Bahkan sengaja janjian dengan Melzy saja Argan tidak diberitahu sehingga sampai Argan resah menunggu Melzy.
Keluar masuk rumah, mau berkirim pesan kepadanya tak enak tadi, alhasil dirinya berdiri saja di depan pintu sambil menunggu Melzy pulang. Giliran perempuan itu pulang malah bersikap dingin dan tidak menjelaskan apa pun mengenai pembahasan dengan Papanya. Argan mau mengorek sedikit, malah dicuekin dan ditinggalkan masuk ke kamar.
Bisa dikatakan Argan sekarang sedang galau, dia tidak ingin ditinggal Melzy pulang dan bingung bagaimana menghadapi perasaannya itu. Begitu pusing, larilah ia ke pelukan Mama.
"Mamaku yang cantik, Argan ada kabar bahagia untuk Mama, yang pertama bahwa Papa berjanji akan menemani Mama malam ini, Papa mengosongkan jadwal ke luar dan kegiatan padat yang selama ini terus dilakoni Papa. Mama senang, 'kan?" Argan seraya tersenyum lebar.
"Dan yang ke dua, Mama jangan heran, berita bahagia ini semetara masih ada pada diri Argan saja, di sisi lain ada sedihnya juga karena belum kesampaian. Argan sedang jatuh cinta, Ma. Mama pasti turut mendoakan Argan dalam hati, walau tidak memberi jawaban dari bibir Mama sekarang." Argan begitu antusias dan seakan bercerita kepada orang yang normal.
"Ma, Mama ingat gadis yang merawat dan membersihkan diri Mama kemarin, 'kan? Dia yang pandai memasak, suka beberes rumah, lalu merawat kebun mini Mama, seperti yang Argan foto-foto itu, setiap hari juga selalu menyirami tanaman Mama." Mula-mula ia menjabarkan.
"Argan jatuh hati kepada dia sejak pandangan pertama, lalu semakin tumbuh ketika dia begitu peduli kepada keluarga ini, bahkan banyak kelebihan yang dia punyai daripada wanita lain pada umumnya, tapi ...." Argan menghentikan ceritanya sejenak dan nampak berpikir.
"Dia gadis biasa dari kampung, dia bukan konglomerat, Ma. Dia juga sebatang kara, tidak lagi memiliki orang tua, apa Mama merestui aku yang sudah terlanjur mencintai dia? Terus masalah selanjutnya adalah, dia sepertinya menghindari aku, Ma. Mungkin dia tidak percaya kepadaku karena terlalu cepat mengungkapkan, lalu dia bilang, banyak perbedaan yang tidak mungkin disatukan. Dia yang biasanya ramah dan ceria, sejak kutemui tadi berubah jadi dingin dan sikapnya acuh. Bagaimana menurut Mama?" Argan lagi-lagi meminta jawaban sang Mama.
"Mama, cepat sembuh, Ma, seperti sedia kala, nanti aku ajak jalan-jalan. Kita akan puas saling cerita dan curhat seperti hari-hari kemarin. Mama jangan begini terus, Mama lawan penyakit Mama, ya? Papa pasti sangat kesepian karena tak dapat perhatian dan kasih sayang Mama. Papa hanya sibuk kerja dan mencari uang demi bahagiain kita, kalau Mama sakit begini dan tidak bahagia, Papa pasti sedih karena perjuangan Papa terlihat sia-sia." Pemuda itu tak mampu membohongi hatinya, netra hijau kecokelatan itu berkaca-kaca menghadapi sang Mama.
"Ma, Argan meminta Papa untuk membujuk Melzy agar menerima untuk menjadi anak angkat kalian di rumah ini, mudah-mudahan sudah Papa sampaikan dan Papa tidak antipati terhadap gadis kampung itu," harap Argan. Argan melanjutkan percakapannya.
"Ma, kalau dia mau tinggal di rumah ini, 'kan justru Argan akan sangat senang, semakin banyak waktu yang bisa Argan habiskan bersama dia, lalu diantara kami akan saling mengenal lebih dalam. Argan tahu, kok, dia juga suka sama Argan sepertinya, tetapi dia bantah karena ketakutannya yang merasa banyak perbedaan itu." Panjang kali lebar Argan menjelaskan sudah seperti siaran berita saja.
Argan juga yakin bahwa Mamanya itu dapat memahami dan mendengar dengan sangat baik setiap ucapan, walau tak dapat menimpali, tetapi doa dan restu tulus dalam hati Mamanya yang diharap Argan untuknya dan Melzy. Argan juga resah karena Papanya itu tumben tidak memberitahu dia jika memiliki rencana bertemu dan bicara dengan Melzy empat mata.
Kini, kenapa sampai sekarang tidak menelepon dirinya untuk menjelaskan hasil pertemuan itu? Kebingungan Argan semakin bertambah tatkala menatap wajah Melzy yang dingin dan tidak mengatakan apa-apa tentang pertemuan mereka itu.
Ia sama sekali tidak tahu tentang skandal antara Melzy dan Papanya. Di balik semua itu, sang Papa ada niat buruk terhadap perempuan itu. Argan tidak ada firasat apa pun ... bila sang Papa inginkan juga Melzy dan membuat wanita itu menjadi dua bagian yang tersisa untuknya dan putranya.
Sedikit mengerikan sampai seorang penjual diri yang sudah dinilai tak ada harganya saja sangat marah mendengar tawaran itu, hal itu pula yang mendasari Melzy segera memutus hubungan dengan keluarga ini, sang Papa yang biadab berdampingan dengan seorang putra yang sangat baik. Melzy takkan bisa hidup normal dengan kondisinya yang begini.
Kembali lagi kepada Argan, dia dan Esya yang perlu sang Mama syukuri adalah keduanya adalah anak yang baik. Sejak kecil juga tidak pernah membawa masalah kepada kedua orang tuanya. Mereka jauh dari kata kenakalan remaja. Semua ini juga tak lepas dari didikan sang Mama yang menanamkan nilai-nilai kebaikan sejak kecil.
Mereka sejak usia dini padat kegiatan seperti les bahasa untuk tiga Negara, les olah raga dan belajar di rumah menjadikan mereka berdua tidak memiliki waktu untuk memikirkan atau bahkan melakukan sesuatu yang melenceng dari koridor kebaikan, mungkin ada sedikit saja gesekan atau kesalahan-kesalahan kecil mereka yang dianggap wajar saja namanya anak-anak oleh orang tua.
Sampai kini keduanya melakukan tanggung jawab dengan baik, bahkan terlihat sangat dekat dengan Mamanya dari pada sang Papa. Argan yang masih merasa nyaman dalam pelukan Mamanya itu memejamkan mata, mencoba merasakan dan menembus rasa hati Mamanya. Ia yakin setiap pilihan hidupnya selalu mendapat dukungan sang Mama, karena pilihannya jarang ke hal yang negatif. Argan spontan melirik jam di dinding kamar yang luas dan begitu banyak barang antik dan berharga koleksi Sena juga perabot rumah pilihan Mamanya.
Perpaduan dua barang, dua hati, dua cinta melahirkan keduanya saat ini bersatu padu di dalam kamar ini walau nampak sedikit memudar karena kondisi Mamanya. Argan tidak ingin Papanya lupa akan janji, maka dia berinisiatif mengirim pesan ke ponsel Papanya.
[Pa, jam berapa pulang ke rumah, jangan lupa janji Papa menemani Mama nanti. Aku sekarang sedang dalam dekapan Mama dan tetap akan berada di sini sampai Papa pulang, aku dan Mama menunggu Papa] begitu isi dari chat pribadi itu.
[Haha, tenang, Papa belum pikun, bahkan semua organ Papa masih normal, pasti aku akan pulang ke rumah dan menemani Mama tercinta. Aku janji akan menjadikan Mama bahagia, tak usah khawatir] Rupanya Sena mengaku tidak melupakan janjinya.
[Haha, siap, Pap. Aku hanya takut Papa terlalu sibuk dan lupa sama yang Papa omongkan, Mama sudah sangat cantik, lho, Pa] goda sang putra.
[Siapa yang mendandani Mama? Melzy, kah?]