"Rafa mana?"
Diva mengernyitkan keningnya saat tidak menemukan Rafa di tempat biasa lelaki itu menghabiskan waktu istirahatnya. Hanya ada Billy disana dengan sebatang rokok di tangannya.
Billy mengisap rokoknya lamat-lamat dan menghembuskannya secara perlahan. Saat Bel istirahat berbunyi tadi, Rafa segara pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun kepadanya.
"Nggak tau, kantin kali," jawab Billy acuh.
"Kantin?" beo Diva. Pikirannya menjadi tak tenang. Untuk apa Rafa pergi ke kantin. Rafa paling enggan ke kantin saat istirahat seperti ini. Rafa juga tidak akan menginjakkan kakinya di kantin jika tidak ada yang perlu. Pikiran Diva jadi kalut, ia takut jika Rafa bertemu dengan Luna di kantin dan membicarakan hal tentang percomblangan itu. Diva tidak terima jika Rafa harus dekat dengan Diandra.
Billy menatap Diva yang tampak gusar di tempatnya. "Lo kenapa?"
"Nggak papa," kata Diva berbohong. Diva tidak bisa tenang di tempatnya jika Rafa belum datang juga kesini.
Selang beberapa lama, Rafa datang dengan wajah bahagianya dan duduk di samping Diva. Melihat senyum manis di wajah Rafa itu membuat Diva semakin curiga. Sepertinya ada yang aneh dari Rafa.
"Lo darimana, Raf? Tumben lama banget kesini," kata Diva dengan ketus. Ia tidak bisa menutupi perasaan kesalnya itu.
Rafa yang tersenyum bahagia karena sebentar lagi akan dekat dengan Flora pun berusaha mengubah ekspresi wajahnya agar Diva tidak curiga. Seperti yang Luna katakan tadi, jika Rafa harus menutupi ini dari Diva.
"Malah bengong," kesal Diva semakin curiga. "Lo darimana aja, sih?"
"Kantin," jawab Rafa cuek. Rafa mengambil rokok Billy yang berada di atas bangku dan mementiknya. "Jangan ganggu gue dulu, Div. Gue lagi pengen ngerokok."
"Lo ngapain ke kantin?" tanya Diva. "Lo ketemu sama Luna?"
Rafa menatap Diva sembari mengernyitkan keningnya. Diva tampak berbeda kali ini. "Gue ke kantin ngapain? Ya jajan, Diva. Masa harus lo tanya gue ngapain ke kantin. Bego lo."
"Emang dasar bego si Diva," tambah Billy. Billy juga geleng-geleng kepala melihat Diva. "Lo kenapa Div? Ada beban hidup? Cerita sini sama gue."
Diva tidak menanggapi ucapan Billy itu. Ada hal yang lebih penting dari itu, yaitu jangan sampai Luna berhasil membujuk Rafa untuk mendekati Flora. Diva tidak ingin jika hal itu sampai terjadi.
"Lo ketemu sama Luna di kantin?" tanya Diva lagi kepada Rafa.
Rafa menghisap rokoknya lamat lamat dan menghembuskannya di depan wajah Diva. "Emang kenapa kalo gue ketemu sama Luna? Luna 'kan sahabat gue juga."
"Jadi lo ketemu sama Luna?" Diva terus memaksa Rafa untuk jujur.
"Iya," jawab Rafa.
"Terus Luna bilang apa aja sama lo?"
Rafa menelisik wajah Diva. Seperti ada yang berubah dari gadis itu. Rafa semakin percaya dengan apa yang Luna katakan, ada yang aneh dari cara Diva pertanya kepadanya.
"Nggak ngomong apa-apa. Luna mau mesan makanan terus gue mau cabut. Jadi nggak sempat ngomong," kata Rafa berbohong seperti apa yang sudah ia janjikan bersama Luna.
"Yakin?" Diva masih tidak percaya. Ia masih mencurigai jika Rafa dan Luna bertemu dan membahas tentang perjodohan Rafa dan Flora. Diva tidak boleh langsung percaya begitu saja.
"Iya, Diva."
"Div, lo mau tahu satu hal, nggak?" kata Billy mengeluarkan suara.
Diva mengalihkan pandangannya ke Billy. "Kenapa?"
"Sini gue bisikin." Billy mendekatkan bibirnya ke telinga Diva dan berbisik. "Rafa suka sama cewek."
Diva terdiam dan menatap Rafa dengan berbagai pertanyaan. Apakah sebenarnya Rafa benar-benar menyukai Flora atau tidak. Dan apakah Billy juga mengetahui jika Rafa menyukai Flora.
Di tatap aneh seperti itu oleh Diva, Rafa mengernyitkan keningnya. Ia membuang puntung rokoknya di tanah dan menginjaknya. "Lo ngapain lihat gue kayak gitu? Billy ngomong apa sama lo?"
Diva tidak menjawab pertanyaan Rafa itu. Diva mengalihkan pandangannya dan menatap Billy dengan kening berkerut. "Lo tau darimana kalo Rafa suka sama cewek?"
"Rafa sendiri yang bilang sama gue," kata Billy sembari menaik turunkan alisnya. "Nggak bangka banget ternyata Rafa bisa suka sama cewek. Tau sendiri 'kan cewek itu cuma jadiin cewek sebagai pelampiasannya dia."
Rafa yang mendengar ucapan Billy itupun menggeplak wajah sahabatnya itu. "Nggak usah ngomongin gue."
Billy meringis kesakitan dan ingin membalas perbuatan Rafa, tetapi dengan cepat Rafa menghindar. "Tapi emang benar 'kan lo suka sama cewek."
"Flora?" tanya Diva dengan wajah datarnya. "Rafa suka sama Flora?"
Rafa mengalihkan pandangannya ke sembarang arah untuk menghindari pertanyaan Diva itu. Rafa mengambil sebatang rokok lagi dan berniat untuk menghisapnya, tetapi Diva merebutnya dari tangan Rafa dan kembali memasukkannya ke dalam bungkusnya.
"Nggak usah mengalihkan pembicaraan," kata Diva. "Lo beneran suka sama Flora, Raf?"
Rafa diam dan melirik Billy dengan mata tajamnya. Memangnya apa yang salah dari perasaannya kepada Flora. Kenapa seolah-olah Rafa salah karena telah menyukai Flora.
"Gue nggak terima kalo lo suka sama Flora ya, Raf. Flora itu sahabat gue dan lo juga sahabat gue. Gue nggak mau hubungan gue sama salah satu dari kalian rusak."
"Kenapa lo nggak terima kalo gue suka sama Flora?" tanya Rafa ikutan kesal. "Emang salah kalo gue suka sama dia?"
"Salah!" kata Diva keras. "Gue tahu Flora gimana dan lo juga gimana. Gue nggak mau Flora jatuh ke lubang yang sama lagi. Lo nggak pantas buat Flora."
Billy yang menyadari ini kesalahannya hanya bisa terdiam dan menundukkan wajahnya. Billy merasa ini masalah internal dari Diva dan Rafa. Dan Billy tidak mau ikut campur.
"Gue bisa memantaskan diri gue buat Flora," kata Rafa. "Lo nggak boleh mengukur gue kayak gitu. Gue sadar kalo gue cowok brengsek. Tapi gue bisa berubah demi Flora."
"Omong kosong!" Diva berdiri dari duduknya. "Lo boleh suka sama siapa aja. Tapi jangan Flora. Gue nggak akan mau sahabatan lagi sama lo kalo masih suka sama Flora."
Setelah mengatakan itu, Diva pergi meninggalkan Rafa dan Billy. Diva tak sengaja mengatakan hal itu karena ia terbawa emosi. Bagaimana pun Flora dan Rafa adalah sahabatnya. Apa yang terjadi jika nantinya Rafa dan Diandra berpacaran.
"Anjing!" maki Rafa kasar. Rafa menatap Billy dengan tajam. "Ini semua gara-gara lo, Bil. Kalo lo nggak ngomong kayak tadi, semua nggak akan kayak gini."
Billy mengangkat wajahnya dan membalas tatapan Rafa. Awalnya Billy mengira ia dan Diva akan menggoda Rafa karena ternyata Rafa bisa menyukai perempuan. Tetapi Billy tidak menyangka akan seperti ini jadinya.
"Gue 'kan nggak tahu kalo bakal jadi gini," kata Billy membela dirinya. "Lagian Diva aneh banget. Apa salahnya coba kalo lo suka sama Flora. 'Kan nggak ngerugiin dia juga."