"Cuon, itukah engkau?" bisik Rachel.
"Nggrrrh, nggrhhh, auuuu...." gerungan dan lolongan bersahut-sahutan.
Rachel memasang telinganya, ini adalah kawanan serigala. Sembilan ratus sembilan puluh sembilan purnama sebelumnya Ia belum pernah mendapati kawanan serigala di hutan. Ia hanya mendapati beberapa kali auman harimau dan desisan ular.
Udara malam semakin dingin, cahaya bulan purnama tak mampu menerangi hutan sampai ke permukaan tanahnya. Bahkan rimbunnya pepohonan nyaris menutupi bulatan sempurna itu. Dalam situasi ini, Rachel masih mengenakan pakaian kerja lengkap dengan sepatu haknya. Ia berdiri di antara pepohonan yang menjulang di atas dedaunan kering.
Degup jatungnya tak bisa Ia kendalikan, tubuhnya gemetar menghadapi malam penentuan ini.
Lalu, pandangannya menangkap beberapa pasang bulatan kecil yang menyala. Beberapa pasang mata serigala.
"Ngggrhhh," salah satu menggerung.
Rachel mengeluarkan handphone-nya dan susah payah menyalakan senter dengan tangan gemetar hebat. Serigala-serigala itu menggerung dan menunjukkan taringnya.
Ia bisa melihat warna-warna bulu dari serigala itu. Namun tak ada petunjuk apapun yang bisa mengingatkannya bagaimana warna bulu Cuon.
"Cuon..." Rachel mencoba memanggil serigala yang Ia cari dengan menyebut namanya. Ia berharap Cuon ada di antara kawanan itu.
Lagi-lagi serigala-serigala itu menggerung dan saling memandang satu sama lain.
"Rachel! Menjauhlah," suara Danique mengagetkannya.
"Danique, Kau masih di sini," gumam Rachel dengan bibir bergetar.
Serigala-serigala itu beralih ke Danique. Satu di antara mereka mendengus lalu kembali memandang satu sama lain. Setelah menggeram satu kali, semua serigala itu meloncat menyerang Danique.
Tak ada waktu untuk mengambil udara saat Rachel menyaksikan sendiri tubuh Danique tiba-tiba membesar dan pakaian yang dikenakannya berhamburan menjadi potongan perca di sekitar tubuhnya. Lalu bulu-bulu hitam lebat keluar dari kulitnya, giginya bertaring, dan dalam sekejap Danique berubah menjadi serigala yang langsung menangkis serangan kawanan itu.
Rachel membeku, pemandangan yang Ia lihat barusan hanya berlangsung dalam hitungan sepersekian detik bahkan Ia tidak sempat bernapas. Danique berubah menjadi serigala. Sebuah rahasia besar yang lelaki itu simpan di balik penyebabnya suka makan daging mentah, bahwa Danique adalah manusia serigala.
Mereka bertarung, lebih tepatnya mereka mengeroyok Danique. Saat salah satu menggigit leher Danique, cakar Danique menyerang balik lawannya dan langsung bangun ketika lawannya sedikit saja teralihkan. Ia terus menangkis dan menyerang balik kawanan itu.
Rachel hanya terdiam di tempat dengan kaki terasa seperti jelly sedangkan tangannya menyorot pertarungan itu dengan senter handphone-nya. Ia tak menyangka akan menyaksikan pertarungan ini.
"Ngggrhhh," serigala yang nampaknya menjadi pimpinan dalam kawanan itu menggerung lalu yang lain berhenti menyerang Danique.
Mereka mundur sebelum akhirnya berlari meninggalkan area, menyisakan serigala Danique di sana. Danique yang masih dalam wujud serigala mendengus dan menggerung. Ia mengamuk dan merobohkan beberapa pohon, menyerang gubuk yang biasa Rachel tempati sampai hancur tak bersisa.
"Auuuu," Ia melolong sebelum meloncat dan berlari meninggalkan Rachel di tempat itu.
Detik berikutnya, Rachel seperti terbagun dari lamunan. Kini Ia bisa mengendalikan perasaan dan pikirannya. Malam ini adalah kesempatan terakhir baginya untuk bertemu kembali dengan Cuon. Namun alih-alih bertemu kembali dengan serigala lembut itu, Ia malah mendapati fakta bahwa Danique ternyata juga manusia serigala, serigala berbulu hitam yang kuat dan sangat mengerikan.
"Cuon..." Rachel menyebut namanya sembari melangkah di atas daun-daun kering yang menimbulkan bunyi gemerasak.
Entah sudah berapa lama Rachel berputar-putar di tengah hutan di bawah cahaya redup rembulan. Ini adalah malam purnama terakhirnya untuk bertemu dengan Cuon. Jika malam ini Ia tidak bertemu dengan Cuon maka Dewi Bulan telah mengubah takdirnya. Peluh membasahi wajahnya, sepatunya kian lama kian berat karena banyak tanah yang menempel di bawahnya.
Rachel merasa lelah, rasanya pengorbanan hidupnya selama hampir seratus tahun sia-sia. Jika begini takdirnya, mengapa Ia dianugerahi oleh dewa langit untuk hidup abadi? Ia menyandarkan tubuhnya di batang pohon yang besar.
"Orang gila. Mengapa Kau masih di sini?"
Danique muncul hanya mengenakan celana saja.
"Aku menunggu seseorang. Ia juga manusia serigala sepertimu," jawab Rachel dengan suara lemah.
"Pulanglah, jangan seperti orang gila," ujar Danique.
"Tidak, urusanku belum selesai. Aku tidak akan pulang sampai matahari muncul," Rachel menghindar dari sentuhan Danique.
"Tidak ada manusia serigala lain di sini. Kawanan pendatang itu sudah pergi," ujar Danique.
"Firasatku, aku akan bertemu dengan Cuon di sini," ucap Rachel.
"Aku lebih tahu tempat ini dari pada dirimu," ucap Danique.
"Sejak kapan? Setiap malam purnama aku selalu ada di sini," ujar Rachel.
"Ini adalah wilayahku, tidak ada manusia serigala lain yang ada di sini. Manusia serigala yang Kau tunggu tidak mungkin di sini."
Rachel tidak menanggapi ucapan Danique yang sombong. Lelaki itu memang suka mengaku-ngaku. Keduanya terdiam di tempat, saking putus asanya Rachel sampai duduk sandaran di batang pohon. Danique pun melangkah meninggalkan gadis itu.
Diam-diam Rachel mengikuti langkah Danique yang ternyata menuju ke sebuah sungai.
Lelaki itu bilang bahwa Ia penguasa wilayah ini, mungkin ada tempat yang Rachel belum ketahui di penjuru hutan yang mungkin untuk bersembunyi Cuon. Saat duduk di tepi sungai sedangkan Danique mandi di sana dengan nikmatnya, tiba-tiba terbesit sesuatu di pikiran Rachel.
Mungkinkah Danique adalah reinkarnasi Cuon? Bukankah Cuon sudah mati dan kelahiran kembalinya mungkin menggunakan nama yang berbeda?
"Danique..."
Rachel memanggil lelaki itu yang belum juga muncul di permukaan. Tetapi rupanya lelaki itu telah pergi tanpa sepengetahuan Rachel, celana yang diletakkannya di atas batu sudah tidak ada.
Danique adalah Cuon. Rachel merutuk dirinya mengapa Ia sangat bodoh.
"Cuon..."
"Danique..."
Rachel memanggil kedua nama itu bergantian berharap salah satunya muncul. Ia menyusuri tepi sungai dan menggunakan senter handphone-nya untuk menerangi sekitar. Hingga pagi menjelang tidak ada tanda-tanda apapun yang Ia temukan.
"Cuon, kita tidak dipertemukan malam ini. Tapi kuharap Kau telah bereinkarnasi dan suatu hari kita akan bertemu," ucap Rachel. Ia berharap alam sekitar mendengarnya dan memberitahukan kepada lelaki serigala itu.
Sinar rembulan mulai meredup, cahaya fajar di ufuk timur mulai menyingsing. Pagi telah tiba dan malam telah berakhir. Kicau burung mulai bersahut-sahutan di atas ranting pohon di ketinggian sana.
"Andai kita tidak ditakdirkan untuk bersama. Aku berharap Kau berbahagia dengan takdirmu. Aku memohon izinmu untuk menyanding lelaki lain di dunia ini," ucap Rachel.
Ia menyeret kakinya saat cahaya matahari mulai menembus gelapnya hutan. Di malam purnama terakhir pun Ia gagal bertemu dengan cinta sejatinya. Dua jam lagi Ia harus tiba di kantor dan bekerja pada lelaki itu. Lelaki yang semalam ini menolongnya dari serangan kawanan serigala. Karena Ia tidak menemukannya di hutan Ia berharap lelaki itu telah pulang dan mereka bertemu di kantor.
Handphone-nya bergetar, ada satu pesan dari lelaki itu.
"Hei, mengapa Kau belum datang ke rumahku?"
"Kau resign tanpa izinku?"
"Langsung temui aku di ruanganku!"
Rentetan pesan dari lelaki itu mendarat di layar handphone-nya. Rachel mengerutkan dahi. Ini terasa seperti gila. Lelaki itu bertingkah layaknya tidak ada apapun di antara mereka. Bahkan lelaki itu tidak mau mengerti bahwa dirinya sedang sangat kalut karena tidak bertemu seseorang yang Ia cari.
Ia sudah berkata pada Danique bahwa dirinya sedang mencari Cuon, tetapi rupanya lelaki itu menutup telinganya.
***