Chereads / CEO's Revenge / Chapter 16 - Marah, Kecewa, dan Terluka

Chapter 16 - Marah, Kecewa, dan Terluka

Saat Lucia sedang membereskan pakaian dan barang-barang di kamarnya, Kyung Joon serta orangtua Lucia masih menunggu di ruang tamu untuk mendengar alasan yang sebenarnya, mengapa dia sampai melarikan diri dari acara pemberkatan waktu itu.

Kyung Joon tidak akan membiarkan Lucia pergi begitu saja dari hadapannya sebelum segala sesuatunya benar-benar jelas. Akan tetapi Lucia sudah tidak mau lagi berurusan dengan ownernya di PT. Nalendra Tekstil, dia hanya ingin berlibur secepatnya sambil bersenang-senang di Yunani bersama Bertha.

Sore ini juga, Lucia akan segera membuat surat pengunduran dirinya dari Nalendra. Begitu pula Bertha, dia mempunyai tujuan yang sama dengan Lucia, namun sebelum resign Bertha akan berbicara terlebih dahulu pada keluarganya.

Bertha terpaksa melakukan hal tersebut dikarenakan dia telah dituduh sebagai teman yang sengaja menyembunyikan Lucia di luar Jakarta. Nampaknya, bekerja di Nalendra Tekstil bukan suatu hal yang menyenangkan bagi mereka.

Ternyata, bos mereka tidak sebaik yang mereka pikir selama ini. Setengah jam kemudian, sesudah membereskan beberapa potong pakaian, Lucia berbaring sejenak di ranjang sambil menatap ke arah dinding.

Tatapan itu penuh kemarahan yang terjadi disebabkan oleh keluarga maupun orang-orang itu. Siapa lagi kalau bukan Fela, Trina, dan Ronald?

Bertha memandang keheranan pada wajah Lucia, tidak biasanya dia menunjukkan raut wajah seperti itu. Marah, kecewa, terluka, bahkan benci. Bertha lalu merebahkan tubuhnya di samping temannya, sekali lagi dia mencoba mengajak Lucia berbicara dari hati ke hati.

"Lus, kamu sedang memikirkan apa? Kenapa tatapan mata dan raut wajahmu dipenuhi kemarahan dan kekecewaan begitu?" tanya Bertha lembut.

"Saya begini karena masalah kemarin dan juga pertemuan saya dengan dia. Saya sangat kesal, Tha." Lucia masih menatap dinding kamarnya tanpa menoleh kepada Bertha.

"Saya mengerti bagaimana perasaanmu sekarang, jika saya jadi kamu maka saya juga akan bersikap sama denganmu. Sudah tentu saya akan marah, kecewa, dan bingung. Apalagi kamu harus resign dari perusahaan, masalahmu begitu banyak," pungkas Bertha.

"Seperti yang kamu katakan kepada saya tadi, bahwa sebuah perjodohan tidak selalu baik untuk seseorang. Kalau pria itu memang jelas asal usulnya, mungkin tidak masalah jika saya dijodohkan dengannya. Namun, Kyung Joon adalah laki-laki yang baru saya kenal selama 5 bulan, bahkan saya belum terlalu mengenal kepribadiannya dengan baik," imbuh Lucia, dia mendesah berusaha menahan kekesalan dalam hati.

"Maaf, Lus. Saya bukan mau ikut campur urusan pribadimu, kamu tahu bahwa saya bukan orang yang usil seperti Fela dan Trina. Tetapi, saya pikir kamu harus membuka hati untuk orang lain, supaya pikiranmu tidak terus menerus memikirkan Mr. Kyung Joon. Lagipula, dia bukan orang yang spesial di dalam hidupmu, benar tidak??" tanya Bertha memastikan.

Lucia pun cepat-cepat menoleh ke samping, melihat Bertha sambil mengernyit. "Apa maksudmu, Bertha? Kenapa saya harus membuka hati untuk pria lain?? Saat ini, saya sedang tidak ingin membuka hati untuk pria manapun. Saya hanya ingin berlibur dan melupakan semua masalah saya."

"Ya sudah, kalau begitu saya tidak akan memintamu untuk membuka hatimu pada pria manapun, terserah kau saja. Yang penting kamu happy, saya hanya menyarankan, itu saja tidak lebih," tandas Bertha.

"Saya muak dengan semua ini, bagaimana kalau saya tinggal di tempat lain untuk sementara waktu, sampai orangtua saya berhenti menjodohkan saya dengan pria lain dan tidak lagi memaksakan kehendak mereka? Apakah itu ide yang bagus?" tanya Luci pada Bertha, raut wajahnya agak sedikit ceria.

"Kamu mau tinggal di mana? Di rumahku atau di salah satu apartemen milik papamu? Mereka pasti akan segera mengetahui keberadaanmu, jika kamu tinggal di apartemen itu," jawab Bertha, memperingatkan Lucia.

"Oh, tentu tidak. Saya tidak bodoh, Bertha. Saya akan menyewa apartemen lain yang letaknya jauh dari kota sambil mencari pekerjaan lain. Saya ingin menjauhi mereka serta Mr. Kyung Joon," balas Lucia mantap.

"Baiklah, saya akan membantumu mencari pekerjaan baru dan apartemen sesudah pulang dari Yunani nanti. Sayang sekali, saya cuma bisa berlibur di sana selama satu minggu saja," pungkas Bertha, tersenyum tawar.

"Mau bagaimana lagi sekarang? Apa kamu akan kembali ke bandara lalu menukarkan tiket penerbangan di sana? Itu tidak mungkin bukan??"

"Hmm ... dua minggu di Yunani, rasanya terlalu lama dan bosan. Di sana kamu akan melihat pemandangan Laut Aegean yang indah, lalu ke Pulau Santorini, dan sebagainya. By the way, kenapa kamu sangat ingin berlibur di sana?" tanya Bertha penasaran.

"Saya sangat ingin berlibur di sana karena pemandangan Laut Aegea yang indah, seperti perkataanmu tadi. Selain itu, dulu saya pernah menonton drama yang mengambil setting di Yunani. Ketika saya masih kuliah dulu, pemerannya cukup terkenal waktu itu, kisah di dalam drama begitu mengesankan bagi saya," terang Lucia, mata indahnya berbinar-binar.

"Benarkah apa yang kamu ceritakan pada saya tadi? Sepertinya, saya belum pernah menonton drama itu. Atau mungkin saya lupa kalau ternyata saya sudah pernah menonton drama itu. Saya benarbenar lupa."

"Apa yang saya katakan kepadamu tadi itu benar, Tha. Tahun 2006 tepatnya, atau tahun 2007 mungkin saat saya menonton drama romantis itu. Seandainya, saya tidak pernah bertemu Kyung Joon mungkin hidup saya tidak akan serumit ini sekarang," keluh Lucia.

"Ah, sudahlah tidak usah dibahas lagi mengenai hidupmu dan hubunganmu dengan Kyung Joon. Lihat, hari sudah hampir gelap, sebaiknya cepat pergi dari sini sebelum dia mengamuk karena menunggumu terlalu lama," ajak Bertha bersemangat.

"Baiklah, tolong bantu saya membawa koper-koper ini. Ingat, nanti saat bertemu orangtua saya dan Tuan Kyung Joon di ruang tamu, kamu harus mengatakan pada mereka bahwa kita akan pergi ke Yunani besok pagi. Jangan katakan kalau sku akan menginap di rumahmu, ya," pinta Lucia.

"Tenang saja, biar saya yang mengurus semuanya. Ayo, Lus," ajak Bertha seraya menarik lengan Lucia yang masih ingin bermalas-malasan di tempat tidurnya.

Akhirnya, Lucia memutuskan untuk menginap di rumah Bertha sebelum mereka pergi berlibur ke Yunani. Hari ini terasa amat panjang bagi Lucia maupun Bertha, sekaligus hari yang menyebalkan tentunya.

*****