Chereads / Turning Into Beautiful / Chapter 26 - Melampiaskan Birahi

Chapter 26 - Melampiaskan Birahi

Dahi Raymond langsung berkerut setelah mendengar ucapan kekasihnya. "Ada hal penting apa?"

Zeline langsung menarik tangan Raymond untuk segera mengikutinya. Ia pun mengajak Raymond ke dalam ruangan rehat. Ternyata, Zeline berbohong soal perkataannya tadi. Ia hanya ingin bermesraan dengan Raymond.

Hal itu segera ia lampiaskan setelah masuk ke dalam ruangan tersebut. Dengan lembut, ia langsung mengecup bibir pria yang ada di hadapannya. Kecupan itu pun menjadi lumatan-lumatan manis. Tentunya hal indah yang sudah terjalin tidak bisa Raymond hindari. Ia juga ikut terseret ke dalam permainan panas yang sudah Zeline lancarkan.

Bibir mereka saling berkaitan satu sama lain. Tangan Zeline juga mulai nakal memijat bagian yang sudah menegang. Namun, tangan Raymond langsung menyeka tangannya dengan lembut. Ia segera menuntun tangan wanita itu untuk melingkar pada lehernya.

"Sayang, kenapa kamu menjadi sangat agresif seperti ini?" tanya Raymond setelah selesai melakukan pagutan panas itu.

Dengan intens Zeline kembali menatap wajah kekasihnya. "Aku sangat merindukan kamu, Sayang. Sudah berapa hari kita tidak bertemu? Bahkan, kamu tidak memberitahuku setelah pulang dari sana!" Ia langsung mengerucutkan bibirnya.

Dengan hangat, Raymond kembali mengecup bibir sexy pujaan hatinya. "Aku tidak memegang ponsel, Sayang. Pekerjaanku begitu banyak, sehingga membuatku lupa dengan segala hal. Ada masalah yang terjadi pada pertemuan kemarin. Maafkan kelalaianku, ya." Raymond kembali mengelus kepada Zeline.

"Iya, aku mengerti." Zeline kembali mengecup bibir Raymond.

***

"Suasana di tempat ini sangat indah, ya." Divya kembali menatap wajah Fay yang sekarang sudah duduk sejajar dengan dirinya.

"Benar," jawab Fay. "Divya, kenapa kamu berbohong kepada Pak Ray soal kondisi kamu?" tanyanya merasa sangat penasaran.

Divya kembali menatap wajah Fay. "Aku hanya tidak ingin merepotkan dirinya saja. Dia sudah terlalu baik kepada diriku, Fay. Aku hanya khawatir tidak bisa membalas kebaikannya."

"Perihal itu, kamu jangan khawatir. Meskipun, Pak Ray orangnya keras. Namun, ada sisi baik di dalam dirinya. Aku sangat mengenalnya, tetapi dia bisa menjadi monster ketika merasa kesal. Banyak perubahan yang terjadi kepada dirinya setelah bertemu dengan Zeline," ungkap Fay seraya menatap wajah Divya.

"Memangnya ada apa dengan Pak Raymond? Kenapa kamu sampai mengatakan hal seperti itu?" tanya Divya sekali lagi. 

"Emosinya semakin kacau setelah bertemu dengan wanita licik itu. Dia seperti boneka yang selalu menuruti perintah majikannya. Semua sekretaris Pak Ray juga pergi tanpa kabar setelah bertemu dengan wanita bermuka dua itu. Dan Zeline pernah sekali mengancam diriku untuk menjauhi Pak Ray. Aku sangat tidak menyukainya, Divya," ungkap Fay merasa kesal. "Pernah satu waktu aku mengatakan hal itu kepada Pak Ray. Bukannya membelaku, Pak Ray malah ingin memecat diriku. Untungnya, ada Luke yang selalu membantuku dalam segala hal," lanjutnya.

"Ternyata, bukan hanya aku saja yang mendapatkan perlakuan tidak baik dari Zeline," sahut batin Divya. "Jadi, semua terjadi karena wanita itu, ya."

"Benar, dan saranku kamu harus selalu menghindarinya. Kita tidak tahu apa yang akan akan ia lakukan kepadamu nantinya." Fay kembali meluruskan pandanganya. 

Divya kembali menatap wajah Fay dengan serius. "Benar yang diucapkan oleh Fay. Aku tidak boleh menganggap remeh wanita licik itu," batin Divya. "Terima kasih atas saranmu, Fay. Aku harap tidak ada hal yang buruk terjadi kepada kita berdua, ya."

"Tanganmu masih terasa kebas?" Fay kembali memusatkan pandangannya pada tangan Divya.

"Sudah tidak lagi, Fay. Sudah lebih mendingan, sih." Divya mencoba menggerakkan tangan kirinya.

Keesokan harinya, setelah bersiap-siap membereskan barang-barang. Raymond hadir tanpa diundang. Kedua netra Divya langsung membulat melihat iras pria itu. Tidak lama kemudian, Devan juga datang sembari membawa bunga ke sana.

"Kenapa mereka datang ke sini? Mau apa?" pikir Divya merasa sangat penasaran.

"Loh, Divya. Kenapa barang-barang kamu sudah dikemas dengan rapi? Kamu sudah mau pulang, ya?" tanya Devan merasa sangat tercengang.

Raymond segera berbalik dan mengerutkan alisnya. "Eh, kenapa kamu juga ada di sini?" tatapannya langsung tertuju kepada sebongkah bunga yang sudah tersusun rapi di dalam satu ikatan.

"Aku ingin menjenguk Divya," jawab Devan dengan spontan.

Divya sudah tidak bisa banyak berkata-kata. Kepalanya kembali merasakan sakit melihat kehadiran kedua pria yang ada di sana. Fay juga masih terus menatap kedua durja pria yang ada di sana. Ia merasa takjub melihat pesona Divya.

"Sini biar aku bawa barang-barang kamu," ucap kedua pria tampan itu secara bersamaan.

Divya langsung tercengang mendengar ucapan kedua pria itu. "Kenapa mereka begitu kompak?" batinya. "Hm, terima kasih atas perhatian Bapak. Saya bisa membawa barang-barang saya sendiri," sanggahnya dengan melempar tatapan canggung kepada kedua pria tampan itu.

"Hm, pulanglah bersama denganku. Aku yang akan mengantarmu," sosor Raymond sekaligus membuat Fay dan Devan merasa terperanjat.

"A–aku juga mau ikut bersama kalian." Fay juga tidak mau kalah.

"Aku juga ikut, aku ingin memastikan bahwa Raymond tidak bertindak ceroboh lagi," sosor Devan.

Mau tidak mau, Raymond harus mengabulkan permintaan mereka. Hal itu juga menjadi bahan pertimbangganya agar tidak terlihat begitu memperhatikan Divya. Divya masih terus berpikir lain, ia merasa sangat heran dengan sikap kedua CEO muda itu. Tidak ada percakapan apapun sampai mereka sampai di tempat tujuan.

"Divya, ada apa dengan mereka berdua?" bisik Fay setelah turun dari mobil.

"Aku juga tidak mengerti, Fay." Divya juga sangat berhati-hati dalam menjawab pertanyaan wanita itu.

"Pak Ray tidak pernah seperti ini kepada wanita lain selain Zeline. Mungkinkah dia menyukai kamu?" celetuk Fay.

Divya langsung tersedak ketika mendengar ucapan temannya. "Hahaha, jangan sembarangan berbicara, Fay."

"Kalian sedang bergosip tentang apa?" sosor Raymond sekaligus membuat kedua wanita itu merasa terperanjat.

"Eh, Pak Ray. Kami tidak membicarakan apapun." Fay langsung menyangkal.

"Oh, Fay. Tugasmu sudah selesai. Kamu boleh istirahat sekarang. Supirku yang akan mengantarmu pulang," ungkap Raymond seraya kembali melirik ke arah Divya.

Fay segera menundukan kepalanya. "Oke, Pak. Saya titip Divya, ya." Fay kembali menatap wajah Divya. "Kamu jaga pola kesehatan." Pesan Fay kepada Divya.

Divya langsung tersenyum melihat durja wanita itu. "Terima kasih banyak, ya. Sampai jumpa di tempat kerja," ucapnya.

Setelah Fay pergi, Raymond langsung menarik tangan Divya untuk segera masuk ke dalam rumah. Sedangkan, Devan masih terus berbicara didalam hati. Ia juga tidak menyangka bahwa Divya tinggal di sebelah kediaman Raymond. Kedua netranya pun kembali terpusat kepada wanita itu.

"Aneh, sikap Ray sangat berbeda saat bersama dengan Divya. Apakah mereka mempunyai hubungan spesial? Kalau benar, berarti Raymond telah berselingkuh? Haha, yang benar saja," gerutu Devan di dalam benaknya.

Devan kembali melangkahkan kakinya. Setelah masuk, kehadirannya malah dicegah oleh Raymond. Pria itu sudah menatap tegas kedua matanya. Ia pun langsung tertawa sekilas melihat ekspresi temannya itu.

"Kenapa malah tertawa?" sentak Raymond merasa kesal.

Devan langsung menyentuh pundak kekar temannya. "Kamu menyukai Divya, ya?" tanya Devan merasa sangat penasaran.