"Nah, itu Ibu malah setuju, bagaimana caranya Ayah paksa mereka pulang kampung, lalu kita cerca dan minimal Melzy Ibu kasi bekal bagaimana jadi istri yang baik," cakap Ibu spontan bangkit dari duduknya dan mendempetkan diri sambil mengelus-elus bahu sang suami, entah mungkin bertujuan untuk merayunya mungkin saja.
"Oke, aku akan coba hubungi Roy, mulai dari sekarang akan aku tanyakan kapan bisa pulang kampung, aku sudah rindu dengan Melzy," terang Zyanto sambil menggerak-gerakkan kedua tangannya layaknya pak dosen yang memberi penjelasan mahasiswanya, Meli tampak menghela nafas panjang sambil tersenyum.
"Sudah jam segini, Ayah berangkat ke sawah dulu saja, Ibu siapkan menu makanan untuk nyusul Ayah satu jam lagi ke sana," ucap Meli untuk mengingatkan waktu, disusul pemandangan rutin setiap hari yaitu kecupan hangat yang dilayangkan ke tangan suaminya, berbalas kecupan kening untuk istri yang menjadi hal lumrah.
Ibu Melzy yang sejak semalam kurang tidur karena memikirkan rumah tangga putrinya yang dirasa sedikit aneh, setiap hari itu tetap berpikiran baik terhadap putri dan menantunya, beliau benar-benar yakin kepada putrinya itu tidak mungkin memutus hubungan dengan orang tua hanya karena menjadi istri orang kaya, buktinya masih kirim video sapa dan salam, mengirim voice note, walau masih belum bisa berbicara langsung dua arah.
Tak lupa Rendra lah yang intens berbalas chat dengan Ibu dan Ayah Melzy selalu, namun yang ia sampaikan tetap Melzy dalam keadaan sehat, baik dan masih cari waktu untuk menelepon orang tua. Keadaan ini karena tidak banyak memiliki waktu bebas dan sayangnya Melzy memang merahasiakan kepedihan hidupnya dari siapapun.
Karena pada kenyataan yang ada, Melzy hanya seorang diri, semua harus dia pikul sendiri tanpa tahu apa yang harus dia pilih karena tak disuguhkan kepada wanita itu pilihan, yang ada hanya keputusan yang harus-harus dia lakukan dengan paksa, berdasar perintah sang tuannya yang puluhan tahun jadi nakhoda sebuah kapal berwarna buram yang diselimuti gelimangan keindahan semu di mata duniawi.
Rendra tak mungkin lagi melangkah ke depan ke arah Melzy saat ini, yang ada hanya melangkah selangkah kian selangkah untuk menunggu dan sementara menjauhi Melzy, semua tidak akan ada yang bisa mengubahnya, kedekatan Melzy dan Rendra hanya bisa berbisik cinta secara sembunyi-sembunyi bersama pemuda itu. Asal suasana berpihak kepadanya.
Melzy harus menjalani takdirnya lebih dulu, dan Rendra juga berjalan pada jalurnya juga. Orang tua Melzy pun tetap berkegiatan sehari-hari tanpa tahu kapan bisa merubah kehidupannya, memiliki menantu kaya raya tidak serta merta membuat orang tua Melzy terangkat, malah banyak cibiran dan cuap-cuap orang yang semakin memperburuk keadaan.
Suara-suara yang mengatakan bahwa orang tua jual anak, sudah tahu Roy Istrinya banyak, lalu gila harta dan anak sudah kaya lupa orang tua, bahkan Roy dinilai doyan anaknya, gak sudi dengan orang tuanya, lalu dengan kenyataan yang susah menghubungi mereka semakin membuat hati orang tua Melzy benar-benar sempat drop dan sakit hati. Diikuti dengan kabar mereka yang lama menghilang pula.
Semua lebih kuat setelah Melzy muncul walau dengan bantuan Rendra, barulah komunikasi bisa sampai pada orang tua Melzy, merasa adem mendengar suara Melzy bahkan wajah putrinya saat video yang dikirim ke orang tua, sementara memang masih melalui Rendra, sebab Melzy belum bisa memberikan nomor ponselnya karena takut dihubungi duluan oleh orang tuanya itu sewaktu-waktu, padahal situasi Melzy di suatu tempat sedang tidak kondusif, itu pasti membahayakan juga baginya. Bisa dirampas lagi ponselnya dan diganti lagi.
***
Benar dalam bayangan Argan, lelaki itu sudah membayangkan dia datang bersama Melzy dan pasti akan menghebohkan suasana kantor pagi ini, ditambah lagi keusilan Argan masih saja menempel di dirinya, sejak tadi dia masih sama, selalu memotret secara candid perempuan itu, saat memasak hari ke dua, pagi buta dia jeprat-jepret dan upload di story' WA-nya, saat Melzy bersih-bersih di rumah, bahkan saat merawat Mamanya, dia juga dengan berbagai gerakan diabadikan gambarnya oleh lelaki itu, sehingga sudah banyak story' dan komentar dari para rekan kerjanya.
Lalu dia hanya menyematkan sebuah kata, "tunggu episode kali ini, nona manis akan aku bawa ke kantor kita, jangan goda dia." Begitulah kira-kira isi story' terakhir WA Argan. Pantas saja banyak temannya yang menunggu di halaman kantor karena menanti kedatangannya.
Terlihat sangat dibuat-buat, ada yang berpura-pura merapikan tumbuhan dan bunga dalam pot yang berjajar di sisi kiri dan kanan halaman kantor, ada yang memegang map seakan menunggu untuk jalan tugas di luar, ada yang mondar-mandir di depan sambil beraksi menerima telepon, ada pula yang saling tanya jawab membawa sebuah buku besar dan berdua menunjuk satu halaman di buku itu, Argan sudah sangat biasa dengan pemandangan di hari-hari biasa, jadi dia sangat tahu bila hari ini banyak yang bertingkah aneh, mana semua pada eksyen dan berkumpul di halaman kantor, jelas itu menggelitik dada Argan.
"Ayo, turun ... eh, tunggu, begini lebih cantik!" Argan mengajak turun, tetapi dia tetiba saja mengulurkan tangannya dan menyibakkan rambut Melzy bagian sebelah kiri untuk diselipkan di belakang telinga sebelah kiri.
" ...." Melzy terdiam sejenak.
"Biarkan terlihat sebelah, antingnya terlihat sangat indah, permata biru. Bagus," puji Argan.
"Ehm, ini hadiah dari Papa kamu, Mas Argan, aku tak akan sampai hati mengatakannya, tentu akan menghancurkan perasaan Mama kamu," berbisik sendiri dalam kalbu.
Melzy mengangguk dan keluar dari mobil, respon dari luar adalah, melirik, melotot, mencuri pandang dan sejenisnya demi mengetahui wajah asli perempuan yang di bawa Argan ke kantor.
Memang wajah nan ayu juga khas yang berbeda dengan mereka menambah citra khusus kecantikan Melzy, ditambah kulitnya yang sangat mulus dan baju yang serasi itu menakjubkan mata siapa saja yang memandang. Melzy telah dipoles dan dipermak dari dalam dan luar, sehingga kesan kampung yang tidak nampak di dirinya, kecuali sikapnya yang sangat santun barulah terlihat jika dia bukan orang perkotaan.
Perawatan dari mulai suntik putih, sulam alis, bibir, tarik wajah, pipi dan banyak menyempurnakan penampilan fisik yang jelas mengubah Melzy dari seorang gadis yang memang cantik asli menjadi cantik yang lebih paripurna karena dia memang harus cantik sempurna dalam menjalani profesinya. Tentu yang demikian tidak diketahui oleh Argan, dia mengira tampilan Melzy dari kulit hingga bentuk wajah adalah benar-benar original dari ciptaan Tuhan. Maka dari itu tak heran banyak pasang mata yang melongo dibuatnya.
"Selamat pagi, Pak Argan Dirgantara." Banyak sapaan menyambut mereka berdua, dan sesuai pesan Argan tadi, Melzy harus berjalan mengiringi Argan selalu tanpa menoleh ke sana dan ke mari lalu fokus menuju ruangan Argan saja.
Argan yang menjawab semua sapaan itu, Melzy hanya tersenyum dan pandangan mata tetap lurus ke depan.
"Iya, hallo, Pa?" Langkah mereka berdua tiba-tiba terhenti ketika terdengar Argan mengangkat telepon dan ia sebut nama panggilan 'Pa'