Tiara tidak punya pilihan lain. Yang artinya ia harus memilih untuk menyanggupi permintaan Kinara. Rasa bersalah yang masih bersarang membuatnya tak bisa menyangkal. Dan hal itu membuatnya harus memiliki pekerjaan baru sebagai detektif dadakan. Ya, Tiara akan melakukan penyelidikan untuk mencari di mana keberadaan wanita bernama Bianca Roseli, sebelum dirinya bisa mendekati wanita simpanan Abimana Erlangga tersebut.
Dengan menggunakan identitasnya sebagai putri dari salah satu konglomerat, Tiara bertandang ke perusahaan milik keluarga Abimana. Yang mana, Abimana pun mengenal Tiara, bahkan sebelum menikah dengan Kinara, meski hubungan mereka benar-benar tidak dekat. Namun, setidaknya Tiara pernah berbincang dengan Abimana di beberapa kesempatan. Rencana itu membuat Tiara bisa berdiri di hadapan Abimana, sementara pria itu masih menatapnya dengan tajam.
Bagaimana mungkin Abimana menerima dengan senang hati atas kedatangan kawan dari musuhnya? Tentu saja sukacita adalah sebuah kemustahilan di situasi saat ini, sebab Tiara bisa saja diutus oleh Kinara untuk mencari celah dan kelemahan pada diri Abimana. Dengan begitu, Kinara bisa mendapatka senjata baru untuk memberikan serangan berupa ancaman agar Abimana bersedia menyerahkan A&K Diamond secara sepenuhnya. Apalagi belakangan ini, sifat licik dan manipulatif milik Kinara terlihat begitu jelas.
"Apakah Anda datang atas perintah dari Nyonya Kinara, Nona Tiara?" ucap Abimana pada Tiara yang sampai saat ini belum menyandang status 'nyonya', karena belum menikah. "Jika dugaan saya benar, lebih baik Anda segera meninggalkan tempat ini. Saya tidak akan merelakan gerai perhiasan itu begitu saja!"
Tiara tertawa kecil sembari menutup bibirnya dengan menggunakan telapak tangan sebelah kapan. Setelah itu, ia memfokuskan pandangannya untuk menatap Abimana yang berparas judes itu. Oh, rupanya Abimana sedang ketar-ketir, khawatir jika Kinara sampai berhasil merampas gerai perhiasan tersebut. Terbukti dari sikap Abimana yang langsung menuduh Tiara tanpa pertanyaan basa-basi lainnya. Pria itu nyatanya sangat pengecut.
Abimana berangsur membangkitkan dirinya. Kesal karena ucapannya justru ditertawakan oleh Tiara. Selain mengesalkan, coba pikir, bukankah tamu tak diundang itu sangat tidak sopan? Kesannya Benar-benar menyepelekan. Tidak ada bedanya dengan sang Nyonya CEO dari Diamond Palace. Mungkin wajar, karena mereka telah berteman sejak masa perkuliahan dan keduanya berasal dari keluarga kaya-raya. Bedanya Tiara lebih menyukai perjalanan, berbeda dengan Kinara yang sangat tergila-gila pada pekerjaan.
"Kenapa Anda justru menertawai pertanyaan dari saya? Anda mencoba untuk meremehkan saya seperti yang teman Anda lakukan pada saya, Nona Tiara?" ucap Abimana.
Tiara mengerutkan kening. "Apa? Apa maksud Tuan Abimana? Kenapa sejak kedatangan saya, Anda selalu memiliki spekulasi sendiri?" sahutnya.
"Karena siapa pun yang berkaitan dengan Kinara merupakan orang yang mencurigakan."
"Hmm ...."Tiara manggut-manggut. Selang beberapa detik kemudian, ia kembali berkata, "Saya datang bukan untuk berbuat kejahatan. Dan lagi saya bukan karyawan dari Kinara. Jadi, tidak mungkin beliau bisa memberikan b perintah untuk saya. Daripada bertanya apakah saya diutus oleh beliau, bukankah lebih baik Anda segera mempersilakan saya duduk dan mencari tahu maksud kedatangan saya kemari untuk apa, Tuan abimana?"
"Anda adalah temannya, hal itu sudah cukup akurat untuk membuktikan bahwa kalian berdua memiliki suatu rencana. Rencana untuk menjatuhkan saya!"
Tiara bergeming. Matanya mulai mengamati wajah Abimana yang belum juga menunjukkan sebuah keramahan. Pria itu cukup mencengangkan. Bagaimana bisa pria yang Kinara puja-puja, bahkan sampai dibela, nyatanya adalah seseorang yang memiliki pemikiran cukup dangkal? Saat ini Abimana tidak menunjukkan bahwa dirinya adalah sosok yang cerdas dan berwibawa, terutama sosok yang tenang. Abimana jauh dari semua kewibawaan dan Tiara baru mengetahuinya. Mungkinkah Kinara juga demikian?
Tiara segera mengerjap-ngerjapkan matanya, berusaha menepis apa pun yang mengisi pikirannya saat ini. Tak baik jika dirinya terlena dalam penilaian yang ia berikan pada Abimana. Tujuannya saat ini adalah mencari informasi, meski sekecil biji merica, setidaknya harus ia dapatkan.
"Saya datang kemari ingin mengetahui kenapa Anda berbuat curang seperti itu? Kenapa Anda tega mengkhianati sahabat saya? Apa yang salah dengannya? Kenapa Anda se-pengecut itu, Tuan Abimana?" Tiara segera mengeluarkan perkataan yang mungkin bisa memancing keluar semua isi hati Abimana saat ini.
Abimana lantas mengambil langkah maju. Ia menghampiri Tiara yang sejak tadi berdiri di seberang meja kerjanya. Matanya masih tak melepaskan wajah cantik oriental milik wanita itu sementara ia terus melaju kakinya. Langkah pun terhenti, ketika Abimana sudah sampai di hadapan Tiara.
"Bukan urusan Anda, Nona Tiara!" tegas Abimana seolah tidak ingin memberikan celah untuk sang tamu yang tak diundang tersebut.
Tiara menggertakkan gigi. Kesal ketika rencana pertamanya justru gagal. Ia tidak secerdas Kinara yang selalu sanggup membuat keputusan hanya dalam beberapa detik. Sementara keadaan sudah terlanjur mengepung, membuat Tiara tidak bisa masuk maupun mundur. Lantas, bagaimana membuat Abimana berbicara perihal Bianca Roseli? Haruskah Tiara mengajukan dana investasi? Namun, jika mendadak ingin menjadi salah satu investor, bukankah hal tersebut akan semakin mencurigakan?
"Merger antara Erlangga dan Diamond Palace," ucap Tiara setelah satu menit berlalu sejak dirinya bergeming bimbang. "Bagaimana Anda bisa merelakan kesempatan besar itu, Tuan Abimana?"
"Sekali lagi bukan urusan Anda!" Kalimat yang memiliki makna serupa seperti sebelumnya kembali meluncur dari mulut Abimana. Ia tetap tidak akan membiarkan Tiara mengetahui masalah yang seharusnya menjadi pribadi, sebelum Kinara menunjukkan banyak bukti pada awak media.
Oh, sial, mengingat tentang ulah Kinara, Abimana menjadi lebih sebal. Meski belakangan ini dirinya senang, tetap saja sejumpah kerisauan masih terasa. Pasalnya, setelah kabar perselingkuhannya beredar, ia tidak bisa mengajak Bianca berialan-jalan. Lihat saja, banyak sekali gambar dirinya yang terpampang di sosial media. Yang membuatnya terpaksa melarang Bianca untuk berkeliaran terlalu sering. Meski wajah wanita itu masih disamarkan, bukankah masih ada kemungkinan seseorang bisa mengenal? Setidaknya Abimana harus melindungi satu-satunya wanita yang setia padanya, di saat istrinya justru memutuskan untuk meminta perceraian.
"Tuan Abimana, bukankah Anda tidak mau kehilangan gerai itu?" tanya Tiara lalu tersenyum sinis.
"Bukan urusan Anda!" Sekali lagi, Abimana menegaskan akan hal itu. Bahkan sampai mendekatkan wajahnya pada wajah Tiara.
Seketika itu juga, Tiara langsung memundurkan dirinya. Ia sangat terkejut dan baru merasa lega setelah Abimana berangsur menarik dirinya lagi.
Resah dan kesal karena rencananya tak kunjung berhasil, Tiara langsung melayangkan telapak tangannya untuk menampar pipi kiri Abimana. Sementara pria itu sampai melotot dengan posisi kepala yang sudah tertoleh ke samping berkat tamparan keras dari Tiara, ia benar-benar tidak tahu jika dirinya akan mendapatkan serangan semacam itu.
Detik berikutnya, Abimana menatap Tiara dengan mata yang melotot tajam. "Kau! Apa yang kau—"
"Jika kau memang merasa bersalah, seharusnya kau menyerahkan aset itu pada Kinara. Kau benar-benar tidak tahu malu! Pengecut! Pecundang! Pengkhianat! Aku benar-benar tidak rela! Sahabatku harus menjadi janda gara-gara kau, Sialan!" maki Tiara dengan bahasa yang tak lagi formal. "Kau ... sampah!"
Langkah cepat segera Tiara ambil untuk pergi dari ruangan itu sebelum Abimana berhasil memberikan sanggahan. Ia yang sudah mengetahui cerita lanjutan dari Kinara bahwa Abimana pernah berbuat kasar, tidak ingin ada tamparan balasan dari pria itu.
Tiara segera memasuki sebuah elevator dan berdiri diam, lalu menghela napas dalam. Baiklah, rencana pertamanya gagal total! Ia tidak bisa memancing informasi apa pun dari Abimana yang cukup lihai dalam berkilah. Namun tetap ada rasa lega, karena dirinya berhasil menampar keras pipi kiri pria pengkhianat itu. Mungkin setelah ini, Tiara harus lebih keras lagi dalam mencari Bianca Roseli. Jika sudah tidak bisa berbuat apa-apa, mungkin Kinara bisa mencarikannya. Asal tidak sekarang, saat Kinara masih harus berfokus pada masalah A&K Diamond sekaligus dengan masalah hati yang belum stabil setelah dilukai oleh sang mantan suami.
***