"Hmm, kamu sedang menunggu apa? Kamu tidak belanja?" tanya Arya penasaran.
"Tidak, saya cuma menemani teman saya yang lagi belanja untuk liburan besok," jawab Bertha datar
"Liburan? Memang temanmu mau liburan ke mana?" tanya Arya lagi.
"Belum tahu, dia tidak bilang apa-apa pada saya."
"Wajahnya ... sepertinya saya kenal dengan wajah itu, maksudnya familiar," balas Arya ragu.
"Familiar? Dia itu wajahnya tidak mirip siapa-siapa, kenapa anda merasa kenal dengan Luci?"
"Siapa? Luci?"
"Ya, Lucia. Tapi semua orang memanggilnya Luci."
"Kalau begitu saya ingin berkenalan dengan temanmu, itu pun kalau dia gak keberatan."
"Sebaiknya kamu tunggu dia sampai selesai shopping dulu, saya tidak yakin dia mau berkenalan dengan kamu atau tidak."
"Tipe cewek pemalu atau sombongkah dia?"
"Saya tidak bisa jawab, tergantung dari segi mana kamu menilai Lucia. Lagipula kamu belum mengenal dia bukan?"
"Hmm, baiklah. Saya tidak akan mengganggu waktu kalian, saya cuma penasaran dengan teman kamu itu."
"Penasaran?? Haha, lucu. Baru kali ini ada orang yang merasa penasaran dengan dia."
"Tentu, saya penasaran sekali malah. Oke, sampaikan salam saya ke Lucia ya. Terimakasih sudah mau berkenalan dan mengobrol dengan saya." Arya tersenyum tipis, lalu beranjak keluar dari toko pakaian itu.
Bertha membalas senyumannya dan berharap suatu saat nanti dia dapat bertemu dengan Arya di lain tempat, nampaknya Bertha agak tertarik pada penampilan Arya. Sementara Lucia sibuk mengganti pakaiannya di dalam ruang ganti dan tidak menyadari jika Arya sudah bertemu Bertha di situ.
Baginya, masalah pria dan lainnya tidak penting. Dia cuma mau berlibur dan bersenang-senang di Yunani selama dua minggu.
Setengah jam kemudian, Lucia keluar dari fitting room, lalu membawa beberapa potong pakaian yang tadi dicobanya ke kasir.
Bertha melamun sendiri di sofa karena Arya telah membuatnya terpesona. Tampan, keren, wangi ... tipe cowok Bertha sejak kuliah dulu. Tapi, di mata Diana Arya adalah pria yang dingin dan kasar terhadap wanita.
Lucia pun segera membayar barang-barang belanjaannya, dia tersenyum melihat pakaian pakaian yang disukainya itu. Colorfull, baru, dan cocok saat dipakai ke Yunani nanti, apalagi sambil menikmati pemandangan laut yang jernih dan indah.
Berjemur di tepi pantai bersama Bertha??
Tapi, Bertha cuma satu minggu berlibur di Yunani, lantas apakah saudara-saudaranya akan menemani dia ke sana atau malah mengurungnya di kamar karena tidak jadi menikah dengan Kyung Joon?
Kenapa semua orang memaksanya menikahi Kyung Joon? Dulu dia memang menyukai Kyung Joon, tapi sekarang orang itu sangat dibencinya. Jangan-jangan Kyung Joon memang sudah beristri.
Sesudah membayar belanjaannya di kasir, Lucia segera menghampiri Bertha sambil membawa tas jinjing berisi pakaian.
"Tha, hei ... kamu melamun ya?" tanya Lucia menepuk bahu Bertha.
Deg! Seketika Bertha tersadar dari lamunannya, lalu melihat ke arah Lucia. Dia nampak kaget dengan barang-barang yang dibawa Lucia.
"Eh, Lus. Sudah selesai shoppingnya??"
"Sudah ... kamu sendiri lagi apa barusan? Kok bengong gitu tadi?"
"Itu ... hmm, tadi saya lagi memikirkan sesuatu. By the way, barang belanjaan kamu banyak juga ya."
"Ya, saya mau vacation, harus banyak belanja lah."
"Ya sudah, kita pulang yuk."
"Pulang?? Bukannya tadi kamu mau mengajak saya makan siang dulu sebelum pulang ke rumah??"
"Oh, sorry ... saya lupa, hehe."
Bertha benar-benar lupa kalau dia dan Lucia hendak makan siang di mall, tepatnya makan siang menjelang sore. Arya sudah membuat Bertha melupakan rencananya makan siang dengan Lucia.
Bertha menarik lengan Lucia, lalu beranjak dari toko pakaian menuju foodcourt. Di sana, terdapat berbagai macam makanan dan minuman, sehingga mereka bingung mau makan siang dengan menu apa.
Selama di foodcourt, Bertha tidak sedikitpun menyebut nama Arya di depan temannya. Dia tidak mau mood Lucia hilang hanya karena Arya.
"Tha, kamu mau makan apa, nih?" tanya Lucia.
"Apa aja deh, yang penting makan. Saya lapar banget, tadi di hotel cuma makan sedikit sih, itu juga punya kamu makanannya. Kamu cuma minum dan ngemil doang, kenapa gak sarapan tadi?" tanya Bertha bingung.
"Saya tidak berselera makan. Rasanya masih kesal kalau mengingat Kyung Joon, Fela dll." Lucia cemberut.
"Ya sudah, kita ke sana aja. Lihat itu ada sate kambing, nasi campur, seafood ...."
"Makan seafood enak sepertinya, kepiting atau apa?"
"Kepiting ... terserah kamu saja."
"Iya, nasi, sate, lemon squash. Sate kambing, kamu mau pesan apa?"
"Saya juga pesan makanan yang sama denganmu," jawab Bertha.
"Kamu saja yang pesan, saya cari tempat duduk dulu ya."
Bertha mengangguk, lalu pergi ke gerai penjual sate yang terletak di sebelah gerai segala jenis nasi. Lucia mencari tempat duduk di tengah foodcourd tapi penuh semua.
Terpaksa dia duduk di depan gerai mie yang paling terkenal di Jakarta. Lucia menunggu Bertha sambil berpikir apa yang akan dikatakannya nanti pada orangtua Luci.
Apakah Kyung Joon mengganggu keluarga Luci karena mereka tidak jadi menikah?
"Sebal ... sampai di rumah pasti saya dimarahi papa dan mama. Belum lagi saudara-saudara datang ke rumah semua kalau mereka tahu saya sudah balik dari hotel." Luci menggumam.
"Masalah married dengan siapa, suka dengan siapa, itu urusan saya. Mereka cuma harus setuju atau tidak, kenapa harus selalu ikut campur sih?!" gerutu Lucia.
Di gerai sate, Bertha sedang memesan dua porsi sate kambing dan lemon squash untuk mereka.
"Mba, saya pesan sate kambing dua, lemon squashnya dua."
"Baik, Kak. Saya siapkan dulu makanannya, duduk di mana Kak?"
Bertha lalu mencari Lucia di tengah foodcourt tapi tidak nampak, kemudian mencarinya di ujung dekat gerai mie.
"Itu di sana," jawab Bertha menunjuk ke arah gerai mie.
"Baik, Kak."
"Sate plus nasi ya," balas Bertha.
"Iya, nasi sate dan lemon squash."
Bertha mengangguk, lalu pegawai gerai sate itu masuk ke dapur kecil untuk menyiapkan pesanan Bertha.
Sesudah memesan makanan, Bertha menghampiri Lucia di depan gerai mie. Kali ini giliran Lucia yang bengong sambil menopang dagu di atas meja, membuat Bertha kebingungan.
Bertha duduk di depan Lucia, memperhatikan raut murung wajah temannya. Ia menerka-nerka mungkin saat itu Lucia tengah memikirkan masalah yang akan dihadapinya nanti ketika bertemu orangtuanya di rumah, mengenai pernikahannya yang sengaja dibatalkan oleh Lucia beberapa hari lalu.
"Lus ... Luci!" panggil Bertha kencang.
Deg! Ada suara yang memanggil Lucia dari dekat tapi siapa??
"Lus! Ini saya di sini, kamu sedang mencari apa dan siapa??" tanya Bertha mengernyit.
"Eh kamu, Tha." Lucia menjawab Bertha setelah tiba-tiba tersadar dari lamunan karena dipanggil Bertha dengan suara yang kencang.
"Kamu pasti sedang ...."
"Sudah, jangan menebak-nebak apa yang sedang saya pikirkan tadi. Sekarang kita bahas topik lain saja, okay??" Lucia tersenyum tipis
*****