Tin! Tin!
Suara sepeda motor milik Gavriel. Suara sepeda motor yang sudah tidak asing lagi bagi Aneisha dan murid yang lainnya. Karena sepeda motor miliknya itu selalu membuat keributan di sekolah ketika hendak tawuran antar sekolah. Aneisha dan kedua temannya langsung menengok ke sumber suara.
"Pucuk dicinta ulam pun tiba. Belahan hati udah datang tuh," ledek Zora.
"Apaan sih lu," jawab Aneisha dengan cepatnya.
"Ayo pulang sama gua," ajak Gavriel tanpa basa-basi.
"Enggak mau."
"Terus mau nya pulang sama siapa? Kakak lu ga bisa jemput kan? Mau nunggu taksi kaya kemarin lagi? Kalau enggak gua pesan juga ga akan datang taksi kemarin."
"Jadi kemarin yang pesan taksi itu lu?"
"Iya lah. Gua pesanin buat lu sebagai pacar yang baik hati dan tidak sombong. Sekarang pulang sama gua naik motor aja ya."
Aneisha terdiam. Dia sebenarnya mau pulang tetapi tidak dengan Gavriel. Namun di satu sisi Aneisha juga takut jika dia tidak bisa mendapatkan taksi untuk pulang. Dan untuk menerima Gavriel pulang bareng begitu saja Aneisha juga merasa gengsi.
"Udah lah mau aja. Daripada nanti ga bisa pulang," ucap Zora.
"Iya. Bahaya juga lagi cewek pulang sendirian," sambung Helen.
"Tuh, temen lu aja paham. Udah, ayo naik."
"Ini orang berdua kenapa malah dukun gua supaya pulang bareng sama Gavriel sih. Nyebelin banget," ucap Aneisha di dalam hatinya.
"Ayo. Tunggu apa lagi?" ucap Gavriel kembali sambil memberikan helm yang sengaja dia bawa untuk Aneish.
"Yaudah iya, iya. Kali ini gua juga karena terpaksa ya. Bukan karena gua ada rasa sama lu."
"Iyaa. Terserah sekarang lu mau bilang apa. Nanti lama-lama juga lu ada rasa sama gua."
"Idih, najis banget," batin Aneisha.
Aneisha langsung menaiki sepeda motor milik Gavriel. Dengan wajah yang kesal, mau tidak mau Aneisha harus pulang bersama dengan Gavriel. Laki-laki yang tidak pernah dia bayangkan selama ini untuk pulang bersama. Apalagi untuk menjadi pacarnya.
******
Di tengah-tengah perjalanan. Tiba-tiba saja Gavriel memberhentikan sepeda motor miliknya di pinggir jalan.
"Kenapa kita berhenti?" tanya Aneisha.
"Turun."
"Kenapa harus turun? Rumah gua masih jauh dari sini."
"Iya gua juga tahu. Tapi turun aja dulu."
Lagi-lagi dengan terpaksa Aneisha turun dari atas sepeda motor milik Gavriel. Dengan raut wajah yang sangat kesal. Karena dia sudah di paksa untuk pulang bersamanya, kali ini dia juga harus di paksa untuk turun dari sepeda motor dengan tiab-tiba.
Tiba-tiba saja Gavriel membukakan helm yang dipakai oleh Aneisha. Dan kemudian Gavriel menggandeng tangan kanan Aneisha.
Gavriel mengajak Aneisha ke suatu tempat yang terlihat dari luar saja sangat ramai. Di sana banyak para pedagang yang berjualan. Mulai dari maknana ringan, makanan berat, hingga mainan. Ternyata tempat itu adalah pasar malam yang diadakan dekat dari rumah Aneisha. Pasar malam itu sudah beroperasi sejak sore ini.
"Ngapain sih kita ke sini? Kaya anak kecil aja," protes Aneisha.
"Emangnya orang dewasa ga boleh ke sini? Orang dewasa juga perlu kali ke sini supaya ga stress karena belajar terus. Kita ke sana."
Gavriel mengajak Aneisha untuk mengelilingi pasar malam itu.
"Mau main itu ga?" tanya Gavriel. Aneisha hanya menggelengkan kepalanya.
"Yaudah kalo gitu gua aja."
Gavriel bermain lempar bola. Jika dia berhasil menjatuhkan semua kaleng minuman yang ada di depannya, Gavriel berhasil mendapatkan boneka yang sangat besar. Dan ternyata Gavriel berhasil mendapatkannya. Semua orang yang melihatnya bertepuk tangan. Karena sangat jarang orang yang berhasil dalam permainan ini. Sedangkan Aneisha hanya terdiam saja.
"Keren kan gua?" ledek Gavriel.
"Biasa aja."
Walaupun begitu Gavriel terus mencoba untuk menghibur Aneisha. Dia terus mencoba berbagai macam permainan supaya Aneisha ikut bermain juga. Atau hanya sekedar Gavriel mendapatkan hadiah, dan hadiah tersebut untuk Aneisha.
"Gua mau pulang ah. Bosen banget gini-gini doang," perintah Aneisha.
"Buru-buru banget sih. Di rumah juga mau ngapain. Lu duduk di sini dulu. Sebentar aja. Lima menit gua balik lagi ke sini."
"Mau ngapain sih?"
"Udah tunggu aja."
Kemudian Gavriel langsung pergi begitu saja meninggalkan Aneisha sendirian di sebuah kursi di tengah-tengah pasar malam itu. Aneisha sangat kesal dengan Gavriel pada saat itu juga.
"Itu orang mau ngapain sih? Ga jelas banget. Mana gua ditinggal sendirian lagi di sini," batin Aneisha.
Tidak lama kemudian Gavriel kembali ke hadapan Aneisha. Sesuai dengan janjinya. Dia hanya membutuhkan waktu 5 menit. Bahkan kurang dari itu.
Gavriel berdiri tepat dibelakang Aneisha.
"Mana sih tuh orang belum balik juga," ucap Aneisha dengan kesalnya.
"Gua dibelakang lu."
Aneisha langsung saja menengok ke arah belakangnya. Di sana Gavriel sudah membawa sangat banyak mainan seperti boneka dan juga makanan. Tidak lupa juga dengan ice cream yang biasanya dapat membuat mood seorang wanita menjadi bagus kembali.
"Apa sih."
Ternyata respon Aneisha tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh Gavriel. Aneisha terlihat biasa saja tanpa ada rasa bahagia setelah mendapatkan kejutan dari Gavriel.
"Lu ga senang dapat semua ini? Apa ada yang kurang?" tanya Gavriel.
"Sebenarnya gua senang mendapatkan ini semua. Karena jujur, gua belum pernah diginiin sama seorang laki-laki. Tapi kenapa harus dia sih orangnya? Kenapa ga Devian?" ucap Aneisha di dalam hatinya.
"Neish," panggil Gavriel kembali untuk membangunkan Aneisha dari lamunannya.
"Apa sih? Udah ah gua mau pulang."
"Yaudah ayo pulang. Lu bawa tuh semuanya."
Karena merasa kesal, Gavriel memberikan semua yang dia bawa kepada Aneisha begitu saja. Sampai-sampai Aneisha kesulitan untuk membawanya sendirian.
"Dasar cowok ga tahu diri. Masa gua di suruh bawa semua ini sendirian ga mau bantu gua. Gua kan cewek," gumam Aneisha.
Namun walaupun begitu Aneisha tetap berusaha membawanya dengan sedikit kesulitan.
"Lu ga mau bantuin bawa semua ini apa? Lu tega sama gua yang harus bawa semua ini sendirian?" protes Aneisha.
"Lu ga mau semua itu kan? Kalau ga mau ditinggal aja juga ga apa-apa. Ayo naik, gua antar lu ke rumah sekarang."
"Ngeselin banget sih ini orang. Awas aja lu nanti gua balas," batin Aneisha.
"Iya, iya."
Dengan susah payahnya Aneisha naik ke atas sepeda motor Gavriel. Gavriel yang melihat Anisha kesulitan hanya bisa tersenyum tipis supaya Aneisha tidak melihat dirinya tersenyum.
"Anisha lucu banget. Gua yakin dia itu sebenarnya mau itu semua. Tapi karena gengsi dia yang besar aja makanya dia seperti itu sikapnya ke gua," ucap Gavriel di dalam hatinya.
"Udah siap?" tanya Gavriel.
"Iya."
Gavriel langsung menancapkan gas sepeda motornya. Aneisha yang terkejut dengan perbuatannya tiba-tiba saja langsung memeluknya dari belakang sambil kesulitan untuk membawa semua barang dari Gavriel.
-TBC-