Divya masih menatap wajah atasannya dengan sinis. "Argh, si Raymond semakin lama malah semakin sesuka hatinya saja. Namun, aku juga tidak mungkin menghakiminya dalam keadaan seperti ini," pikir Divya. "Mas, bisakah kamu melepaskan pelukan ini? Laju pernapasan saya terasa sangat sesak, jika kamu terus memeluk tubuh saya sekencang ini," gerutu Divya.
Raymond sedikit melonggarkan pelukannya. "Kalau seperti ini bagaimana?" tanyanya merasa penasaran.
Divya masih mencoba untuk menjauhkan pandangan matanya dari Raymond. "Ya, kalau bisa jangan dipeluk seperti ini, Mas. Kita belum sah, aku takutnya nanti kamu khilaf dan—"
CUP!
Raymond malah mengecup bibirnya dengan lembut. Divya juga sudah tidak banyak bertindak. Ia hanya terpaku melihat kelihaian sang CEO tampan berbakat bermain di atas bibirnya. Ingin berteriak, tetapi pita suaranya seolah tidak bisa berfungsi lagi.