"Aku yang berterima kasih, Mas. Bukan dalam rangka apa dan tidak ada moment apa-apa pada diriku, hadiahnya se bagus ini. Aku tidak pantas mendapat ini karena terlalu cantik. Aku hanya orang desa yang beruntung bisa diundang ke luar kota, aku tak tahu harus membalas apa dan ...." Melzy belum selesai berbicara, tetapi sudah dihentikan oleh Argan dengan satu jarinya yang ia sengaja sentuhkan di bibir Melzy.
"Sssst, jangan bicara begitu, please. Kamu istimewa, tak ada kekurangan, yang terpenting kamu diam-diam telah memikat hatiku, padahal sedikit pun kamu tak menggoda atau bersikap genit. Melzy, kumohon tetaplah di sini. Aku sayang sama kamu, sungguh. Aku takkan rela kau tinggal pergi esok." Keduanya bertatap netra tanpa ada kedip, Argan juga melangkah semakin mendekat lagi hingga Melzy benar-benar bertabur aroma wangi entah berasal dari baju atau tubuh Argan yang singgah di hidung perempuan itu.
Dalam lubuk hati yang paling dalam Melzy ada kekaguman yang hakiki pada pemuda tampan dan tak ditemukan satu titik kekurangan pun pada dirinya. Jujur saja Melzy takjub dan gemetar ditatap begitu tajam dan sangat lekat oleh lelaki ini, tidak seperti biasanya dia yang selalu ditatap dengan tatapan rendah dan penuh gelora penikmat cinta singkat semata.
"Melzy, ketahuilah aku tidak pernah merayu atau menggoda seorang gadis, jadi apa yang aku utarakan kepadamu ini benar-benar suara hati yang paling dalam di hatiku." Argan meraih kedua bahu Melzy dan perempuan itu hanya diam mengkaku.
"Jagalah anting dariku itu, dia bagian dari dirimu sekarang, aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darimu. Percayalah aku sangat sayang sama kamu. Bila Papa mengijinkan, aku akan antarkan kamu langsung ke tempat tujuanmu_kampungmu itu, agar aku bisa kapan saja berkunjung dan mencarimu di sana." Argan mengelus pipi mlMelzy dengan lembut, bergidik kulit Ari Melzy.
Wajah pemuda itu semakin ia dekatkan dengan wajah ayu Melzy, perasaan dalam dada Melzy sudah kian berkecamuk. Apa yang akan dilakukan oleh pemuda itu, ingin berlari, tetapi kaki terkunci. Melzy seakan tak berdaya, terhipnotis oleh tatapan dan sikap yang membawanya melambung tinggi, tak ada yang se romantis ini kepadanya. Dia melemah dan tak dapat menggerakkan sekujur tubuhnya seketika.
Apalagi perasaan Argan, sejak tadi sudah gemetaran berhadapan dengan perempuan yang sangat ia sayangi, walau baru bertemu beberapa hari, seperti sudah mengenal sejak lama. Dia tidak peduli siapa Melzy, bahkan walau ada kekasih. Argan tetap inginkan Melzy dalam hidupnya. Ia maju dan tak mau melepaskan perempuan ini, Argan tak mampu menghentikan nuansa hati yang mendorongnya untuk maju dan menyemaikan kasih sayang kepada Melzy yang terkesan dingin sejak tadi sore.
"Cup." Argan mengecup bibir mungil perempuan itu dengan sangat hati-hati. Melzy melotot awalnya, tetapi dia memejamkan mata selanjutnya. Ia pun tak menolak dengan gerakan tiba-tiba sang pemuda. Mereka berdua menutup mata demi merasakan aliran kasih pada hati, berdiri bulu roma apalagi angin dingin berhembus sepoi-sepoi bebas dari balkon menyisir kulit ari.
Keduanya larut dalam damainya hati dan perasaan yang membumbung ke angkasa, Argan mengeratkan pegangan dia di dua lengan posisi mendekati bahu milik Melzy, meremas lengan itu. Ciuman hangat dan penuh kasih sayang yang sudah lama tidak ia rasakan, hatinya selalu berantakan karena hanya mendapatkan ciuman kasar yang penuh nafsu. Detik ini berbeda, dia tidak mendapat perlakuan seperti biasanya.
Melzy seakan tak mampu menghentikan system' tubuh, dia menolak, tetapi bahasa kalbu tak mampu meluruh. Ciuman itu masih berlangsung tanpa bisa dilawan Melzy, dia bahkan merasa nyaman dan menikmati, karena sebenarnya rasa itu juga ada dalam dadanya. Ia juga kagum, suka, bahkan mungkin juga sayang kepada Argan tapi tak tahu cara mengekspresikannya karena keadaan.
Argan tahu Melzy tidak menolak atau marah, maka ia lanjutkan ciuman itu ke tahap selanjutnya. Dia melumat dengan sangat perlahan dan lembut bibir tipis yang terasa manis dirasa Argan, sambil memindahkan tangan Argan yang awalnya di bahu, menyentuh dagu Melzy agar sedikit mendongakkan kepala dan semakin melebur ikatan batin mereka, dia semakin terlarut dalam lumatannya sendiri.
Berdesir aliran darah dalam tubuh, napas Melzy sudah tak mampu ia tahan, mulai tak beraturan dan terasa sesak. Kelembutan itu mengundang rasa yang tidak pernah datang padanya selama ini, perasaan apakah? Melzy juga tak membantah, dia merasa senang akan ciuman itu.
"Tidak! Perasaan apa ini? Aku harus menghentikannya. Bukankah ini tidak boleh terjadi? Kenapa aku terhipnotis dan tak dapat menghindari ciuman darinya?" racau suasana hati Melzy.
Mereka tanpa sadar telah berciuman dengan sangat lama, hingga tangan Melzy tidak ia sadari sudah memeluk erat punggung Argan dan rasa hatinya sudah menginginkan lebih, dia biasa dirangsang lelaki bejat, sehingga system' dalam tubuhnya begitu cepat merespon perlakuan menjurus seorang lelaki, walau hanya sekedar ciuman pada awalnya.
Melzy dikuasai oleh perasaan kalut dan banyak denyutan mulai timbul dan berdenyut kencang, denyutan nadi, denyutan jantung, denyutan bunga juga menuntut lebih untuk dirangsang oleh laki-laki.
Melzy segera melepaskan ciuman itu tiba-tiba, dia menunduk dan tampak berusaha untuk menyetabilkan alunan napasnya. Dia merasa malu, kenapa ini bisa terjadi? Dia telah berciuman dengan Argan, padahal sejak ungkapan perasaan itu, dia selalu menolak dan menepis perasaannya. Apa ini bahasa kalbu yang tak bisa membohongi pemiliknya? Apa dia menolak Argan hanya di bibir, padahal kenyataannya dia suka?
"Kenapa, Melzy. Aku tahu kau juga suka padaku, walau rasa itu masih sangat kecil, kenapa tidak memberikan aku kesempatan dulu? Nilai aku dan perhatikan sikapku padamu. Kenapa harus membohongi hatimu?" Argan bersuara, setelah mencium Melzy, dia sangat tahu perasaan Melzy terhadapnya adalah sama.
Melzy tetap menggeleng kepala dan mundur satu langkah. Dia hanya diam dan tak mampu lagi memandang wajah Argan. Ia takut tersihir oleh kelembutan sikap dan ketampanan wajah sang pemuda, di luar dugaannya ternyata mampu menyihir hati perempuan tanpa bisa menolak.
"Melzy, apa yang kamu takutkan? Aku dan kamu sudah saling suka, Papa dan Mama selama ini tidak pernah mengekang soal pasangan hidup. Jika kamu mau, aku akan serius kepadamu secepatnya. Aku siap bila kita harus menikah agar kamu percaya dengan kesungguhanku." Argan tampak memerah wajah.
Tak ada kata, hanya air mata tumpah. Tak ada jawab, yang ada hanya rasa berat. Lagi-lagi hanya tangis dan Argan tak mengerti apakah se berat itu menerimanya hingga terus menangkis.
"Aku mau kauberi kesempatan dan aku menerima jika kamu masih jalan dengannya, justru kamu akan bisa menilai yang mana yang lebih tulus kepadamu, kamu bisa tahu mana yang terbaik untuk kamu, terimalah aku walau kau masih bersamanya," todong Argan sampai segitunya.