Chereads / Terjerat Dua Pejantan / Chapter 18 - 33. Sesaat Berlalu

Chapter 18 - 33. Sesaat Berlalu

Dia berdiri di depan cermin yang besar dan panjang se tinggi tubuhnya. Segera ia lepas anting dari Sena itu dan ia ganti anting pemberian dari tuan mudanya. Cantik, memang terlihat begitu indah. Cincin yang juga ia sematkan di jari lentiknya. Ia pandangi berulang kali hingga seutas senyum keluar secara otomatis. Senang dan bahagia itu yang dirasa walau semu.

Dia memilih menghabiskan waktu di kamar saja, mau keluar kamar juga malu bertemu dengan tuan mudanya_Argan. Ia ingin menikmati kesendirian dan bersantai sejenak. Dia merebahkan tubuhnya di situ sambil memejamkan mata mencari keheningan dan ketenangan batin.

Ia terngiang-ngiang suasana syahdu saat diperlakukan dengan manis oleh sang pemuda tampan_Argan Dirgantara.

Saat itu ....

Melzy diam membisu, perasaan nyaman hadir dan dia tidak memungkiri, sangat kagum kepada lelaki ini, bahkan sejak awal bertemu. Kehangatan pelukan darinya membuat hati Melzy lebih tenang, sepasang mata itu kian berkaca-kaca. Ia sudah ada Rendi, tetapi jauh di mata dan sempat ada perempuan di sana. Hatinya masih kalut walau telah memaafkan.

Kini ada Argan yang penyayang dan begitu menghargai perempuan yang baru dikenal, telah jatuh hati padanya dan menuntut ungkapan perasaan yang sama. Melzy masih terdiam menahan gejolak jiwa.

"Tadi, soal film raja dan ratu itu, hanya pengalihan agar aku tidak gugup. Aku serba salah tingkah, jadi aku mengambil topik film yang pernah kita lihat, padahal aku sangat ingin mengungkapkan ini kepadamu sejak tadi." Argan melanjutkan. Melzy masih berdiri tegak dengan kedua tangan yang lurus di kanan kiri pahanya, tidak bergerak sama sekali.

"Maaf bila terlalu terburu-buru, aku tidak meminta kamu membalas perasaanku jika memang tidak ada rasa kepadaku. Aku hanya mau kamu tahu bahwa aku sayang kamu dan tak ingin jauh darimu. Setiap detik bersamamu adalah kebahagiaan yang aku rasakan," akunya Argan kemudian.

"Maafkan aku jika aku hanya bisa mengatakan entahlah, terima kasih banyak atas semua perhatian dan kebaikanmu. Sekarang ayo kita kembali, Mas." Melzy memutus topik yang sudah sangat serius Argan ciptakan.

Bagaimana bisa jika tahu kenyataan yang sebenarnya siapa dirinya yang sangat hina-dina ini, apalagi sudah menjadi tukang selingkuhan si Papa dari Mamanya. Mungkin kalau tidak dibunuh dan dicincang habis oleh Argan, walaupun lelaki itu baik. Sebaik apa pun jika ditusuk dari belakang seperti ini, seorang suci pun bakalan muntab dan bisa sadis.

"Hei, ada apa? Kamu menangis lagi? Apa kamu teringat kekasihmu yang jauh itu atau kamu merasa terbebani dengan ungkapan dariku?" tanya Argan dan Melzy cepat-cepat menggeleng.

"Lalu kenapa? Maaf, ya, bila membuatmu tak nyaman. Aku hanya merasa sesak sendiri bila hanya memendam dalam hatiku. Aku ingin kamu juga tahu, aku ingin kamu suatu hari memberi jawaban untukku, walau tidak untuk saat ini. Aku akan menunggu."

"Tidak, kau tidak boleh menunggu. Kau juga harus tahu kenyataannya, aku sudah memiliki kekasih, yang kedua kita bagai langit dan bumi. Kita takkan mungkin bersatu. Aku siapa? Aku rendahan, aku hanya orang kampung." Melzy setidaknya mengutarakan alasan. Melzy masih memejamkan netranya sembari mendengkus kesal!

Di sisi lain, di dalam kamar masih berlanjut perbincangan_curhat yang serius antara pemuda dan sang Mama tercinta ....

Argan melanjutkan percakapannya.

"Ma, kalau dia mau tinggal di rumah ini, 'kan justru Argan akan sangat senang, semakin banyak waktu yang bisa Argan habiskan bersama dia. Lalu di antara kami akan saling mengenal lebih dalam. Argan tahu, kok, dia juga suka sama aku sepertinya, tetapi dia bantah karena ketakutannya yang merasa banyak perbedaan itu." Panjang kali lebar Argan menjelaskan sudah seperti siaran berita saja.

Argan juga yakin bahwa Mamanya itu dapat memahami dan mendengar dengan sangat baik setiap ucapan, walau tak dapat menimpali, tetapi doa dan restu tulus dalam hati Mamanya yang diharap Argan untuknya dan Melzy. Argan kembali resah sebab hal tadi teringat kembali di benaknya, Papanya yang tumben tidak memberitahu dia jika memiliki rencana bertemu dan bicara dengan Melzy empat mata, lalu kenapa sampai sekarang juga tidak menelepon dia untuk menjelaskan hasil pertemuan itu?

Ia sama sekali tidak tahu tentang skandal antara Melzy dan Papanya. Di balik semua itu ada niat buruk terhadap perempuan itu. Argan tidak ada firasat apa pun bila sang Papa inginkan juga Melzy untuk dirinya dan membuat wanita itu menjadi dua bagian yang tersisa untuk diri dan putranya.

Sedikit mengerikan sampai seorang penjual diri yang sudah dinilai tak ada harganya saja sangat marah mendengar tawaran itu, hal itu pula yang mendasari Melzy segera memutus hubungan dengan keluarga ini, sang Papa rumah yang biadeub seiring dengan seorang putra yang sangat baik, Melzy takkan bisa hidup normal dengan kondisi yang begini.

Hebat juga Sena, sampai kini masih melakukan tanggung jawab dengan baik, bahkan terlihat sangat setia dengan Mamanya. Argan yang masih merasa nyaman dalam pelukan Mamanya itu masih memejamkan mata, mencoba merasakan dan menembus rasa hati Mamanya. Ia yakin setiap pilihan hidupnya selalu mendapat dukungan sang Mama, karena pilihannya jarang ke hal yang negatif. Argan spontan melirik jam di dinding kamar yang luas dan begitu banyak barang antik dan berharga koleksi Sena juga perabot rumah pilihan Mama tercinta.

Perpaduan dua barang, dua hati, dua cinta melahirkan keduanya saat ini bersatu padu di dalam kamar ini walau nampak sedikit memudar karena kondisi Mamanya.

***

"Tring!" bunyi nada pesan ponsel Melzy.

Ia meraih benda pipih itu lalu membaca ada pesan apa juga dari siapa. Ternyata pesan itu dari sang tuan muda tampan nya_Argan Dirgantara.

[Papaku sudah datang sejak satu jam lebih yang lalu dan beliau sesuai janji, sedang menemani Mama di kamar. Aku sendiri tak dapat tidur dan ingin kopi buatan tanganmu, boleh aku memintanya sekarang dan tolong bawa ke balkon ruang tengah. Tolong dibalas ya, Melzy] isi pesan tersebut yang membuat manik mata Melzy membola.

[Apa tidak masalah bila kita bertemu tanpa sepengetahuan Papa kamu, Mas? Ini sudah malam] balas Melzy, dia juga mengantisipasi adanya konflik antara putra dan bapak, sebaiknya cari aman.

[Justru Papa yang meminta aku untuk bicara dan bertanya kepadamu sendiri, ketika aku meminta jawaban atas bertemunya kamu dan Papa beberapa waktu lalu, karena itu aku ingin berbicara empat mata langsung denganmu] balas Argan.

Melzy tak dapat menolaknya. Pertama, dia memang yang tadi sore bilang sendiri akan melanjutkan obrolan yang ditanyakan oleh tuan muda. Ke dua, dia perlu bertemu dan mengucapkan terima kasih secara langsung atas hadiahnya yang jujur saja ia suka. Ke tiga, dia juga sebelum pergi tak ada salahnya berbicara sejenak sebagai salam perpisahan.