Rachel menyusun rencana dengan sangat rapih seperti beberapa tahun sebelumnya. Selesai sudah masanya mengembara di perusahaan milik Van Berend --di mana salah satu anggota keluarganya sekaligus CEO perusahaan tersebut adalah jodohnya. Sayangnya lelaki yang Ia tunggu selama seribu purnama itu menolaknya, bahkan berlagak tidak mengetahui siapa dirinya.
"Dan, mungkin ini sangat mengejutkanmu, tapi aku harus mengatakannya," ucap Rachel di suatu sore saat mereka baru saja tiba di mansion Danique.
"Apa, Rachel? Kau ingin mendongeng lagi?" celetuk Danique.
"Kali ini aku serius, Dan," Rachel semakin prihatin karena Danique tidak juga mempedulikan dirinya.
"Iya? Kau belum mengatakan apapun dari tadi," tanggap Danique tanpa beralih sedikitpun dari layar handphone-nya. Biasanya lelaki itu menyempatkan diri bermain di situs game online sembari beristirahat.
"Baiklah. Sebelumnya terima kasih atas kerja sama kita selama ini. Sebagai asisten mungkin aku lebih banyak merepotkanmu dari pada membantumu. Terima kasih juga atas pertemanan selama kita masih sama-sama menjadi staf di divisi kita sebelumnya. Hari ini aku memutuskan untuk resign dari perusahaan ini," ucap Rachel panjang lebar.
"Rachel! Kau tidak serius, 'kan? Kontrakmu masih lama," kini Danique meletakkan handphone-nya.
"Misiku adalah mencari jodohku selama seribu purnama. Saat aku tidak menemukannya di sini, atau aku mendapatkan penolakan dari jodohku sendiri, saat itulah masaku habis. Aku akan mengembara ke tempat lain," ucap Rachel dengan suara yang penuh wibawa, membuat Danique perlahan membenarkan posisi berbaring menjadi duduk.
"Rachel, Kau bicara apa? Aneh sekali," kini Danique mengerutkan dahi dan berujar dengan nada kesal.
"Aku tahu siapa dirimu dan Kau mungkin juga sudah tahu siapa aku. Kita seharusnya tidak perlu berpura-pura hanya karena ada orang lain di antara kita. Jika Kau menolakku, aku berhak mencari penggantimu," ucap Rachel kembali, Ia tidak peduli pada kejengkelan lelaki itu sampai tujuan pembicaraannya tercapai.
"Ya, aku adalah manusia serigala. Tetapi aku bukanlah Cuon yang Kau cari," akhirnya Danique mengakui siapa dirinya.
"Bagus, akhirnya Kau jujur padaku. Tapi itu belum cukup. Kau menolakku karena Kau merasa lebih baik dariku? Aku memang bukan manusia serigala, Danique. Tetapi asal muasal kita sama, sama-sama manusia," ucap Rachel.
Masih dalam pandangan Danique, Rachel mengeluarkan sesuatu dari dompetnya, sebuah butiran kecil berwarna perak mengkilap. Danique kaget bukan main saat melihat gadis di depannya menggelindingkan peluru perak ke arahnya. Danique berteriak dan meronta panik. Lalu tubuhnya membesar dan membuat kemeja yang dikenakannya robek. Semua itu berlangsung hanya dalam hitungan detik, namun tak luput dari pandangan Rachel.
Saat peluru perak itu menyentuh ujung kakinya, Danique praktis berubah menjadi serigala. Ia pun berdiri dengan keempat kakinya. Tubuhnya tinggi menjulang dan warna bulunya hitam legam. Ia menggeram dan menunjukkan taringnya.
Rachel mundur beberapa langkah. Tak diragukan lagi bahwa bulu-bulu yang selama ini menempel di selimut dan ranjang tidur lelaki itu adalah bulunya sendiri ketika berubah wujud menjadi seekor serigala. Rachel menelan ludah mengagumi sekaligus menyiapkan dirinya untuk menyerang balik jika serigala itu tiba-tiba menyerangnya. Bagaimanapun, Danique pasti tengah tersinggung privasinya diusik.
"Mengapa? Kau takut? Kau menyesal mengetahui ini? Seharusnya Kau memang tidak perlu mengetahui siapa aku," ucapan Danique yang hanya bisa didengarkan oleh Rachel pun keluar.
Danique menyeringai menunjukkan kedua taringnya yang tak pernah terlihat oleh siapapun.
"Aku tidak takut padamu. Sebaliknya, ajari kekasihmu yang mata duitan itu untuk tidak perlu takut padaku," jawab Rachel.
"Kau memang pengecut, hanya berani dengan perempuan," desis Danique. Ia pun menggeram.
"Oh, Kau menantangku bertarung?" kini Rachel mengeluarkan peluru-peluru perak lain yang ada di dompetnya.
"Kau tidak main-main denganku, 'kan? Hanya karena mengetahui salah satu kelemahan serigala, Kau bersikap ceroboh," serigala Danique melangkah mendekat ke arah Rachel. Ia berdiri hingga kepalanya sejajar dan berhadapan dengan gadis itu.
Rachel tersenyum, Ia tidak takut sama sekali pada serigala itu. Ia telah ditolak, hidupnya mungkin sudah tidak ada gunanya lagi. Kalaupun serigala itu membunuhnya, mungkin hal itu adalah karma seribu purnama lalu karena Ia juga telah membunuh serigala tersebut.
Tersenyum miring menyadari Danique ketakutan oleh peluru peraknya, Rachel pun memasukkan kembali butiran-butiran itu ke dalam dompetnya. Ia mengulurkan tangannya dan membelai dahi serigala di hadapannya. Dalam hati Ia senang telah bertemu kembali dengan jodohnya, namun di sisi lain Ia juga sangat sedih karena jodohnya kini telah berubah drastis.
Cuon telah bereinkarnasi ke dalam tubuh Danique, lelaki brengsek yang sayangnya beruntung hidup di dalam keluarga kaya raya. Maka tidak heran jika kebrengsekannya semakin menjadi-jadi. Lelaki itu menghabiskan uangnya bersama wanita-wanita mata duitan yang salah satunya adalah Rhea, gadis sok jagoan yang kini tengah meringkuk di apartemen mewah karena menantang bertarung.
Serigala Danique mengibaskan ekornya, menggelengkan kepalanya, Ia menyangkal rasa nyamannya saat tangan gadis itu mengelus-elus kepalanya. Tubuhnya pun mengecil lalu berubah wujud kembali menjadi manusia.
"Aaa," Rachel berteriak melihat lelaki itu telanjang bulat di hadapannya.
Refleks, tangannya melemparkan selimut ke Danique. Sebaliknya lelaki itu malah tertawa-tawa senang. Sungguh, Danique memang ekshibisionis gila.
Setelah menutup wajahnya beberapa saat dan memastikan lelaki itu berpakaian dengan layak, Rachel membuka pintu kulkas dan mengambil dua kaleng soda. Ia sudah terbiasa mengambil minuman di tempat Danique karena lelaki itupun membolehkannya, itu termasuk fasilitas asisten pribadi.
Keduanya menenggak minuman hingga tandas, Danique tak puas hanya minum satu kaleng, Ia pun membuka kaleng soda yang lain.
"Apa lagi yang Kau inginkan? Kau belum puas melihat wujud lainku?" sarkas Danique membicarakan apa yang baru saja terjadi. Rachel berhasil memancing dirinya untuk berubah wujud menjadi serigala.
"Jadikan aku pasanganmu, atau aku akan resign," ucap Rachel tanpa ragu.
"Berani-beraninya Kau mengaturku. Memangnya siapa Kau?" Danique kembali jengkel. Rachel benar-benar tidak punya malu.
"Aku tidak sudi menjelaskan siapa aku pada orang yang tidak mempercayaiku. Simpan baik-baik anak panah ini sebagai pengingat bahwa aku pernah membunuh jodohku sendiri dengan ini," saat mengatakannya, Rachel mengeluarkan satu batang anak panah dari tasnya. Ujungnya dibungkus dengan lembaran karet sehingga tidak merusak benda di sekelilingnya.
"Kau menakut-nakutiku dengan anak panah ini?" decih Danique.
"Tidak, aku tidak menakutimu, aku juga tidak ingin membunuhmu. Tapi simpanlah sebagai kenang-kenangan atas kepergianku," ujar Rachel.
"Kau benar-benar mengundurkan diri dari perusahaanku?" kini Danique mulai menyadari bahwa gadis itu serius.
"Aku tidak hanya mundur dari perusahaan ini, aku juga akan pergi dari sini, Danique. Kurasa aku sudah mengatakannya tadi," Rachel mendesah frustasi.
Rachel akan menguji lelaki itu beberapa waktu apakah Danique benar-benar menolaknya atau hanya tarik ulur saja. Penolakan harus ditindak dengan tegas. Ia akan meninggalkan lelaki itu, Ia akan menunjukkan dirinya juga memiliki kewenangan atas hubungan ini.
Ia tidak akan memohon dan merendahkan dirinya di hadapan lelaki itu. Perempuan juga punya kuasa. Enak saja Danique telah ditakdirkan menjadi jodohnya tetapi malah sibuk bersenang-senang dengan wanita lain.
Keesokan harinya, Rachel mulai mengetikkan surat pengunduran diri dari perusahaan dan mengirimkannya ke bagian HRD. Ia juga mencari celah untuk memalsukan identitasnya melalui pengacara yang mumpuni. Semua sudah biasa Ia lakukan dalam mengarungi kehidupan abadi ini, karena Ia perlu berpindah tempat demi menutupi takdir tubuhnya yang tidak akan menua.
***