Chereads / Pembalasan Sang Nyonya / Chapter 27 - Rencana Kedua

Chapter 27 - Rencana Kedua

Meski tidak secerdas Kinara, Tiara tetap bukan orang bodoh yang tidak bisa membuat rencana lanjutan. Demi menepati janjinya dengan Kinara, ia bahkan rela menunggu di kafe seberang sampai Abimana keluar dari perusahaan. Selain karena janji itu, jujur saja Tiara mulai penasaran. Tentang di mana pria itu menyembunyikan sang wanita simpanan.

Sebenarnya, Tiara bisa menyewa jasa seseorang untuk menyelidiki sekaligus mengikuti Abimana ke mana pun pria itu pergi. Namun, ia masih bimbang karena belum mengatakan ide tersebut pada Kinara yang bisa jadi privasinya menjadi terusik dengan kedatangan orang lain. Dan lagi, Tiara sudah terlanjur ada di sekitar perusahaan Abimana. Sebentar lagi jam pulang telah tiba. Ia tidak memiliki banyak waktu untuk mencari seseorang untuk melakukan tugasnya, meskipun pengawal kedua orang tuanya pun bisa lebih dari satu.

Hanya saja, kadang kala para pengawal orang tua Tiara sama sekali tidak bisa dipercaya. Mereka sering melaporkan segala kegiatan Tiara yang masih menginginkan sebuah kebebasan, daripada diatur untuk bisnis maupun perjodohan. Tiara malah lebih senang bekerja untuk orang lain yang membutuhkan jasanya untuk desain-desain panggung maupun gedung. Ia menyukai pekerjaan itu daripada mengurus perusahaan keluarganya yang bergerak di bidang manufaktur.

"Ayolah. Kenapa dia lama sekali? Apa dia tidak merasa rindu pada wanita simpanannya itu? Aku berharap setelah keluar dari gedung itu, dia benar-benar menghampiri kekasihnya. Aku tidak punya jalan selain harus menjadi penguntit. Karena Abimana bisa saja menyembunyikan Bianca dengan sangat baik, sampai wanita itu tidak bisa ditemukan oleh siapa pun, terlebih, di saat Kinara sedang berada di puncak emosi," gumam Tiara sembari berharap besar pada keberhasilan rencana keduanya, setelah sebelumnya tak mampu memancing sedikit informasi dari Abimana. Ia pun sadar rencana pertamanya tak cukup matang dan terkesan konyol. Namun kali ini berbeda, ia harus berhasil.

Apalagi setelah melihat sedikit sisi lain dari Abimana yang memiliki pemikiran cukup dangkal, sekaligus sedikit egois karena selalu memancang Kinara seperti orang jahat, well, hal itu membuat Tiara akhirnya berangsur ikut geram. Demi menebus rasa bersalah, sekaligus menghancurkan pria egois itu, misi Tiara harus benar-benar berhasil!

Sampai akhirnya sepasang mata sipit milik Tiara yang sejak tadi menatap gerbang perusahaan Abimana menangkap keberadaan mobil hitam mengkilat. Sebuah kendaraan pribadi yang mewah dan dapat Tiara pastikan adalah milik Abimana. Detik itu juga, ia langsung bangkit dari tempat duduknya, berlari meninggalkan meja dan gelas yang kosong untuk menuju ke halaman parkir tempat itu. Beruntungnya, ia sudah melakukan transaksi pembayaran sejak awal, sehingga tidak banyak kendala lagi untuk langsung mengambil tindakan ketika Abimana mulai kelihatan keluar dari gedung perusahaan.

Tiara memasuki mobilnya tanpa pikir panjang, menyalakan mesin mobil, kemudian bergegas. Kecepatan yang ia ambil di atas kewajaran. Ia tidak ingin kehilangan laju mobil milik Abimana. Dan semoga saja pria itu akan bertandang ke tempat di mana Bianca berada.

"Aku tidak menginginkan kegagalan untuk kedua kali. Apalagi jika ada permintaan pekerjaan yang masuk, aku tidak bisa melakukan hal ini." Tiara berucap dan terus memfokuskan pandangannya pada tampak belakang mobil milik Abimana. "Kau harus menuju tempat kekasihmu, Abimana! Harus!"

Tak ada kata mundur meski beberapa kendaraan sering menghalangi pandangan Tiara yang ingin terus tertuju pada mobil Abimana. Ia tidak ingin menyerah sebagai seorang penguntit pada target yang ia kejar saat ini. Demi Kinara, sekaligus demi membuat Abimana mendapatkan karma!

***

"Nyonya, saya menemukan satu hal. Sebuah cincin menghilang. Dan saya yakin Tuan Abimana yang mengambilnya," ucap seseorang dari kejauhan. Manajer A&K Diamond yang telah Kinara tugaskan untuk memastikan lagi segala data di dalam gerai perhiasan itu.

Kinara menghela napas. Tanpa perlu banyak mengira atau membuat sanggahan, ia langsung membenarkan perkataan sang lawan bicara. Kata terima kasih Kinara ucapkan untuk menutup pembicaraan, dan segera setelah itu ia lantas mematikan sambungan suara yang telah berlangsung dua menit lamanya.

Kesunyian kembali tercipta kala ruangan itu hanya ditempati oleh Kinara, setelah sang lawan bicara tak lagi ada. Namun setidaknya Kinara mendapatkan sebuah informasi baru. Sebuah informasi bagus, tetapi juga sangat buruk dalam waktu yang bersamaan. Ia bisa menuntut Abimana, tetapi hatinya tetap muak pada mantan suaminya yang benar-benar tidak ingin mengeluarkan banyak uang untuk menyenangkan hati sang wanita simpanan. Coba bayangkan, setelah menggelapkan sebagian kecil dana gerai, lalu mengambil satu buah cincin berlian, bukankah akan ada kerugian lainnya jika Kinara tetap mempertahankan Abimana sebagai partner kerjanya?

Firasat Kinara mengatakan hal buruk jika tetap melangsungkan kerja sama dengan pihak Abimana. Jika Kresna tidak ingin membantunya dalam membicarakan tuntunan atau secara kasar bisa disebut sebagai ancaman, maka Kinara yang akan melakukannya sendiri. Pengacara itu bisa tak berguna dalam beberapa hal. Dan hal itu tak boleh membuat Kinara meruntuhkan niat besarnya untuk menghancurkan Abimana.

Segera setelah itu, Kinara langsung beranjak dari duduknya. Ia berjalan meninggalkan segala pekerjaan yang memang seharusnya diakhiri karena waktu sudah menunjukkan jam pulang. Ia harus menemui Abimana dan membuat perhitungan dan mungkin mengancam pria itu demi mendapatkan kuasa serta kepemilikan atas A&K Diamond secara sepenuhnya.

"Isabela. Kau bisa kembali. Dan katakan pada Pak Juno, aku akan berkendara sendiri, " ucap Kinara pada Isabela yang sudah berdiri untuk menyambut kehadirannya.

Isabela langsung menganggukan kepala. "Baik, Nyonya."

Kinara melanjutkan langkah menuju ke arah elevator. Berdiri di depan alat itu sampai pintunya terbuka. Sebenarnya ada rasa heran yang menyapa hati Kinara, perihal elevator yang tampak digunakan oleh seseorang. Menuju lantai di mana ruang pribadinya berada. Mungkinkah ada direksi yang ingin bertemu? Sebab elevator tersebut khusus digunakan untuk para petinggi perusahaan. Jadi, tidak mungkin ada karyawan divisi biasa yang datang. Hanya ketika pintu telah terbuka, maka Kinara bisa membuktikannya.

Dan ....

"Wow!" Bukan seorang petinggi, melainkan si pengacara muda yang langsung menampakkan wajah tengilnya. "Selamat sore, Nyonya CEO!" Selanjutnya ia memberikan sapa dengan suara lantang dan pantas untuk dianggap tidak sopan.

Mata Kinara memicing. Cukup kesal dengan tindakan pengacara itu. Namun, ia tetap diam dan tidak memperingatkan. Toh, rasanya sudah nyaris terbiasa.

Tanpa menggubris sapaan Kresna, Kinara lantas masuk ke dalam elevator. Yang akhirnya membuat Kresna kembali melangkah mundur agar tetap berada di dalam alat tersebut.

"Maaf, karena datang di sore hari. Sebenarnya saya ingin sekalian menjemput Anda. Tadi saya mencoba menghubungi, tapi ponsel Anda sedang berada di panggilan lain," ucap Kresna meskipun tidak ditanya.

Kinara menghela napas. "Anda memang selalu datang seenaknya saja, ya? Sekaligus bersikap seperti itu?" tanyanya dengan wajah yang tetap berekspresi ketus.

"Seseorang telah mengajarkan saya tentang kedatangan yang seenaknya saja." Senyum lebar merekah di bibir Kresna.

Sekali lagi, Kinara menghela napas dalam. Sial sekali, tindakannya di malam ketika dirinya datang ke gedung firma hukum itu justru dianggap sebagai contoh untuk bersikap seenaknya saja. Padahal ia pun masih sangat kesal pada Kresna karena ucapan terakhir pria muda itu sebelum Kinara memutuskan kembali ke hotel. Namun, Kresna justru tak menampakkan rasa bersalah sama sekali.

"Kalau begitu," kata Kinara. "Anda harus mendampingi saya untuk melakukan sesuatu." Ide itu datang dan akan ia lakukan tanpa persetujuan dari Kresna.

"Ke mana? Dan dengan tujuan apa, Nyonya?" sahut Kresna.

Kinara keluar dari elevator ketika sudah sampai di lantai basemen. Yang mana langkahnya diikuti oleh Kresna yang masih mempertanyakan tentang tujuannya. Namun Kinara justru masih diam.

Hingga ketika berada di dalam mobil bersama Kresna keputusan Kinara untuk segera melaju kendaraan itu menjadi terhenti ketika ponselnya berbunyi. Nama Tiara tertera sebagai sang penelepon, yang membuat Kinara langsung merasa penasaran dan memutuskan berbicara sebelum berangkat untuk mengancam Abimana.

***