Zora menatap Aneisha dengan tatapan penuh ledekan. Aneisha yang tidak suka dengan tatapannya itu dengan spontan langsung mencubitnya.
"Kenapa lu liatin gua kaya gitu?"
"Ciee. Akhirnya udah resmi pacaran nih?"
"Apa sih lu. Siapa juga yang pacaran sama makhluk kaya dia. Ga ada ya."
"Kalo iya juga ga apa-apa."
"Najis. Devian, tumben ngobrol sama dua kecubung ini?"
"Yehh, enak aja lu. Tadi Devian cariin lu."
"Oh iya? Ada apa?"
"Enggak. Gua cuma mau tanya, tugas yang kemarin gua kasih udah selesai dikerjain belum?"
"Iya udah kok. Ini gua bawa. Sebentar."
Aneisha meraih tas gendolnya ke depan supaya dia bisa mengambil sebuah buku yang ada di dalam tas nya. Kemudian Anisha menyerahkannya kepada Devian.
"Ini. Udah gua selesaikan. Di cek aja takut ada yang salah."
"Oke. Makasih banyak ya."
"Sama-sama."
Tiba-tiba saja tanpa di undang Gavriel ikut nimbrung dengan mereka berempat. Padahal dirinya tidak diajak bicara sama sekali. Gavriel datang dan langsung merangkul pundak Aneisha.
"Lain kali jangan kasih tugas yang banyak dan susah ya ke cewek gua. Kasihan nanti pacar gua kalau pusing. Kalau sakit, kan gua yang sedih," ucap Gavriel sambil melirik ke arah Aneisha dengan senyuman meledek.
Aneisha yang tidak terima langsung melepaskan rangkulan tangan Gavriel.
"Apaan sih lu. Siapa juga yang jadi cewek lu."
"Lu lah."
"Enggak. Udah lebih baik lu sana gih, pergi."
"Enggak mau. Gua takut lu kenapa-kenapa kalau gua tinggal."
"Yehh, dari dulu gua juga tanpa lu ga kenapa-kenapa. Sejak ada lu, hidup gua malah jadi masalah."
Kemudian setelah itu Aneisha pergi meninggalkan semua orang yang ada di sana. Termasuk Devian. Zora dan Helen yang tidak tahu harus berbuat apa pun ikut mengejar kepergian Aneisha.
"Kita juga duluan ya, bye."
Sekarang hanya tersisa Devian dan Gavriel.
"Biasa aja dong lihatin gua nya. Gua ga bakalan apa-apaanin lu. Jadi cowok kok cemen banget sih. Berlindung dibalik wanita."
Setelah itu Gavriel pergi meninggalkan Devian. Pergi kemana lagi kalau bukan ke kantin. Di sana sudah terdapat teman-teman yang lainnya yang sudah menunggu kedatangannya.
"Ga jelas banget Gavriel. Awas aja nanti gua kasih perhitungan sama itu anak," ucap Devian sendirian.
*****
Di kantin sekolah.
"Bro," sapa Gavriel kepada semua teman-temannya.
"Wihh yang udah punya pacar sekarang sibuk sama pacarnya. Jadi jarang ngumpul sama kita nih," ledek salah satu temannya.
"Bukan gitu. Ini gua masih ngumpul. Cuma tadi gua harus jemput cewek gua aja."
"Hahaha, iya deh iya."
Tiba-tiba saja kedua mata Gavriel tertuju pada seseorang yang sedang meminta uang kepada junior nya. Gavriel walaupun memiliki sikap seperti preman, tetapi Gavriel juga tidak tega ketika ada orang lain yang diperlakukan dengan seenaknya. Apalagi Jika orang itu berbuat seenaknya dengan orang yang lebih muda darinya. Cemen. Itu lah sebutan dari Gavriel kepada orang seperti itu.
"Woy. Ngapain lu?" teriak Gavriel.
"Kenapa lu?"
"Lu palak bocah? Cemen banget lu."
"Terus kenapa? Bukan urusan lu juga."
"Sekarang semuanya jadi urusan gua."
Gavriel yang emosian langsung menghajar orang itu pada detik itu juga. Semua orang yang ada di kantin terkejut melihat aksi Gavriel. Apalagi murid cewek yang langsung berteriak dengan teriakan histerisnya. Teman-teman Gavriel berusaha untuk menenangkan Gavriel. Tetapi itu semua sia-sia.
Sedangkan di tempat lain, Devian sudah melaporkan semua masalah ini kepada Guru Bimbingan Konseling.
"Selamat pagi, Pak. Maaf, di kantin terjadi keributan, Pak," jelas Devian.
"Keributan apa? Siapa yang bertengkar?"
"Siapa lagi Pak kalau bukan Gavriel."
"Anak itu. Lagi-lagi dia yang berulah. Yaudah saya ke sana."
"Baik, Pak."
Guru Bimbingan Konseling itu sudah tidak heran lagi jika yang melakukan keributan adalah Gavriel. Karena Gavriel sudah terkenal sebagai preman di sekolah yang selalu membuat keributan.
Ternyata berita Gavriel yang bertengkar di kantin juga sudah terdengar sampai ke telinga Aneisha.
"Neish, lu tau ga? Cowok lu berantem lagi tuh di kantin," ucap teman sekelas Aneisha.
"Cowok gua? Siapa?"
"Gavriel lah. Siapa lagi. Dia pacar lu kan sekarang?"
"Astaga. Ternyata dia ga bisa tepati janjinya. Gua juga tegasin ke lu ya, gua bukan pacarnya Gavriel. Ingat itu," jelas Aneisha yang kemudian langsung pergi ke arah kantin untuk menghampiri Gavriel yang sedang bertengkar di sana.
"Aneisha, lu mau kemana?" teriak Zora. Tetapi Aneisha mengabaikannya begitu saja. Dia tetap pergi menuju ke kantin.
"Gimana nih? Apa kita susulin aja?"
"Yaudah kita susulin aja. Takut dia kenapa-kenapa," jawab Helen.
"Yaudah, ayo."
Akhirnya Zora dan Helen memutuskan untuk pergi menyusul Aneisha menuju ke kantin. Di kantin sudah ramai orang yang menonton aksi Gavriel.
"Aneisha. Lu ngapain ke sini?" tanya Devian.
"Mana Gavriel?"
"Itu. Dia emang ga bisa berubah ya. Selalu ada aja ulahnya."
Ketika Aneisha tiba di kantin, ternyata sudah ada Guru Bimbingan Konseling yang menariknya untuk pergi dari sana. Kemudian Gavriel dan lawannya itu dibawa ke ruang Bimbingan Konseling. Gavriel lewat tepat di hadapan Aneisha. Dia hanya tersenyum kepadanya. Aneisha yang mendapatkan perlakuan dari Gavriel hanya terdiam seribu bahasa.
"Kenapa sih? Kenapa Gavriel bisa kaya gitu?" tanya Aneisha kepada teman-temannya Gavriel.
"Jadi tadi Gavriel itu liat ada orang yang lagi palak junior di sini. Gavriel ga terima. Dia belain junior itu. Tapi itu orang malah nyolot. Tau sendiri Gavriel orangnya emosian. Tapi Gavriel ga salah. Dia cuma mau menegakkan keadilan doang."
"Astaga. Jadi gitu ceritanya. Gua harus meluruskan ini semua."
"Eh, lu mau kemana?" tanya Devian sambil menahan Aneisha dengan tengannya.
"Gua harus jelasin ini semua. Karena Gavriel ga sepenuhnya salah."
"Dia itu tetap salah, Neish. Ga seharusnya kan diselesaikan dengan kekerasaan. Kan bisa diselesaikan secara baik-baik."
"Tapi gua tetap mau coba bicara sama Guru Bimbingan Konseling."
Aneisha tetap pergi menyusul Gavriel ke ruang Bimbingan Konseling. Aneisha tidak mendengarkan perkataan Devian sama sekali. Sepertinya Aneisha sudah mulai peduli dengan Gavriel.
"Sialan. Kenapa Aneisha jadi belain Gavriel kaya gini sih?" batin Devian.
******
Di dalam ruang Bimbingan Konseling.
"Gavriel. Kamu lagi, kamu lagi. Kamu ga ada bosan-bosannya ya masuk ke ruangan ini? Baru berapa hari ini kamu ga terdengar bertengkar lagi. Sekarang kenapa kamu bertengkar lagi?"
"Iya, Pak. Kemarin itu saya di awasi sama cewek saya, makanya saya ga berantem. Sekarang cewek saya lagi ngambek sama saya. Makanya saya ga ada yang awasi," jawab Gavriel dengan santainya sambil tersenyum.
"Kamu ini bercanda saja. Saya sedang bicara serius ya."
"Saya juga serius, Pak."
Tiba-tiba saja seseorang masuk dari balik pintu. Dan ternyata dia adalah Aneisha. Gavriel yang melihat kedatangan Aneisha di sana langsung tersenyum sumringah.
-TBC-