"Kamu beneran ga mau ikut Mamah sama Papah ke Jakarta?" tanya sang Mamah sambil memasukkan barang-barangnya dan suaminya ke dalam koper.
"Iya, Mah. Lagian aku di sini juga kan ada kak Felix," jawab Aneisha dengan santai sambil memasukkan ciki ke dalam mulutnya.
"Yaudah kalau kamu mau seperti itu."
Aneisha dan Felix adalah seorang kakak dan adik kandung yang terlahir dari rahim Ibu yang sama. Malam ini Mamah dan Papah mereka akan pindah ke Jakarta. Sedangkan Aneisha dan Felix tetap tinggal di Bandung. Karena Aneisha tidak mau pindah sekolah lagi dan Felix juga tidak mau pindah kampus lagi. Mereka berdua sudah nyaman dengan teman-teman mereka di sana.
Sedangkan Mamah dan Papah mereka sering pindah ke luar kota karena tuntutan dari pekerjaan sang Ayah sebagai polisi yang harus pergi dinas. Dalam satu tahun mereka biasa pindah ke luar kota dua sampai tiga kali. Di Bandung Aneisha dan Felix juga tidak hanya tinggal berdua saja. Di sana ada Bi Siem yang akan membantu pekerjaan rumah.
*****
"Kak... Kak Felix ayo... Aku udah telat nih," teriak Aneisha sambil merapihkan dasi di lehernya.
Pagi ini Aneisha dan Felix telat bangun. Jika tidak dibangunkan oleh Bi Siem, mungkin mereka masih terlelap dalam tidurnya. Felix yang sedang memakai baju pun ikut tergesa-gesa.
"Iya sabar. Ini gua juga kesiangan."
Ketika sudah hampir terlambat seperti ini kak Felix masih sempat-sempatnya mengambil gorengan yang ada di atas meja. Kemudian langsung di makan olehnya. Padahal Aneisha sudah masuk ke dalam mobil sedari tadi.
"Kak Felix ayo... Udah mau jam setengah tujuh nih," teriak Aneisha kembali.
"Iya, iya..."
Felix langsung berlarian menuju ke mobilnya. Kemudian Felix menyalahkan mesin mobil dan segera berangkat menuju ke sekolah Aneisha. Untung saja jarak dari rumah ke skolah tidak terlalu jauh. Sehingga Aneisha tidak terlambat masuk ke sekolah kali ini.
"Huh, untung aja gua ga terlambat. Nyaris satu menit lagi gua kena hukuman," gumam Aneisha.
"Aneisha," panggil Helen yang tiba-tiba saja datang seperti jalangkung membuat Aneisha terkejut.
"Aduh Helen. Kaget tau ga gua. Hampir aja gua terlambat masuk sekolah."
"Sorry. Lu lihat deh di sana. Gavriel berantem lagi."
"Udah jadi makanan sehari-hari juga kan. Ga penting. Udah sekarang kita masuk ke kelas aja deh."
"Yehh. Dasar Aneisha."
Aneisha tidak mempedulikan masalah Gavriel yang bertengkar lagi di sekolah. Gavriel adalah cowok tampan yang banyak di sukai oleh wanita. Ditambah lagi dia adalah putra tunggal di keluarganya yang kaya raya. Tetapi sayangnya sikap Gavriel yang sok jagoan dan sering bertengkar di sekolah membuat wanita kalem dan berprestasi seperti Aneisha sama sekali tidak tertarik olehnya.
Ketika Aneisha ingin masuk ke dalam kelas, Aneisha bertemu dengan Devian di depan kelasnya. Devian sangat berbending terbalik dengan Gavriel. Jika Gavriel adalah orang yang suka membuat onar di sekolah, Devian adalah murid yang sangat berprestasi di sekolah. Ditambah dia juga adalah ketua OSIS. Membuat Aneisha mempunyai sedikit perasaan dengannya.
"Aneisha. Hari ini lu hampir terlambat ya?" tanya Devian.
Mendengar pertanyaan dari Devian membuat jantung Aneisha berdebar cepat.
"Aduh, mampus gua. Pasti gua kena marah Devian nih karena gua sebagai anggota OSIS bidang kesiswaan tapi gua terlambat," ucap Aneisha di dalam hatinya.
"Iya. Tapi hampir kok, ga sampai terlambat."
"Lain kali jangan seperti itu ya. Kamu itu kan anggota OSIS bidang kesiswaan. Masa sendirinya kamu terlambat datang ke sekolah. Apalagi kalau sampai kamu kena hukuman. Jangan sampai pokoknya."
"I... Iya. Gua minta maaf. Lain kali gua ga akan seperti itu."
"Bagus."
Setelah itu Devian langsung pergi begitu saja meninggalkan Aneisha.
"Nyebelin banget sih. Untung aja lu ganteng dan ketua OSIS. Kalau engga, udah gua jambak tuh mulutnya," ucap Aneisha sendirian.
Helen yang sempat ditinggal oleh Aneisha tadi tiba-tiba saja muncul kembali di hadapan Aneisha. Membuat Aneisha kembali terkejut.
"Aneisha. Lu kenapa marah-marah sendiri kaya gitu?"
"Helen... Suka banget buat gua kaget sih."
"Ya sorry. Lu kenapa? Habis ketemu Gavriel?"
"Bukan Bukan. Gua habis kena marah sama Devian karena gua hampir terlambat masuk ke sekolah."
"Ya ampun itu orang lebay banget ya. Namanya terlambat siapa juga yang mau. Tapi kenapa lu kesal? Devian cowok incaran lu kan? Lu kan sukanya cowok yang kaya Devian. Yang kalem, pinter, tanggung jawab, baik, ga suka buat onar."
"Tau ah."
Lagi-lagi Aneisha pergi meninggalkan Helen.
"Aneisha ih ninggalin gua terus."
Helen pun masuk ke dalam kelas. Karena sebentar lagi kegiatan belajar mengajar juga akan segera dimulai.
"Selamat pagi semuanya."
"Pagi Bu..."
"Itu tempat Gavriel kan? Gavriel nya kemana?"
"Biasa Bu. Berantem lagi di belakang sekolah," jawab Aneisha dengan entengnya. Ketika Aneisha berbicara seperti itu, tiba-tiba saja Gavriel tiba di kelas.
"Engga Bu. Fitnah. Eh lu tau ga sih kalau fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan."
"Emang kenyataannya gitu."
"Sudah, sudah. Gavriel, kamu langsung duduk di tempat kamu."
"Iya, Bu."
Gavriel pergi menuju ke kursinya sambil menatap tajam ke arah Aneisha. Aneisha yang tidak takut dengan Gavriel menatap tajam balik kepadanya.
"Aneisha. Lu udah mancing macan tidur kalu kaya gitu," bisik Zora. Teman sampingnya Aneisha di kelas.
"Gua ga peduli. Gua ga takut sama dia."
Setelah itu kegiatan belajar mengajar di mulai. Sampai saatnya waktu jam istirahat tiba dan semua murid boleh beristirahat selama satu jam kedepan sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai kembali.
******
Kring... Kring... Kring...
Jam istirahat sudah tiba. Semua murid langsung berhamburan meninggalkan kelas bagaikan anak ayam yang baru saja dilepaskan. Ada yang langsung pergi ke kantin untuk makan siang, ada yang pergi ke perpustakaan, dan ada juga yang justru pergi ke ruang OSIS untuk mengurus kegiatannya sebagai anggota OSIS. Gavriel yang tidak biasa menghampiri Aneisha, kini dia malah mendekat kepadanya. Tanpa bicara satu kata pun. Hanya tatapan tajam yang diberikannya. Yang ditatap Aneisha, tetapi yang gemetar Zora.
"Mau apa sih lu?" tanya Aneisha dengan sangat juteknya.
"Lu suka ya sama gua?" tanya Gavriel dengan sangat percaya dirinya sambil mengangkat sebelah alisnya.
Aneisha yang mendengarnya sangat terkejut sekaligus ilfeel. Karena Gavriel terlalu percaya diri. Aneisha langsung mengernyitkan dahi nya sambil mengetuk tangan kanan nya ke atas meja sambil berkata "amit-amit jabang bayi."
Gavriel yang melihat tingkah Aneisha seperti itu justru memberikan senyuman ledekan kepadanya.
"Amit-amit gua suka sama lu. Kalaupun cuma ada cowok satu di dunia ini dan itu lu, gua lebih pilih jomblo selama-lamanya daripada harus sama lu. Udah yuk kita pergi dari sini. Suasana nya panas."
Aneisha menarik tangan Zora, temannya untuk pergi dari hadapan Gavriel. Aneisha baru melangkahkan kakinya beberapa langkah, Gavriel sudah kembali meneriakinya.
"Awas ya lu Neish kalau sampai suka sama gua. Gua tolak lu mentah-mentah."
-TBC-