Di dalam kamar Aneisha.
"Kak Felix ngeselin banget sih. Kenapa diambil sih semua makanan dari Gavriel. Nanti kalau dia mikirnya kak Felix setuju sama hubungan gua dan dia gimana?" ucap Aneisha sendirian.
Aneisha terdiam sejenak. Dia membayangkan kembali apa yang sudah Gavriel lakukan untuknya. Memberikan semua makanan enak kepadanya, mengajaknya bermain bersama, kejutan kecil yang tidak pernah Aneisha dapatkan dari laki-laki lain sebelumnya. Membuatnya tiba-tiba tersenyum sendiri.
"Tapi kalau di pikir-pikir Gavriel sweet juga ya orangnya. Sayangnya dia itu lebih banyak bikin orang kesal. Dan dia juga preman di sekolah. Ih, kenapa gua jadi mikirin Gavriel sih. Ga benar. Otak gua udah ga benar."
Aneisha memukul kepalanya dengan bantal secara perlahan. Kemudian Aneisha beranjak dari atas kasurnya untuk bersih-bersih. Karena sedari tadi pagi Aneisha belum mandi lagi. Ketika Aneisha hendak beranjak ke dalam kamar mandi, tiba-tiba saja handphone miliknya yang masih berada di dalam tas sekolah berdering. Aneisha langsung bergegas untuk mengambil handphone miliknya sambil merasa kesal.
"Siapa sih yang telepon malam-malam gini, ah elah."
Ternyata yang meneleponnya malam ini adalah Mamah nya sendiri.
"Mamah? Ya ampun aku kangen banget sama Mamah sama Ayah."
Langsung saja Aneisha mengangkat telepon itu setelah tahu jika yang meneleponnya adalah Mamah kandungnya sendiri. Orang yang sudah beberapa hari ini tidak bertemu dengannya.
"Mamah. Mamah aku kangen banget sama Mamah."
"Sama sayang. Mamah juga kangen banget sama kamu. Gimana keadaan kamu dan kak Felix di sana?"
"Mamah bilangin deh tuh anak Mamah jangan kebanyakan pacaran. Sekarang kak Felix pacaran terus. Jadinya aku ga diperhatiin."
"Oh ya? Siapa pacarnya?"
"Aku juga ga tahu, ga kenal."
"Kalau kamu udah punya pacar belum?"
"Ya belum lah. Aku kan mau meraih cita-cita aku dulu."
"Pintar banget anak Mamah. Mamah mau bicara sama kak Felix boleh?"
"Boleh, Mah. Sebentar ya."
Aneisha menjauhkan handphonenya dari arah telinganya. Dengan cepatnya Aneisha keluar dari dalam kamarnya dan langsung berteriak memanggil nama Felix.
"Kak Felix... Kak Felix...," teriak Aneisha.
Felix yang mendengar suara Aneisha yang sangat kencang.
"Kenapa sih? Kakak ga budek kali. Pendengaran kakak masih bagus. Ga usah teriak-teriak kaya gitu."
"Kirain lagi sibuk teleponan sama pacarnya. Ini, Mamah telepon. Katanya mau bicara sama kakak."
"Mamah? Mana sini."
Felix langsung saja merebut handphone itu dari tangan Aneisha.
"Hallo, Mah. Mamah gimana kabarnya sama Papah di sana?"
"Mamah sama Papah baik di sini. Kalian berdua gimana?"
"Syukur lah kalau gitu. Kita berdua juga baik-baik aja Mah di sini."
"Kata Aneisha, kamu sekarang udah punya pacar ya? Siapa? Orang mana? Pacaran boleh, tapi jangan sampai melupakan tugas kamu sebagai kakak untuk menjaga Aneisha ya, nak."
"Yehhh, Aneisha juga sekarang udah punya pacar, Mah. Kalau Mamah ga percaya, Mamah lihat nih."
Felix langsung memutar camera depan video call menjadi camera belakang supaya Mamah nya bisa melihat semua barang-barang yang diberikan oleh Gavriel untuk Aneisha.
"Tuh, Mamah lihat kan. Semua barang ini yang kasih pacarnya Aneisha."
Aneisha yang tidak terima dengan perkataan sang kakak pun langsung membantahnya.
"Engga, Mah, bohong. Dia itu bukan pacar aku. Tapi dia nya aja yang terobsesi sama aku."
"Yehh percaya diri banget lu jadi cewek."
"Au ah kakak mah."
Aneisha yang tidak terima dengan ucapan Felix langsung merebut handphonenya dan mematikan sambungan telepon begitu saja. Padahal Mamah nya masih ingin bicara banyak dengannya.
"Udah ya, Mah. Aku ngantuk. Aku mau tidur. Dilanjut besok aja teleponannya. Bye, Mah."
Sambunga telepon pun di matikan. Kemudian Aneisha langsung pergi ke dalam kamarnya.
"Dasar kak Felix nyebelin."
Aneisha juga sedikit membanting pintu kamarnya.
"Dasar ga jelas. Padahal dia duluan yang ajak gua perang," gumam kak Felix.
******
Waktu menunjukkan pukul 06.15 pagi. Tetapi Aneisha sudah berada di kantin sekolah. Aneisha tiba di sekolah lebih pagi karena dia harus ikut bersama dengan Felix yang akan menjemput kekasihnya pagi itu.
"Kelas masih sepi banget udah jam segini. Gua ke kantin aja deh," ucap Aneisha di dalam hatinya.
Akhirnya Aneisha pun pergi ke kantin sekolah. Aneisha memesan segelas susu cokelat hangat. Tidak lama kemudian Zora yang sudah diberikan kabar oleh Aneisha jika dirinya sedang berada di kantin belakang sekolah pun langsung menyusulnya ke sana. Di susul lagi oleh Helen.
"Tumben banget lu pagi-pagi gini udah sampai di sekolah aja," ucap Zora.
"Iya. Soalnya gua ikut kak Felix. Dia mau jemput pacarnya dulu. Nyebelin banget kan."
"Gavriel ga jemput lu emangnya?"
Belum sempat Aneisha menjawab pertanyaan dari Zora, tiba-tiba saja terdengar suara seorang laki-laki dari arah belakang mereka.
"Ya pasti gua jemput lah. Tapi ternyata orangnya udah sampai di sekolah," jawab Gavriel.
Aneisha dan kedua temannya langsung menengok ke sumber suara. Aneisha yang terkejut dengan kedatangan Gavriel secara tiba-tiba spontan langsung menyembur minuman yang sedang dia minum dari dalam mulutnya.
"Uhuk, uhuk, uhuk."
"Ya ampun sayang pelan-pelan dong minumnya," ucap Gavriel yang langsung saja mengambil sebuah tisu di atas meja dan langsung mengusapkannya ke mulut Aneisha.
"Lucu banget sih kalian. Cocok tahu. Nanti pasti anaknya juga lucu-lucu kaya kalian berdua," ledek Helen.
Aneisha yang kesal dengan sikap Gavriel langsung menangkis tangannya.
"Apaan sih lu. Lu juga, Helen. Anak yang lucu dari mana? Pacaran aja kita engga. Apalagi nikah, terus punya anak. Duh, engga deh."
Gavriel terdiam. Gavriel bingung dengan ucapan Aneisha barusan. Karena ucapan dari Aneisha itu dapat mengandung dua arti. Yang pertama Aneisha tidak mau mempunya hubungan lebih apalagi sampai menikah dengan Gavriel. Yang kedua, Aneisha membutuhkan kepastian sebuah hubungan dari Gavriel. Setelah itu Gavriel pergi begitu saja.
"Yaudah gua tinggal dulu ya. Kalau ada apa-apa langsung kabarin gua aja," ucap Gavriel.
Zora dan Helen merasakan ada yang beda atas kepergian Gavriel barusan yang secara tiba-tiba.
"Gavriel kenapa ya? Ngerasa ga sih kalian kalo ada yang beda dari dia?" tanya Helen.
"Iya, gua juga ngerasa begitu," sambung Zora.
"Kalian berdua apaan sih. Biasa aja kali. Emang dia aneh. Udah yuk kita masuk ke kelas aja," jawab Aneisha yang langsung bangun dari tempat duduknya.
"Yaudah, ayo."
Aneisha, Zora dan Helen pun pergi ke kelas mereka. Karena sebentar lagi kegiatan belajar mengajar pun akan segera dimulai.
Setibanya di dalam kelas, Zora langsung melihat ke tempat duduk Gavriel. Tidak ada dia di sana.
"Kok Gavriel ga ada ya? Kemana dia?" tanya Zora.
"Ngapain sih lu mikirin dia. Terserah dia mau kemana. Malah bagus kalau dia bikin ulah, gua bisa putus dari dia. Udah ah ayo masuk," jawab Aneisha dengan sangat ketusnya.
"Kenapa sih dia? Marah-marah terus dari tadi," tanya Zora kepada Helen.
"Ga tau. Lagi dapet kali dia. Yaudah kita masuk aja yuk."
"Ayo."
Akhirnya Zora dan Helen pun ikut masuk ke dalam kelas.
-TBC-