Keadaan masih tetap terjaga. Yoona semakin tenggelam dengan cahaya merah yang keluar dari tubuhnya.
Awalnya Rain ingin membiarkan itu terus terjadi agar cahaya merah itu bisa segera dapat dia tarik dengan cahaya biru yang dia miliki.
Karena pasangan cahaya merah adalah cahaya biru.
Kita beralih pada 96 tahun yang lalu dimana ada cahaya keluar dari balik bintang yang sangat jauh di Antariksa.
Satu cahaya masuk ke dalam tubuh seorang budak yang akan melahirkan dan satu cahaya biru mendarat dengan menyerupai seorang Pria.
Ternyata Rain adalah Alien yang terbentuk dari cahaya biru. Kedatangan Rain ke bumi adalah untuk mengambil sebagian cahaya dari tubuhnya yang telah jatuh ke bumi dan masuk ke dalam tubuh manusia.
Yoona merasa sangat kesakitan pada tubuhnya ketika cahaya itu semakin menenggelamkan tubuhnya.
Sedangkan Rain, dia semakin berkosentrasi menggenggam tangan Yoona untuk mengambil kembali cahaya merah miliknya yang kini telah berada di dalam tubuh Yoona.
Yoona merasakan sakit yang luar biasa. Rasanya tulang pada tubuhnya seakan remuk dan patah. Yoona ingin berteriak namun dia seperti telah kehilangan suaranya.
Transfer cahaya telah mencapai 30%. Yoona semakin tidak berdaya di atas rasa sakit yang dia rasakan. Yoona tidak pernah percaya jika pria tampan idola para siswi di sekolah adalah iblis berbulu tupai.
Sampai suara langkah kaki membuyarkan konsentrasi Rain. Karena tidak ingin indentitas di ketahui oleh orang lain akhirnya Rain melepaskan Yoona.
Yoona pun langsung pingsan dalam pelukan Rain. Saat itu juga, tiba-tiba Rain merasakan jantungnya berdetak sangat cepat dan terlihat hatinya mulai merasakan kehangatan.
Ada rasa penyesalan yang mendalam para dirinya karena telah membuat gadis yang tidak bersalah harus merasakan kesakitan akibat dirinya.
"Hay! Apa yang kalian lakukan di sini!?" ujar pak guru dan-tae. Guru ini adalah guru paling rajin patroli mencari anak nakal yang suka membolos di sekolah.
"Pacar saya sedang sakit, pak. Saya akan membawanya ke rumah sakit," sahut Rain yang langsung membopong Yoona dan membawanya kerumah sakit.
Pak dan-tae terlihat bengong melihat anak muridnya yang langsung pergi tanpa menunggu interogasinya.
Di rumah sakit, terlihat beberapa dokter kebingungan luar biasa.
Hasil cek up mereka Yoona tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Semua kondisinya baik-baik saja dan tidak ada yang perlu di khawatirkan.
Tetapi, tanpa adanya kecelakaan ataupun pendarahan yang hebat, tubuh Yoona membutuhkan transfusi darah sebanyak 5 kantong karena HB Yoona yang turun hanya jadi rendah yaitu 4 dari rata-rata manusia memiliki HB normal 11-12.
Paman Won Bin yang mengetahui jika anaknya masuk rumah sakit langsung bergegas untuk melihatnya.
Di depan ruang Resepsionis paman Wong Bin dengan gelisah bertanya dengan suster.
"Dok! Anak saya bernama Yoona sedang sakit, dimana ruangannya, sus!?" tanya Paman Won-Bin.
"Sebentar ya, pak! Kami lihat dulu." Suster langsung mencari daftar nama Yoona dalam catatannya.
"Ada di ruangan VVIP lantai 3 kamar nomor 109." Suster memberi tahu.
"Apa! Ruangan VVIP!? Sus, bagaimana kalian bisa asal memasukan putri saya di ruangan VVIP! Apakah ini perampokan berbisnis pengobatan!?" Paman Won-Bin terlihat gelisah ketika mendengar anaknya diletakan di ruangan VVIP. Bagaimana tidak, orang macam dirinya mana sanggup untuk membayar kamar VVIP di rumah sakit. Bahkan gajinya selama 3 bulan belum tentu cukup untuk membayar sewa satu malam di rumah sakit itu.
"Semua biayanya sudah di bayar lunas, pak. Anda tidak perlu cemas," jelas suster memberi tahu.
"Apa!?" Paman Won-Bin tambah tercengang mendengar penjelasan sang suster.
"Teman sekolahnya telah membayarkannya, jadi anda tidak perlu cemas," jelas sang suster kembali.
"Apa! Teman?" Paman Won-Bin terlihat nambah tidak percaya lagi.
Mereka baru beberapa hari pindah ke Seoul dan Yoona baru saja masuk sekolah hari ini. Betapa baiknya temannya Yoona sudah mau membayar pengobatan Yoona meski baru berteman.
Di dalam ruangan Yoona, paman Won-Bin melihat sang putri yang sedang menerima transfusi darah seorang diri.
"Yoona, putriku!? Apa yang terjadi denganmu sayang? Ke-kenapa kamu melakukan transfusi darah!? Apakah kamu habis kecelakaan hebat!?" tanya Won-Bin cemas dan juga bingung. Sebab sudah beberapa kali melihat dan mengeceknya, dia tidak menemukan luka sekecil ujung kuku pada putrinya.
Yoona hanya menggelengkan kepalanya dengan ringan.
"Ayah, apa yang terjadi denganku? Mengapa aku di bawa ke rumah sakit? Mengapa aku harus tambah darah?" ucap Yoona yang malah balik bertanya kepada ayahnya.
"Hah?" Won-bin pun nambah di buat tidak percaya ketika mendengar pengakuan sang putri.
"A-apakah kamu sedang hilang ingatan?" tanya Won-Bin pada putrinya.
"Entahlah Ayah. Aku hanya ingat tiba-tiba aku pingsan setelah aku merasakan tulang-tulang di tubuhku seperti mau patah. Ah! Kenapa aku tidak ingat apapun ya!?" Yoona terdiam dalam lamunannya.
"Ah sudah-sudah, sebaiknya kamu istirahat dan diam di sini. Ayah akan menanyakan soal ini kepada pihak sekolah, siapa tahu mereka tahu apa yang terjadi denganmu." Won-Bin langsung menyelimuti putrinya, lalu dia bergumam. "Ya tuhan, putriku yang malang, baru pertama pindah malah masuk rumah sakit."
Ketika Win-Bin akan keluar, betapa terkejutnya dia melihat pria jangkung sedang berdiri di depan pintu kamar Yoona.
"Aaahk! Oh, ya ampun! Apa yang kamu lakukan di depan pintu kamar putri ku!? Kamu mengagetkan aku saja!" ujar Won-Bin mengelus dadanya.
"Paman. Perkenalkan, nama saya Rain. Saya adalah teman sekolah Yoona. Saya yang sudah membawa Yoona ke rumah sakit dan saya juga yang bertanggung jawab untuk Yoona," ucap Rain memperkenalkan dirinya kepada Ayah Yoona.
"Ooo.. apa kamu yang sudah membayar semua tagihan di rumah sakit?"
"Benar, paman."
"Kamu sepertinya anak orang kaya. Tapi sebaiknya kamu menggunakan itu untuk dirimu sendiri. Aku akan mengganti semua biaya rumah sakit. Ah, kenapa kamu membawanya ke ruangan VVIP, aku jadi sedikit kepikiran untuk menggantikannya." Paman Won-Bin menggaruk kepalanya yang tidak gatal berharap Rain mengerti apa maksudnya.
Rain mencoba tersenyum meski sedikit ada rasa kaku di pipinya.
"Tidak perlu paman. Paman tidak perlu menggantinya. Saya sudah membayarnya dan itu tidak perlu di kembalikan," ujar Rain.
"Oh, jika memang kamu memaksa baiklah. Semoga tuhan memberkatimu. Oya, saya mau tanya, bagaimana putri saya bisa berkahir di rumah sakit?"
"Dia pingsan di sekolah," jawab Rain singkat.
"Kenapa putri ku bisa pingsan?"
"Dia mengeluh sakit kepala lalu pingsan, aku membawa kerumah sakit."
Meski Won-Bin merasa ada janggal dengan jawaban Rain, tetapi dia tidak ada pilihan lain selain percaya dengan apa yang di katakan oleh Rain.
"Paman, Karena anda telah ada di sini jadi saya akan kembali ke sekolah. Saya pamit."
Ketika Rain memutarkan tubuhnya. Sekilase Paman Won-Bin melihat perubahan mata pada Rain. Yang tadinya hitam kecoklatan berubah menjadi biru menyala.
"Tunggu!" Paman Won-Bin merasa curiga dan mencoba untuk memastikannya.
Perlahan, dia dengan pelan-pelan mencoba untuk menghadap Rain untuk memastikan apa yang barusan dia lihat.
Daaan...