Chereads / CEO's Revenge / Chapter 10 - Rencana Liburan

Chapter 10 - Rencana Liburan

"Berthaa! Tolonggg!" Lucia berteriak lagi karena dikejar-kejar Kyung Joon.

"Lus! Bangun Lus! Kamu mimpi, ya? Kyung Joon tidak ada di sini, kok." Bertha mengguncang-guncangkan tubuh Lucia yang sedang mengigau.

Seketika matanya terbuka lalu dengan bingung melihat ke sekeliling kamar hotel, di sampingnya Bertha menatap heran ke wajah Lucia.

"Barusan mimpi apa? Ini, saya bawakan makanan untuk kamu," ucap Bertha lembut sambil mengangkat bungkusan plastik berisi makanan dan minuman pada Lucia.

"Tha ... saya tadi mimpi dikejar Kyung Joon," ungkap Lucia, jantungnya berdegup kencang.

"Kok bisa mimpi seperti itu? Aneh." Bertha menatapnya tidak percaya.

"Bisa saja soalnya dia terobsesi dengan saya," gerutu Lucia.

"Lalu, kalau memang tidak suka padanya, kenapa mau menikah dengannya? Apa karena Fela dan Trina, atau perkataan orang di sekitar kamu?" tanya Bertha penasaran.

"Karena saya satu-satunya anak perempuan di keluarga Weng, maka semua orang mendesak saya agar cepat menikah," keluh Lucia sambil melepas crown dari kepalanya.

"Berarti kamu terpengaruh ucapan mereka dan perjodohan konyol itu," balas Bertha.

"Bukan perjodohan konyol tapi lebih ke iseng, Fela tahu kalau saya mengidolakan Jung Woo." Lucia menjelaskan.

"Apa hubungannya Jung Woo dan Kyung Joon?" tanya Bertha bingung.

"Hubungannya adalah, mereka sama-sama berasal dari Korea Selatan," terang Lucia yang terlihat malas membahas pernikahannya dengan Kyung Joon.

"Hmm ... aneh. Fela memang kepo, apalagi Trina," pungkas Bertha kesal.

"Tolong jangan bahas mereka terus, saya bosan dan muak." Lucia memohon.

"Ya sudah, saya tidak akan bahas lagi, tapi kamu harus makan biar ada tenaga untuk menghadapi kemarahan dari Tante Vanya," seloroh Bertha, ia tersenyum jail kepada Lucia.

"Apa sih, mama saya tidak ada di sini." Lucia memasang tampang galak.

"He, he, he ... cuma becanda. Jangan terlalu serius, Lus," canda Bertha, lalu mencubit pipi Lucia dengan gemas.

"Ya ampun, Tha. Kita sudah umur 30 tahunan tapi sikap kita masih seperti anak remaja saja, ck ... ck ... ck," sahut Lucia menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tidak masalah, yang penting kita happy. Betul, tidak?" balas Bertha santai.

"Terimakasih untuk makanannya, saya sudah lapar sekali. Kamu tidak makan bersama saya?" Lucia mengalihkan pembicaraan.

"Kamu makan saja dulu. Saya makannya nanti saja," jawab Bertha.

"Sebentar, saya mau melepas sepatu dan kerudung dulu," sahut Lucia yang nampak kelelahan sekaligus kesal.

"Sini, saya bantu," tawar Bertha tulus.

"Oke, Tha. Kaki saya pegal semua memakai high heels 12 cm, saya tidak terbiasa pakai sepatu tinggi."

"Habisnya tinggi kamu cuma 159 cm, sedangkan Kyung Joon 185 cm, terbayang menjulangnya seperti apa." Bertha mengambil beberapa buah jepit yang disematkan ke sanggul Lucia agar kerudung pengantinnya terlepas.

Tidak sampai sepuluh menit, Lucia pun terbebas dari kerudung maupun high heelsnya, ia merasa lebih nyaman tanpa semua perlengkapan tersebut. Hanya tinggal mengganti gaunnya dengan outfit santai, maka Lucia bisa bepergian keluar hotel bersama Bertha.

"Thanks, sudah bantu saya tadi. Sepertinya, saya harus mengganti gaun saya juga, deh," ujar Lucia yang merasa kepanasan.

"Sebentar, saya ambil bajunya dulu di mobil," balas Bertha cepat.

"Lho ... kamu bawa baju juga? Bawa dari rumah saya atau--"

"Beli di jalan tadi, di toko baju dekat sini." Bertha mengembangkan senyumnya.

"Oh begitu, by the way sorry jadi merepotkan kamu," ungkap Lucia sungkan.

"Tidak apa-apa, kok. Saya juga beli sandal jepit untuk kamu," balasnya.

"Kamu mau menginap di sini?" tanya Lucia penuh harap.

"Maaf, saya tidak bisa. Kalau saya menginap di sini, nanti keluarga kamu curiga pada saya, tadi saja susah sekali hendak mengambil tas kamu ke Fedora," terang Bertha panjang.

"Ya sudah, kalau gitu kamu pulang saja ke Jakarta." Lucia merajuk.

"Jangan marah dong, pleasee ..." Bertha merengek.

"Oke, oke saya tidak marah. Saya ambil baju dulu di mobil kamu." Lucia pun cepat-cepat melengos karena kesal pada Bertha yang tidak mau menginap bersamanya di Hotel Ardhana.

Dia membuka pintu kamar, kemudian turun ke lantai 1 untuk mengambil beberapa potong pakaian dan sandal di mobil sedan Bertha.

Sesampainya di bawah, dia berjalan ke halaman hotel yang cukup luas, Lucia merasa aman berada di daerah puncak. Tanpa membuang-buang waktu lagi, ia pun berjalan ke arah sedan pink itu.

Tiba-tiba dia teringat sesuatu lalu memukul dahinya.

"Ya ampun ... saya sampai lupa membawa kunci mobil Bertha," gumam Lucia, "Saya harus balik ke kamar lagi, deh."

Kemudian, dia berbalik masuk ke dalam hotel tanpa melihat ke arah Bertha yang menyusulnya ke halaman hendak memberikan kunci mobil. Pikirannya benar-benar kacau siang itu.

"Ini kuncinya, kenapa kamu seperti orang linglung begiitu?" tanya Bertha sambil memberikan kunci mobil pada Lucia.

"Eh, Tha. Mengagetkan orang saja."

"Saya tidak mengagetkan kamu, kok," sanggah Bertha.

"Thanks, Tha," sahut Lucia tanpa ekspresi.

Bertha merasa sikap Lucia sangat berbeda dari biasanya, dia seperti tertekan oleh sesuatu. Tapi apa yang menyebabkan Lucia tertekan?

******

Sepuluh menit kemudian, Lucia sudah selesai berganti pakaian di kamar mandi, sementara Bertha mendengarkan musik yang mengalun merdu dari ponselnya.

Tak lama Lucia keluar menemui Bertha dengan tampang galau.

"Tha, saya mau liburan ke Yunani minggu depan," ucapnya tiba-tiba.

"Apa Lus?? Saya tidak dengar ucapanmu tadi ...."

"Saya mau berlibur ke Yunani!" teriak Lucia.

"Ke Yunani?? Untuk apa? Dengan siapa?" Bertha bertanya lalu mengecilkan volume musik di ponselnya.

"Saya ingin mencari suasana baru, maksud saya menenangkan pikiran di sana." Lucia duduk di samping kiri Bertha.

"Jauh sekali liburannya, saya ikut ya," balas Bertha menyenggol Lucia.

"Boleh, tapi jangan katakan ke siapa-siapa kalau saya mau pergi ke Yunani," pinta Lucia.

"Siap, Bu Lucia."

Memang sejak dahulu Lucia ingin sekali berlibur ke negara tersebut untuk melihat keindahan Laut Aegea.

Mungkin di sana dia akan bertemu teman baru atau seseorang yang bisa menjauhkan Lucia dari Kyung Joon.

"Apa saya resign saja, ya?" Pertanyaan Lucia mengejutkan Bertha.

"Lho kok resign? Tadi katanya kamu tidak peduli lagi pada Kyung Joon," jawab Bertha.

"Setelah mimpi dikejar-kejar Kyung Joon tadi, saya jadi ragu ketemu dia lagi, juga Trina dan Fela pasti akan merundung saya karena batal menikah." Lucia menunduk lesu.

"Cuek sajalah ... jangan terlalu menanggapi ucapan mereka." Bertha menasihati.

Apakah Lucia akan benar-benar resign dari PT. Nalendra Tekstil hanya untuk menghindari Kyung Joon, Fela, serta Trina?

******