Cahaya matahari sangat terik siang itu, tetapi tidak dapat membuat Yoona yang masih sangat penasaran untuk beranjak pergi.
Yoona terus menatap bibir merah Rain yang terlihat sangat aneh, membuat Yoona semakin yakin jika dia bukanlah manusia, melainkan putra duyung.
Rain melihat tingkah aneh Yoona pun hanya bisa terdiam untuk menyaksikan apa yang ingin Yoona lakukan.
'Bagaimana dia tidak memiliki pori-pori di wajahnya, sangat mulus!?' Yoona mulai menganalisis bentuk kulit yang Rain miliki. 'Dan bibirnya, mengapa dia tidak memiliki garis tengah antara penghubung hidung dan mulut? Jakun! APA!? DIA TIDAK MEMILIKI JAKUN!' bumerang di dalam otak Yoona mulai memanas.
Yoona pun langsung reflek memundurkan wajahnya setelah mengamati wajah Rain dengan jarak satu senti.
Rain hanya tersenyum tipis melihat reaksi Yoona yang telah menilai penampilan wajahnya.
"Apa kamu sudah puas?" tanya Rain membuyarkan keterkejutan Yoona.
"A-apa? Puas, puas tentang apa!?" tanya Yoona yang masih gugup.
"Apakah sudah puas memandangi wajahku? Apa kamu perlu waktu lagi untuk meneliti wajahku ini?" tanya Rain dengan santai.
"Oh, tidak!" sahut Yoona cepat. Yoona pun langsung menutupi wajahnya karena malu.
Ya tuhan, mengapa aku bisa bertindak konyol seperti ini!' Yoona merutuki dirinya sendiri karena sudah sangat lancang.
"Kamu tenang saja, aku benar-benar seorang laki-laki. Aku bukan tidak memiliki jakun, hanya saja jakun ku lebih pendek dari yang lain." Rain menjelaskan apa yang Yoona pikirkan.
Yoona pun langsung mendelik ke arah Rain. Rasa tidak enak pun bertambah parah. Rasanya dia ingin terjun ke sungai untuk menghilangkan rasa malunya, karena Rain mengetahui apa yang ada di pikirannya.
"A-apa kamu bisa membaca pikiran seseorang?" tanya Yoona ragu.
"Tidak! Hanya saja ekspresi kamu ketika menilai wajahku, bibirku, kulitku, dan leher ku, aku dapat mengartikan ketidak nyamanan mu terhadap semua itu. Apakah kamu pikir aku bukan sejenis makhluk manusia yang normal?" jawabnya berbohong.
Yoona pun langsung panik ketika apa yang ada di pikirannya dapat di baca dengan jelas oleh Rain.
"Oh, tidak, tidak! Bukan seperti itu. Aku hanya, aku hanya sedang tidak dapat mengerti dengan semua yang terjadi denganku. Apalagi jika itu menyangkut tentang dirimu. Semua benar-benar tidak dapat di jelaskan dengan benar." Yoona pun langsung terlihat lemas dan menyerah. Yoona akhirnya menerima alasan Rain, jika kemungkinan dia mengalami luka di dalam otaknya, yang membuat dirinya kehilangan ingatannya.
"Aku yakin, ingatan mu akan bisa pulih kembali. Jangan di bawa pikiran. Sudah sore, lebih baik sekarang kita kembali. Aku akan mengantar kamu pulang," ujar Rain.
"Tidak perlu, aku akan pulang sendiri," jawab Yoona yang masih tertunduk lemas. Yoona pun menghela nafas berat, lalu beranjak pergi meninggalkan Rain.
"TUNGGU!" Rain memanggil Yoona.
Rain berjalan ke arah Yoona yang masih terlihat sangat lesu karena kecewa.
"Katakan padaku, apa yang bisa membuat mu tenang?" tanya Rain membuat Yoona membulatkan matanya.
"Ti-tidak ada. Biarlah, kita lupakan semua. Sebaiknya, setelah ini kamu tidak perlu menemui ku lagi. Aku tidak ingin berurusan dengan gadis-gadis alay itu." Yoona pun berfikir apa yang akan terjadi besok di sekolah. "Haaah! Mungkin aku besok akan habis!" gerutunya ketika mengingat wajah Nari yang selalu ingin memakannya hidup-hidup.
Nari pun berbalik arah dan berniat meninggalkan Rain. Tetapi tidak di sangka, Rain menarik tangan Yoona dan menjatuhkan tubuh Yoona ke dalam pelukannya.
"Jika kamu masih ragu, aku akan membantumu." Sebelum Yoona merespon, Rain sudah mencium bibir Yoona dengan lembut.
Ketika ciuman itu berlangsung, tiba-tiba cuaca langsung mendung dan gelap. Yoona sangat terkejut ketika dia melihat dengan jelas pori-pori kulit wajah Rain memancarkan cahaya biru yang berkelap-kelip.
Walaupun kelip biru itu sangat kecil, tetapi Yoona dapat melihatnya dari jarak yang sangat dekat.
Sesaat, Rain pun melepaskan ciumannya.
"Bagaimana?" tanya Rain membuyarkan keterkejutan Yoona.
"Hah!?" Yoona pun belum dapat kembali ke alam sadarnya.
"Apakah kamu hilang ingatan lagi?" tanya Rain tersenyum. Sungguh Rain tidak dapat menahan lagi dengan tuduhan Yoona jika dia adalah sejenis ikan duyung.
Bagaimana seorang alien tampan, penerus kekuasaan bangsa alien disamai dengan seorang ikan.
Wajah Yoona pun langsung memerah karena lagi dan lagi Rain tahu apa yang sedang ada dalam pikirannya.
"Hehehe .. apakah kamu tahu pikiran ku tentang itu?" tanya Yoona kikuk.
"Bagaimana pria tampan seperti ini kamu samai dengan seekor ikan?"
"Tidak, tidak! Bukan seperti itu! Hem, sebenernya itu adalah ide Nancy. Dia yang memberikan stimulasi kepadaku jika kamu kemungkinan adalah seorang putra duyung. Sungguh, aku benar-benar tidak mengiyakan apa yang Nancy katakan!" Yoona mencoba menjelaskan. "Hah, gadis konyol itu, bagaimana dia bisa berfantasi menggelikan seperti itu." gerutunya.
"Jadi, apakah sekarang kamu percaya padaku?" tanya Rain.
"Tentu!" sahut Yoona antusias. Sungguh kini dia seperti tidak ada muka di depan Rain. "Sedari awal aku sudah percaya padamu," lanjutnya meyakinkan.
"Kamu terdengar tidak tulus!" ujar Rain yang sambil berjalan menuju mobil dan di ikuti oleh Yoona.
"Apa! Tidak tulus bagaimana!? Lagi pula, bagaimana aku tidak ikut berfikir seperti nancy. Kamu benar-benar pria yang sangat aneh, jadi wajar saja jika pada saat itu aku setuju dengan perkataan Nancy!" cetus Yoona.
"Tapi sekarang kamu tahu yang sebenarnya," ucap Rain sambil membukakan pintu mobil untuk Yoona.
Yoona pun menghela nafas ringan.
"Maafkan aku. Sekarang aku percaya kepadamu."
"Masuklah, hujan akan segera turun." Rain meminta Yoona untuk segera masuk ke dalam mobil.
"Tidak, terima kasih. Aku akan naik taksi saja." Yoona menolak halus dan langsung berjalan meninggalkan Rain.
Tetapi sepertinya Rain tidak berniat untuk melepaskan Yoona begitu saja.
Rain pun menarik tangan Yoona dan sedikit memaksanya untuk masuk ke dalam mobilnya.
"Kamu pergi bersamaku, jadi kamu harus pulang bersama ku. Jangan membuat aku seperti pria yang tidak bertanggung jawab." Setelah memasangkan sabuk pengaman untuk Yoona. Rain menutup pintu mobil dan bergegas masuk ke dalam kursi pengemudi.
Rain tidak mengatakan apa-apa di dalam mobil. Hujan turun semakin deras. Suara gemuruh menggetarkan jantung Yoona.
Yoona menatap wajah Rain yang terlihat sangat serius ketika mengemudi. Dalam hati Yoona, mungkin Rain fokus karena jalanan sedang di tutupi hujan yang seperti di tumpahkan dari langit, sangat deras dan angin yang berhembus kencang.
Yoona memejamkan matanya karena sangat takut melihat petir yang menari-nari di depannya.
Ketika Yoona memejamkan mata, dia kembali mengingat ketika Rain mencium bibirnya. Ingatan Yoona tertuju pada cahaya biru yang berkelap-kelip pada wajah Rain.
Sangat aneh tetapi nyata, ingin sekali Yoona menanyakan perihal itu kepada Rain. Tetapi Yoona menahannya karena sejauh ini dia sudah terlalu banyak berburuk sangka kepada Rain.
Mungkin dia hanya mengunakan Glitter pada wajahnya. Tapi apakah pria menggunakan itu? Tapi kenapa tidak, para K-Pop saja banyak juga menggunakan Glitter pada wajahnya. batin Yoona.