Rain menatap kaca jendela Yoona dari bawah. Hari sudah larut malam, Rain akhirnya bergegas pulang setelah selesai menyantap makanan yang di masak oleh paman Won-bin.
Rain tahu jika sebenarnya Yoona tidak tidur. Bahkan, terlihat Yoona yang mengintip mobil Rain sudah melaju perlahan meninggalkan rumah.
"Huft!" Yoona pun dapat bernafas dengan lega. "Akhirnya dia pergi juga." Yoona pun langsung kembali memikirkan tentang lamaran gila dari Rain.
"Apakah pria sakit? Apakah dia stres karena di tinggal oleh mantannya. Lagi pula, semirip apakah aku dengan mantannya, sehingga dia mau mengikat aku?" Yoona benar-benar sangat dilema.
Ciuman yang sangat hangat. Yoona memejamkan matanya dan membayangkan betapa manisnya Rain mengecup bibirnya.
Tanpa sadar, kini Yoona telah senyum-senyum sendiri membayangkan kebersamaannya dengan pria yang baru saja dia kenal.
Tetapi entah mengapa, Yoona merasa jika dia sudah dekat dengan Rain dari sebelum dia lahir.
"Aaa.. pria itu benar-benar membuat aku gila. Bagaimana aku bisa menatapnya besok di sekolah? Hem, kamu harus terlihat cuek dan acuh tak acuh." Yoona terus berbicara pada dirinya sendiri.
Paman Won-bin yang merasa putrinya sedikit terlihat aneh pun langsung mengetuk pintunya.
"Yoona!?" panggilannya lirih.
"Iya Ayaaah!" sahut Yoona antusias.
"Kamu tidak tidur?" tanya Won-bin menatap aneh kepada putrinya yang terlihat bugar dan tidak seperti orang bangun tidur.
"Em, sebenernya kepala aku tadi sedang sakit sekali, jadi aku tidak dapat menjawab Ayah. Tetapi sekarang aku sudah membaik. Ayah, aku lapar, apakah masih ada makanan untuk ku?" Yoona benar-benar sangat pandai berakting.
"Kamu sakit? Mana yang sakit?" Paman Won-bin yang baru tahu putri kesayangannya sakit pun langsung terlihat cemas.
"Tidak ayah, hanya pusing sedikit. Tadi aku sudah meminum obat pereda migran sebelah." Yoona mencoba meyakinkan ayahnya.
"Begitu? Kamu yakin kamu tidak papa? Apakah ini ada sangkut pautnya dengan kepala kamu yang terbentur?" tanya Paman Won-bin.
"Tidak ayah! Aku sungguh baik-baik saja."
"Ya sudah, masih ada banyak makanan di meja makan. Kamu makanlah, ayah akan istirahat. Ayah sangat lelah akhir-akhir ini."
"Siap ayah! Oya, makanannya boleh aku habisi?" Yoona terlihat tersenyum manja.
"Habisilah jika perut mu sanggup."
"Ahay! Tenang saja ayah, aku selalu sanggup untuk menghabiskan semua makanan yang Ayah masak. Masakan ayah pokoknya masakan paling nikmat sedunia." Yoona memang pandai membuat suasana hati ayahnya lebih baik dari hari ke hari.
Yoona memang benar-benar memakan semua sisa makanan yang ada. Entah mengapa, walaupun Yoona selama ini makan dengan rakus, dia selalu saja merasa jika dirinya hanya makan sedikit.
Bahkan kotoran yang selalu dia buang setiap pagi pun tidak sebanyak dengan apa yang dia makan. Walaupun begitu, tetapi tubuhnya tetap kurus (seksi).
Yoona selalu berpikir, kemana perginya makanan yang dia makan selama ini.
**************
Pagi hari, seperti biasa Yoona akan turun dari bis dan berjalan kembali menuju sekolahan.
Lagi-lagi, Rain menguntit Yoona dari belakang. Karena Yoona menggunakan handset, jadi tidak menyadari sesuatu di belakangnya.
Rain menatap Yoona dengan segala seribu perasaan yang tidak menentu di hatinya.
Baru satu minggu Rain mengeluarkan cahaya biru miliknya, tetapi tubuhnya langsung merasa sangat lemah.
Ternyata, Rain tidak dapat berlama-lama hidup tanpa cahaya biru di tubuhnya. Dia harus segera memasukan kembali cahaya biru ke dalam tubuhnya.
Tapi, jika Rain memakainya, itu akan membahayakan nyawa Yoona. Rain benar-benar sangat delima tentang semua ini. Dia pikir dia bisa hidup selamanya di bumi tanpa cahaya biru, dan dia bisa bersatu dengan Yoona. Kenyataan, takdir tidak semudah itu.
Rain pun melewati Yoona begitu saja. Ketika Rain memasuki gerbang, Yoona melihat mobil Rain.
Ada rasa kecewa karena Rain tidak menyapanya, atau berbasa-basi mengajaknya.
Bukankah dia kemarin melamarku, kenapa cepat sekali berubahnya? batin Yoona kesal ketika Rain menerima rangkulan dari Nari yang selalu menempel seperti prangko.
"Hay!" Nancy menyapa Yoona.
"Hay." Yoona menjawabnya dengan sedikit lesu.
"Kamu kenapa, apakah kamu cemburu?" tanya Nancy menunjuk ke arah Rain dan Nari yang jalan bersama menuju kelas.
"Cemburu! Apa yang kamu bicarakan, nancy? Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan pria aneh itu." Yoona nampak sewot.
"Benarkah, lalu kemana kemarin kalian pergi? Apakah kamu sudah mencium dia? Apakah benar jika dia adalah seekor ikan?" tanya Nancy penasaran.
"Nancy, sebaiknya kamu sering-sering membaca buku tentang Romeo dan Juliet, jangan suka berfantasi yang tidak jelas. Mana ada dunia ini ikan duyung? Bahkan para ahli tidak pernah menemukan wujud asli ikan duyung itu. Ikan duyung hanyalah dongeng anak-anak untuk memberi pelajaran kepada mereka jika tidak boleh mengambil ikan berlebihan dan mencemari air laut. Karena di dalamnya ada kerjaan ikan yang di makan duyung." Yoona mencoba memberi pengertian kepada sahabatnya.
Nancy hanya mengangguk mengerti sambil memakan roti selai kacang di tangannya.
"Kamu benar. Lalu, apakah kamu bertanya mengapa kamu bisa lupa tentang dia?" tanya Nancy dengan terus mengunyah makanannya.
"Karena kepala aku memang terbentur." Yoona langsung terdiam ketika memasuki kelas, dan Yoona melihat Rain duduk dengan wajah dinginnya.
Rain sama sekali tidak menghiraukan Nari yang terus menempel padanya.
Ketika Yoona dan Nancy masuk, Nari dan teman-temannya menatapnya dengan sangat sinis.
Yoona yang tidak ingin ada masalah pun hanya memilih untuk diam dan duduk bersama Nancy.
Kursi Yoona dan Rain sangat dekat. Mereka berdampingan walaupun terhalang oleh jalan setapak.
Yoona benar-benar terlihat kaku dan sangat sulit untuk bernafas. Sedangkan Rain, dia hanya menatap lurus ke depan setelah guru masuk ke dalam. Pandangan Rain sama sekali tidak teralihkan.
2 jam akhirnya guru menutup pelajarannya. Selain itu, guru mengumumkan akan mengandakan studi tour ke sebuah museum Aerospace.
Museum Aerospace Jeju adalah museum dirgantara terbesar di Asia. Museum ini tidak hanya menawarkan informasi dan pameran yang berkaitan dengan aerospace serta astronomi, tetapi juga mengintegrasikan pendidikan dengan hiburan untuk memberikan kesempatan belajar yang menyenangkan bagi anak-anak dan orang dewasa.
Bahkan guru telah membagi beberapa kelompok. Entah kebetulan atau takdir, ternyata Yoona, Rain, dan Nancy adalah satu kelompok.
Nari dan kawan-kawan yang awalnya sangat tertarik dan senang, langsung berubah masam ketika mendengar jika Rain akan di kelompokkan oleh Yoona, si anak tukang bangunan.
"Teman-teman, biaya yang guru katakan tidaklah sedikit untuk mengikuti studi tour ini. Kita tahu jika orang tua kita akan sangat mampu, karena orang tua kita adalah orang-orang penting. Tapi, bagiamana jika seorang anak bangunan? Mungkin ayahnya akan merampok supaya anaknya bisa mengikuti studi tour ini!" Nari berdiri ke atas meja dan mengumumkan jati diri Yoona.
Yoona yang merasa jika hinaan ini di tujukan untuk dirinya pun langsung menggebrak meja karena kesal.
"Aku tahu kalian semua adalah anak orang kaya. Tetapi kalian sama sekali berhak menghakimi orang lain dengan kata-kata kasar! Nari, kamu kaya, tapi sayang, hati dan perilaku mu sangat busuk!" tukas Yoona yang sama sekali tidak takut dengan Nari, ratu di sekolah.