Chereads / Terjerat Dua Pejantan / Chapter 2 - 17. Merindu

Chapter 2 - 17. Merindu

"Apa kamu bilang?! Jangan mengecap buruk dia, justru dia sangat baik menyelamatkan orang tuanya, bahkan mengorbankan dirinya! " tampak bibir Rendra mencibir karena menyimpan tanya, jahat juga mulut Mela, sedangkan Melzy adalah gadis lugu dan polos, bahkan sangat jujur selama ia kenal.

"Aku tahu semua tentang dirimu, Mas. tanyalah padaku apa tentang dirimu, akan aku jawab karena aku tahu semuanya. Semua ini kulakukan karena rasa ini hanya untukmu! Saking dekatnya aku, kau anggap teman saja sampai tak pernah kamu bercerita apa kepadaku, tapi aku malah bisa tahu semuanya! Bahkan coba tanyalah semua rekanmu. Pasti mereka takkan tahu tentangmu ini, kamu curang, Mas Rendra! Orang lain menumpahkan segala kisah hidupnya padamu tak bersisa, karena menganggap sahabat, tapi kamu menutup rapat semua tentang dirimu pada teman dekatmu dan mereka yang kau sebut sahabat itu! Tapi aku tahu semua tentang wanita itu, dan kau termasuk memilih menjadi simpanannya." Panjang lebar Mela mencerca Rendra.

"Bukan aku tak maukan wanita untuk menemani langkahku, bullshit jika aku sekuat itu, tidak ada lelaki yang tidak membutuhkan kehangatan kasih orang yang ia cintai, bukan aku keras kepala, Mela, tapi aku tak sanggup mengutarakan kepada siapa pun, aku pendam, ya, hanya untuk aku sendiri. Bahwa ada orang lain yang mengisi dan menghuni hati ini sejak lama, dengan segala kurang dan kelebihan dia sungguh tak mengubah posisinya di hati ini. Aku takkan berpaling tetap menunggunya, aku tak bisa membohongi hatiku." guman Rendra dalam hati, tak urung Mela menitikkan air mata mendengar itu, disekanya buru-buru namun tetap tampak juga oleh Rendra.

"Hei, Mela, Mela, kamu menangis, sungguh kebaikanmu dan ayahmu tidak akan aku lupakan, tolong jangan menangis, maafkan aku terlalu keras dan kasar, kumohon ayo lupakan yang aku katakan sekarang ayo kita pulang, aku doakan kamu segera menemukan lelaki sejati yang mencintai kamu," ungkap Rendra menenangkan Mela sembari mendekatkan dirinya ada gadis itu.

"Ayo jangan ragu, ini adalah pelukan persahabatan. Jangan ditolak ya, Mas, aku bukan orang yang suka mencuri kesempatan. Aku tidak akan meminta lebih dari ini." Mela langsung mendekap Rendra dan memeluk erat melingkar di punggung lelaki itu. rambutnya yang lurus semampai akhirnya dibelai juga oleh Rendra.

Akhirnya Rendra menyudahi topik cinta dan kekasih malam itu, bagi dia tak bisa ia bahas lagi kepada Mela, karena kalau sudah ada air mata, terlalu dalam yang dirasakan oleh gadis itu. Bagaimana pun gadis itu dan ayahnya berjasa kepada dia.

"Terus. Bagaimana dengan orang tuamu? Apa sudah bisa dihubungi?" lanjut Mela memulai kata dan mengganti topik seketika, mengingat orang tua Rendra sudah beberapa hari tak bisa dihubungi.

"Ya, bersyukur orang tuaku sehat, Ayah sudah dalam keadaan membaik, kemarin saja sempat drop dan sudah diperiksakan, tapi semalam  sudah bisa kuhubungi, mungkin kemarin sempat tidak bisa dihubungi karena sempat nge-lag ponsel beliau-beliau," terang Rendra.

Seringkali mereka menghabiskan waktu bersama memang, Rendra berusaha menjaga jarak sebenarnya, tetapi Mela dan ayahnya berkolaborasi mendekat terus kepada Rendra, sebenarnya Mela masih ingin berbicara lebih jauh, namun sudah cukup dan ia sudahi karena ia sendiri yang selalu pada akhirnya menangis.

Mungkin Mela akan mencari waktu, ia hanya penasaran bagaimana sosok cinta pertama lelaki bernama Rendra dimasa lalu saat masih sekolah, sampai bisa tertaut dengan hebat dan kuat sampai kini dengan wanita idamannya itu, bahkan sampai terhalang oleh pernikahan, namun Rendra tetap mencintainya dengan tulus.

***

"Bagaimana ya, Bu, kabar anak kita? Kenapa sulit kita menghubungi dia, bahkan hanya berkirim rekaman suara, video keadaan dia, rasanya ingin telepon dua arah dan saling mengobrol langsung?" sarkas ayah Melzy yang sedang berada di desa pada ibunya dengan nada heran dan seakan galau memikirkan putrinya sejak lama susah dihubungi.

Seuntai alunan kicauan burung menemani setiap pagi di alam bebas lepas tak menjadikan suasana rumah jadi asri, kemilau embun kian berjatuhan karena semalam semesta diguyur hujan tak memendarkan amarah seorang ayah pada putrinya yang dia nilai sangat buruk komunikasi dengan orang tua, apalagi Roy sebagai menantu juga sama sekali tidak pernah menghubunginya.

"Ibu sudah bilang, Yah, mungkin mereka sangat sibuk, apalagi Melzy bakal bantu-bantu suaminya rekap kerjaan, bisa jadi, keliling kita dan masih untung dia masih bisa menghubungi kita." Cerita ibu yang membela Roy dan Melzy pada suaminya. Betapa Melzy alias Tiara Sukma sebenarnya hampir tidak pernah memafhumi orang tuanya memendam rindu kepada dirinya.

Sumeliana memijat suaminya agar reda nada emosinya karena sangat rindu dan merasa aneh saja sejak putrinya menikah, wanita penuh rona kelembutan ini sedikitpun tak pernah mempunyai rasa amarah dihadapan anak atau suami, benar-benar wanita penyabar dan penurut menjadikan putrinya sebagai wanita yang seperti sekarang ini, pakaiannya yang biasa saja tak pernah menampilkan kemewahan atau berlebih-lebihan menambah anggun dan kesederhanaannya menurun pada putrinya.

Lalu tak bisa dihindari apa yang terjadi hingga dia berubah karena perangkap tuan konglomerat yang kaya_Roy

Melzy Tiara Sukma sangat-sangat tahu ibunya_Sumeliana tak pandai berbohong, tapi demi anaknya pasti apa saja dilakukan seorang ibu. Begitu juga Melzy selama ini selalu jujur di mana pun.

"Nasehati anakmu itu bu, kalau sudah bisa dihubungi, jangan sampai dia bisa memutus hubungan kita, aku enggak mau hal yang tidak-tidak sampai terjadi bu," ucap Pak Zyianto sambil menyeruput kopi yang sudah lama menanti untuk dinikmati oleh tuannya, usai sarapan pagi tadi yang disajikan sang wanita paruh baya tercintanya, Sumeliana alias Meli.

"Semua itu tidak mudah, Ayah, anak kita pasti menurut pada suaminya, dia anak yang baik kok, kayaknya istri itu tergantung suaminya, bisa jadi Roy yang mengekang dia, putri kita masih sangat muda, dia masih sangat kecil untuk menjadi istri, tapi bagaimana lagi, dia berkorban demi kita, lho. Mungkin Roy saja yang Ayah hubungi, tanyakan kenapa sulit berkomunikasi dengan putri kita."

Meli menggoda sambil melayangkan cubitan ke pinggang Zyanto itu dan mencairkan suasana agar suaminya tidak geram serta ibu tak mau lebih detail diajak berdebat lagi. Seketika dengan spontan si ayah menggeliat karena terkaget, sambil mengingat-ingat bahwa dirinya juga pernah muda. Pernah jatuh cinta dan pernah mengejar cinta.

"Ya, benar juga, aku akan tanyakan kepada Roy dan aku mau mereka berkunjung ke desa, sudah lama sejak mereka menikah belum pulang kampung sama sekali," lanjut ayah sontak mengagetkan lawan bicara yang sedari tadi di sampingnya. Memang kerinduan yang mereka hadapi sudah tak terkira, anak semata wayang menikah dengan orang kaya, tetapi komunikasi dan kabar saja sangat sulit untuk mendapatkannya.