"Lo nggak minum?"
Saat ini Rafa dan Billy sedang berada di room karaoke tempat mereka biasanya menghabiskan waktu malamnya. Di room karaoke ini Rafa dan Billy biasanya di temani oleh beberapa pemandu karaoke yang siap memuaskan mereka.
Tetapi ada yang berbeda malam ini dengan Rafa. Rafa tampak tidak semangat. Lelaki itu malah asyik memainkan ponselnya. Tidak seperti biasanya Rafa akan menggoda pemandu karaoke itu atau meminum minuman keras yang sudah di sediakan di meja.
"Lo juga kayaknya nggak tertarik sama mereka," kata Billy sembari mengusap lengan seorang gadis yang berpakaian seksi di sampingnya. Bagaimana bisa Billy tidak tertarik, jika sedari tadi gadis itu selalu menggerak gerakkan payudaranya pada lengan Billy. "Padahal mereka itu seksi seksi. Payudara sama bokongnya juga menggoda banget. Pas lah sama kita."
"Otak lo pikiran kotor mulu," kata Rafa sembari menoyor kepala Billy. "Kalo lo mau main sama mereka, main aja. Gue lagi nggak pengen."
"Lo kerasukan, ya?" Billy memegang kening Rafa. Sepertinya ada yang aneh dari Rafa. "Tapi nggak panas, kok."
"Billy diam!" kata Rafa dengan tegas sembari menatap Billy tajam. Rafa tidak suka menganggu orang lain dan Rafa juga tidak suka jika ada orang yang mengganggunya. "Gue mau sendiri dulu. Kalo lo mau senang senang sama mereka, senang senang aja. Nggak usah ajak gue."
Billy mengangkat tangannya ke atas. Rafa mungkin sedang memiliki masalah yang membuatnya jadi berubah seperti ini. Dan Billy tidak ingin membuat mood Rafa semakin berantakan. Jadi, Billy memutuskan untu menjauh dari Rafa dan memuaskan dirinya dengan goyangan gadis gadis cantik dan seksi di depannya ini.
Sedari tadi hal yang di lakukan Rafa dengan ponselnya adalah chattingan dengan Luna. Rafa ingin meminta nomor ponsel Flora untuk langkah pertamanya mendekati gadis itu. Rafa sudah tidak ingin membuang waktunya lagi untuk melakukan pendekatan dengan Flora, gadis yang sudah Rafa sukai sejak dua tahun yang lalu.
Kiara, gadis pemandu karaoke yang sudah menjadi langganan Rafa untuk mendekati lelak itu dan bergerak duduk di pangkuan Rafa. Rafa tersentak kaget dan menatap Kiara dengan kening berkerut. Penampilan Kiara malam ini sangat seksi. Dengan gaun tipis yang memperlihatkan bongkahan padat dadanya yang membuat siapapun yang melihatnya pasti akan tergoda.
"Lo ngapain disini?" tanya Rafa. Malam ini Rafa tidak ingin 'bermain' dengan siapapun itu, termasuk Kiara.
"Gue mau lo..," kata Kiara lembut sembari menggigit bibirnya dengan seksi, bermaksud untuk menggoda Rafa. Kiara juga sengaja mengusap dada Rafa untuk membangkitkan gairah lelaki itu. "Tumben malam ini lo nggak mau sama gue."
"Gue lagi nggak mau di ganggu Ki, Jadi mending lo cabut. Atau lo main sama Billy aja," kata Rafa sembari menjauhkan tangan Kiara dari dadanya.
Bukannya mendengarkan ucapan Rafa, Kiara semakin sensitif. Kiara mengusap bibir Rafa dan menggerakkan bokongnya dengan sensual di pangkuan Aldi.
"Lo nggak kangen sama gue?" tanya Kiara sembari mendekatkan bibirnya pada bibir Rafa dan mengecupnya singkat. "Tapi gue kangen sama lo, Raf. Gue mau lo masukin gue lagi kayak waktu itu."
Rafa menahan gairahnya yang bangkit karena pelakuan Kiara ini. Kiara memang sangat lihai membuatnya bergairah. Apalagi 'sang junior' Rafa meminta ingin di puaskan. Rafa meletakkan ponselnya di atas meja dan tangannya bergerak ke tengkuk Kiara. Tanpa berlama lama lama lagi, Rafa mencium bibir Kiara dengan ganas. Tak cukup sampai disitu, Rafa mengulum dan menggigit bibir Kiara itu. Kiara mendesah kesenangan, akhirnya ia merasakan ciuman Rafa yang selalu membuatnya tak berkutik.
"Ahhh ahhh shh..."
Mendengar desahan Kiara itu membuat gairah Rafa semakin membuncah. Tangan Rafa bergerak untuk memegang dada Kiara dan meremasnya dengan kuat. Junior Rafa telah bangun karena perbuatan Kiara, dan gadis itu harus mempertanggungjawabkan perbuatannya itu.
Kiara tak henti hentinya mendesah karena remasan aktif Rafa di dadanya. Tangan Kiara tidak ia anggurkan begitu saja, tangannya pun membelai paha Rafa dengan gerakan sensual.
Saat Rafa ingin membuka gaun yang Kiara kenakan, ponselnya berdering. Pikiran Aldi untuk membuka gaun Kiara lenyap begitu saja. Rafa meraih ponselnya yang tergeletak di meja dan melihat ada panggilan masuk dari Luna.
Rafa menetralkan nafasnya dan duduk dengan bagus di sofa. Rafa juga menjauh dari Kiara. Jangan sampai Luna tahu apa yang sedang ia lakukan. Rafa pun mengangkat telfon dari Luna.
"Ada apa, Lun?"
Kiara yang merasa di abaikan begitu saja di saat ia berada pada pundak gairahnya menghentakkan kakinya kesal. Kiara tidak mau ini, Kiara ingin di puaskan oleh Rafa. Maka dari itu, Kiara kembali mendekati Rafa dan membelai paha dalam lelaki itu dengan lembut.
"Gue udah kirimin nomor Flora sama lo. Mending lo cepat deketin, deh. Sebelum dia balikan lagi sama Jefan. "
Karena mendapat usapan lembut di pahanya membuat Rafa mendesah. Rafa sudah memberikan kode kepada Kiara untuk menghentikan apa yang ia lakukan tetapi Kiara tidak mau berhenti juga.
"Ahhh...," desah Rafa tanpa sadar.
"Raf, Raf, lo lagi ngedesah?" tanya Luna di seberang sana. "Lo lagi dimana, sih?"
"Gue lagi nongkrong aja sama Billy. Nggak ngedesah juga kok," kata Rafa sembari menahan desahannya. "Gue mau ngirim pesan dulu sama Flora. Udah dulu ya, Lun. Bye."
Dengan cepat Rafa mematikan sambungan telfon dari Luna. Dan Rafa melihat Luna sudah mengirimkan nomor ponsel Flora kepadanya. Rafa tersenyum senang, ia bisa melakukan pendekatan kepada Diandra melalui nomor gadis itu.
"Lo lagi telfonan sama siapa sih?" tanya Kiara dengan nada manjanya.. "Acara kita kan jadi berhenti karena dia."
"Udah ya Ki, gue mau buru buru," kata Rafa sembari berdiri dari duduknya dan mengambil jaketnya. Rafa tidak akan bisa mengirimkan Flora pesan saat ia masih berada di tempat kotor ini. "Lo kalo belum puas, main sama Billy aja."
"Tapi gue maunya sama lo," kata Kiara sembari menghentakkan kakinya kesal. Kiara tidak ingin pergi sebelum Rafa memuaskan dirinya.
Tetapi Rafa tidak peduli. Rafa pun menatap Billy yang sedang menyusu di dada salah satu pemandu karaoke itu. Rafa hanya bisa menggeleng gelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya itu.
"Bil, gue cabut duluan. Lo puas puasin aja disini," kata Rafa sembari terkekeh dan keluar dari ruangan itu.
Billy mengangkat jempolnya ke atas dan kembali dengan aktifitasnya. Billy juga tidak tahu mengapa Rafa menjadi seperti ini. Ada sesuatu yang berbeda dari Rafa. Biasanya Rafa yang selalu betah berada di tempat ini.
"Bil, Rafa lagi suka sama cewek, ya?" tanya Kiara.
"Kok lo tanyain itu?" tanya Billy. "Lagian itu bukan urusan lo. Tugas lo disini cuma buat ngehibur dan memuaskan kita. Urusan pribadi kita bukan urusan lo," kata Billy dengan tegas. Kiara dan yang lainnya memang di bayar untuk menghibur dan memuaskan mereka. Dan apapun yang menjadi urusan Billy maupun Rafa itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan Kiara.
"Bangsat!" maki Kiara yang merasa kesal dengan jawaban Billy itu.