Chereads / CEO's Revenge / Chapter 18 - Mencari Lucia dan Bertha

Chapter 18 - Mencari Lucia dan Bertha

Pada akhirnya, Lucia pergi dari rumah itu tanpa merasa bersalah sedikitpun kepada orangtuanya dan Kyung Joon. Dia telah memantapkan hati untuk tinggal sementara waktu di rumah Bertha.

Bertha memang teman yang baik bagi Lucia. Bertha lalu masuk ke mobilnya, disusul Lucia yang sudah selesai memasukkan semua kopernya ke bagasi. Di ruang tamu, Kyung Joon mengepalkan tangan kanan sambil mengancam Lucia.

"Lucia! Awas kamu! Selamanya kamu akan menjadi milik saya, bukan milik orang lain dan kamu hanya akan menikah dengan saya! Ingat itu!" teriak Kyung Joon di depan orangtua Lucia.

"Mr. Kyung Joon, saya tidak mau anda bersikap seperti itu, biarkan Lucia mengikuti kata hatinya," ucap Vanya lirih.

Kyung Joon lalu menoleh kepada Vanya, dia menatap nanar. "Bi, bagaimana mungkin saya membiarkan Lucia pergi begitu saja dari hadapan saya?! Bibi tahu betul kalau saya mencintai putri Bibi dan ingin menjadikannya sebagai istri saya."

"Tuan, semuanya dapat dibicarakan secara baik-baik, jangan marah-marah begitu," timpal Ronald, kemudian dia duduk di sofa minimalis berwarna merah maroon menghadap ke arah Kyung Joon.

"Vanya, kamu juga duduk. Kamu jangan menangis, tidak ada gunanya kamu bersedih karena Lucia memutuskan pergi dari rumah!" cetus Ronald kesal.

"Tapi dia a--"

"Dia sudah bukan siapa-siapa lagi sejak hari ini, kecuali kalau malam ini juga dia kembali dan meminta maaf pada kita, lalu berkata bahwa dirinya bersedia menikah dengan Tuan Kyung Joon, maka aku tidak akan mencoret namanya dari daftar keluarga. Mengerti tidak?!" hardik Ronald.

"Tapi dulu Irene juga keluar dari rumah hanya karena menolak dijodohkan oleh kita. Lantas, apa sekarang kita juga akan membiarkan Lucia pergi dari rumah dan kejadian beberapa tahun lalu terulang kembali?" tanya Vanya lirih.

"Irene dan Lucia sama saja, cuma Dwayne dan Terrence yang tidak menolak dijodohkan saat itu," keluh Ronald.

"Paman, Bibi, ijinkan saya pergi mencari Bertha dan Lucia. Maafkan saya karena tidak bisa berlama-lama di sini dan berbicara banyak dengan kalian," timpal Kyung Joon tergesa-gesa.

"Anda mau mencari Lucia di mana?? Apa anda tahu sebenarnya dia akan pergi ke mana? Mungkinkah kalau dia tidak menginap di hotel, melainkan menginap di rumah Bertha?" tanya Ronald penasaran.

"Benar, Paman. Saya juga berpikir begitu, mereka berteman dan pastinya Lucia tidak akan pergi ke hotel atau pun ke Yunani. Dia cuma mencari alasan saja untuk menghindari saya," imbuh Kyung Joon dengan penuh keyakinan.

"Kalau begitu, cepat susul dia ke sana. Kalau dia mau kembali, tentu Paman tidak akan mencoret namanya dari daftar keluarga, tetapi jika dia menolak pulang bersamamu ke rumah ini maka dia bukan lagi menjadi bagian dari keluarga ini," tegas Ronald.

"Tunggu, Tuan. Sebelum anda pergi mencari Lucia, apa benar jika anda sudah beristri seperti yang dikatakan Lucia sebelumnya?" tanya Vanya, memastikan ucapan Lucia kepada Kyung Joon beberapa saat lalu.

"Mengenai hal itu akan saya jawab setelah saya bertemu dengan Lucia di rumah Bertha. Maaf, saya pergi dulu," jawab Kyung Joon berpamitan pada kedua calon mertuanya.

Akankah Kyung Joon menemukan Lucia di rumah Bertha atau tidak? Lucia dan Bertha tidak bodoh seperti yang dipikirkan Kyung Joon, ketika mereka berada di perempatan jalan, Lucia merubah rencananya untuk menginap di rumah Bertha sore itu.

Bertha terpaksa menyetujui keputusan Lucia, lalu mengantarnya ke hotel berbintang di Jakarta Barat yang tentunya cukup jauh dari rumah Lucia.

~~~~~

Hampir setengah jam lamanya mereka berada di dalam mobil, di tengah tengah hiruk pikuk Kota Jakarta. Hari yang selalu sibuk dan padat, membuat kepala Lucia terasa penat.

Sore itu, tidak disangka-sangka hujan turun dengan lebatnya, menambah kemacetan di jalan raya menuju Jakarta Barat. Hati yang kesal ditambah kepenatan, rasanya Lucia ingin pergi jauh-jauh dari Jakarta.

Namun, Vanya masih berharap dia kembali ke rumah keluarga Weng pada saat ayahnya sudah tidak mempedulikan Lucia lagi.

Kyung Joonpun menyusul Lucia ke rumah Bertha, ia berpikir bahwa Lucia akan menginap di rumah temannya.

Bertha merasa jika Kyung Joon sekarang sedang mencari mereka ke suatu tempat, dia menjadi cemas juga gelisah sehingga tidak menyadari kondisi Lucia yang duduk lemas di sebelahnya sambil memegang kepalanya.

Kenapa tubuhku begitu lemas dan tidak bersemangat ya? Kepalaku juga pusing. Pikir Lucia.

Dua orang wanita yang sedang berada dalam incaran Kyung Joon, berusaha menghindari bos mereka walau nanti ke depannya mereka tidak akan pernah mampu menghindar dari masalah juga kemarahan Kyung Joon.

Untuk mengurangi rasa pusing dan lemasnya, Lucia mencoba duduk dengan posisi tegak lalu perlahan-lahan membuka jendela mobil, agar ada udara yang masuk ke dalam mobil. Padahal di luar hujan semakin deras, tetapi dia tidak peduli.

Bertha menoleh pada Lucia karena dia merasakan hawa dingin yang amat sangat dari luar mobilnya, selain itu ac mobil pun begitu dingin menusuk sampai ke tulang.

"Lus, kamu kenapa? Kok tiba-tiba buka jendela?" tanya Bertha.

"Maaf, Tha. Saya terpaksa buka jendela karena kepala saya pusing, mungkin kalau saya membuka jendela dan mendapat udara segar, rasa pusingnya akan segera hilang," jawab Lucia sambil memijat-mijat kepalanya.

"Tapi di luar hujan deras, nanti kamu sakit. Saya juga pasti sakit nanti, sudah tutup lagi jendelanya," perintah Bertha.

Lucia menggelengkan kepala, menolak perintah Bertha. "Tidak, saya tidak akan menutup jendelanya."

"Terserah kamu saja, tapi kalau nanti kamu sakit jangan salahkan saya. Ingat, minggu depan kita akan berlibur ke Yunani, kamu harus menjaga kesehatanmu." Bertha menasihati sambil matanya tetap fokus ke arah jalan raya.

"Bagaimana saya tidak sakit setelah masalah kemarin terus-menerus mengganggu pikiran saya. Saya muak sekali dan ingin pergi jauh dari Jakarta," gerutu Lucia.

"Sebentar lagi kita sampai di Hotel Viola, setibanya di sana kita makan malam dulu, ya?" tanya Bertha, berharap Lucia tidak menolak ajakannya untuk makan malam.

"Saya tidak berselera makan, Tha. Kamu saja yang makan, saya tidak ikut denganmu. Hmm ... sepertinya Kyung Joon sedang berusaha mencari saya sekarang. Saya takut dia akan datang ke rumahmu, lalu menceritakan semuanya pada orangtuamu. Sekali lagi maafkan saya karena sudah melibatkanmu dalam masalah saya," sesal Lucia, dia memandang Bertha dengan tatapan bersalah.

Bertha pun menghela napas dalam-dalam. "Tidak apa-apa, kamu sama sekali tidak melibatkan saya dalam masalah kamu. Lagipula, saya sendiri yang ingin menolongmu keluar dari lingkaran setan seperti ini. Dari dulu, kebiasaan di rumahmu tidak pernah berubah sampai sekarang. Tidak ada kebebasan dalam memilih pasangan hidup, menyebabkan kamu dan kakak perempuanmu terkekang, benar tidak?"

"Ya, itu memang benar. Kasihan Irene, seandainya waktu itu dia tidak dipaksa menikah dengan laki-laki yang tidak dikenalnya, mungkin dia tidak akan kabur dari rumah." Raut wajah Lucia nampak sedih dan kecewa.

"Sepertinya, hubunganmu dan kakakmu cukup dekat, ya. Apa cuma dia satu-satunya orang yang bisa mengerti perasaanmu, Lus?"

"Ya, begitulah. Selain dia, kedua kakak saya yang lain selalu sibuk dan tidak pernah mempedulikan saya. Mereka hanya mempedulikan orangtua saya, serta sangat patuh pada perintah papa dan mama. Sementara, saya dan Irene dianggap sebagai pembangkang," sungut Lucia jengkel.

"Apakah tidak menuruti perintah orangtua adalah suatu kesalahan? Terutama dalam hal perjodohan, memilih calon suami, dan lainnya. Cinta tidak dapat dipaksakan, begitu pula hati. By the way, saya baru tahu jika Kyung Joon memiliki sifat seperti itu," pungkas Bertha.

"Sifat yang mana? Saya tidak mengerti ucapanmu barusan," balas Lucia bingung.

"Hah, kamu ini pura-pura tidak tahu atau apa? Jelas sekali kalau sifat beliau adalah seorang pemarah, temperamental, dan suka mengancam orang lain," jelas Bertha.

"Oh, saya kira itu bukan sifat aslinya. Mungkin saja ada sifat lain yang tidak pernah diketahui oleh siapapun, di antaranya yaitu sifat gemar merayu wanita. Mimpi saya kemarin begitu nyata, jangan-jangan Kyung Joon sudah menikah sebelumnya," tebak Lucia.

"Kamu jangan menebak-nebak, Luci. Kamu bukan ahli mimpi, jadi untuk membuktikan mimpimu kemarin maka kita harus menyelidikinya. Di kantor masih ada orang yang dapat dipercaya, meski tidak 100 persen. Besok pagi saya akan mencari tahu apakah Kyung Joon sudah menikah atau belum, oke?" Bertha tersenyum lebar pada Lucia, dia sangat yakin jika penyelidikannya akan berhasil. Gaya bicara Bertha sudah seperti detektif saja.

"Baiklah, semoga mimpi saya itu benar sehingga saya bisa terbebas dari Kyung Joon dan menjelaskan semuanya pada orangtua saya, bahwa ucapan saya bukan sekadar omong kosong," imbuh Lucia bersemangat

~~~~~