebenarnya Melzy masih bingung dengan sikap Argan, tetapi apa yang bisa dia lakukan selain ikut saja.
"Melzy, tolong hadiah dari aku kamu bawa, terimalah. Kuharap kamu suka." Argan melihat hadiah itu masih tergeletak di meja, maka dia mengingatkan.
"Oh, iya, terima kasih sekali, Mas. Pasti aku suka, di dunia ini siapa yang tidak suka hadiah atau kado? Dari anak kecil hingga orang tua juga pasti suka." Melzy juga bangkit dan keduanya berjalan keluar dari tempat makan ini menuju ke tempat parkir mobil.
"Reggy, tunggu." Argan menghentikan Melzy yang hendak membuka pintu sendiri, dia buru-buru mendekat dan ingin membukakan pintu mobil untuk Melzy.
Saat Melzy sudah siap akan memasuki pintu mobil itu, secara spontan Argan memeluk erat tubuh Melzy. Melzy sendiri sangat terkejut akan apa yang dilakukan Argan, sungguh ia tidak mengerti dan hanya diam menunggu apa yang dimaksud pemuda ini.
"Melzy, maafkan aku, tetapi aku tak dapat membohongi diriku. Aku tidak mau menyesal seumur hidup sepeninggalmu dari kota ini. Aku ingin mengatakan dengan sejujurnya kepadamu mumpung ada waktu, aku tidak mau terlambat, aku tidak peduli walau jadi yang tidak tahu malu. Aku hanya ingin kamu tahu ...."
"Bahwa aku sayang sama kamu, please. Tinggallah lebih lama. Aku tahu kamu pasti ada rasa kagum padaku, atau mungkin sedikit rasa, saja? Jangan bohongi perasaanmu juga. Katakan apa yang kau rasakan kepadaku." Argan merasa lega telah mengungkapkan perasaannya itu.
Setidaknya telah berkurang beban di hati dan tempurung kepalanya. Daripada harus menahan rasa dan sebak di dada sendirian. Lebih baik mengutarakan, urusan respon dan jawaban Melzy menjadi nomor yang ke sekian. Meskipun besar harapan dia untuk mendapat gayung bersambut dan menerima cintanya, namun kenyataannya, sepertinya Melzy bukan gadis yang mudah ditaklukkan, apalagi pengakuannya sudah memiliki kekasih.