Dhita, Anjani dan Dina berjalan dengan santai ke kantin dan seperti biasa mereka bertiga langsung menjadi pusat perhatian, namun itu tidak menghalangi niat mereka untuk pergi ke kantin.
"Coba aja kalau pas gue lagi jalan sendirian gue di liatin kayak gini juga! kan berasa eksis banget!" Anjani melempar lelucon.
"Lo yakin bakal pede kalau di liatin sama satu sekolah kayak gini kalau lagi jalan sendirian?" Diba terkekeh pelan mendengar angan angan sahabatnya yang terlalu tinggi itu.
"Ntar kalau udah kesampean lo malah bosan, malah jenuh di liatin terus tiap hari," sebagai orang yang udah mengalami apa yang baru aja dijadikan harapan oleh Anjani, Dhita memberi masukan.
"Yakin dong! Seorang Anjani gak mungkin jadi pemalu Cuma karena diliatin junior di sekolah," dengan bangganya ia menjawab.
"Emang lo bosan Ta? Kan lo udah ngerasain nih, gimana tu rasanya diliatin orang orang pas keluar kelas!" tambah Anjani.
Jujur ini hanyalah candaanya saja agar mereka gak bosan dan melangkah ke kantin terasa lebih dekat.
"Rasanya ya? gue kurang yakin sih, tapi mungkin pas awal awal berasa keren banget lah ya." jawab Dhita bingung.
Sebenarnya dia juga gak pernah terlalu membawa hal ini kedalam pikirannya jadi dia gak tau gimana jelasinnya.
"Lo merasa lebih pede kalau jadi pusat perhatian atau biasa biasa aja?" Anjani jadi kepo.
"Ya jelas jadi biasa biasa aja lah, kalau lo di liatin kayak gini kemanapun lo pergi susah egoo! gal bebas banget rasanya." jarang jarang nih Dhita bahas hal seperti ini.
"Yaudah deh gue jadi biasa biasa aja, kalau pas lagi pengen jadi pusat perhatian gue tinggal ajak lo aja! sesimple itu, cerdas kan gue!" dengan nada bicara yang sedikit menjijikkan jika di dengar orang luar, Anjani menjelaskan.
Untung aja Dhita sama Dina udah biasa liat dia bicara dengan gaya menye-menye gitu, kalau enggak pasti besok gak dikawani lagi.
"Udah ah alaynya, dah sampe kantin nih!" Dhita menarik tangan Anjani biar gak keterusan tu anak alaynya.
"Iya Dhita iya!" Sahut Anjani.
Saat tiba di kantin, mereka mengambil meja yang masih kosong dan hanya cukup untuk 3 orang supaya tidak ada orang lain yang bergabung, karena mereka lagi pengen bertiga aja hari ini.
Jadi mereka memilih meja yang sedikit lebih kecil.
Sebelum duduk mereka udah beli terlebih dahulu makanan yang ingin mereka makan karena meja yang mereka tempati saat ini agak jauh dari warungnya jadi bakalan repot kalau harus teriak teriak kayak biasanya.
"Lo ada denger gak tadi? ada yang berantem ego!" salah seorang siswa bicara dengan temannya saat melewati meja ketiga gadis ini.
"Hah? ada yang berantem? siapa? kok gue gak ada dengar berita?" Anjani terkejut, dan ia langsung bertanya penasaran.
"Gue juga gak ada dengar tuh kalau ada yang berantem hari ini!" biasanya mereka selalu dengar kalau ada berita kayak gini, tumben tumbenan hari ini mereka ketinggalan berita.
"Lo ada denger Ta?" Dina menoleh ke Anjani dan hanya dibalas dengan gedikkan bahu aja sama Dhita.
Sementara Dina dan Anjani bertanya tanya tentang siapa yang berantem hari ini, Dhita terus memperhatikan sekitar seperti sedang mencari sesuatu.
Dan gak lama kemudian rombongan Zayyan and the geng datang!
"Gue udah bilang sama ceweknya kalau doi punya adek adekan, eh ceweknya malah ngomelin gue!" suara Zayyan samar samar terdengar. Hari ini ia gabung dengan temen temen basketnya jadi rame banget tuh rombongan.
"Biasalah! namanya juga anak basket, udah pasti ayangnya ada di mana mana yakan bre?" tambah Farrel sambil merangkul orang yang sedang mereka bicarakan.
"Gak gitu Za! kan lo yang suruh gue deketin tu adek kelas." jawab cowok berambut cepak yang sedang di rangkul Farrel itu kikuk. Tampaknya dia memang jadi korban becandaan hari ini.
"Yah gue suruh deketin tapi malah lo tembak gimana sih!" tawa Zayyan pecah dibarengi dengan teman teman yang lain. Jika di hitung ada sekitar 9 orang termasuk Zayyan, Farrel dan Yuda.
"Dih! jadi anak kemaren lo tembak? terus pacar lo gimana bre?" Yuda kaget, dan langsung bertanya sambil menatap tajam cowok berambut cepak itu.
"Ya masih lanjut juga, tapi gara gara si Zayyan kampret nih tadi malam gue ribut tau gak!" mau marah tapi bisa apa sama Zayyan, pikirnya.
"Mau gak mau lo harus pilih satu kan?" Zayyan gak suka diantara teman temannya ada yang maninin cewek.
"Lah tapi kan kemaren lo yang suruh gue deketin si Caca,"
"Eh eh! sembarangan lo ya! gue bilang Caca ada rasa kayaknya sama lo." Zayyan membantah.
"Lo bilang gue harus kasih respon kan?" masih ngeyel ni cowok.
"Ya gak jadi selingkuhan juga dong!" Mau mendebat Zayyan? emang sanggup?
"Iya deh iya, salah aja gue!"
"Eh Bima! jadi lo mau lanjut sama cewek lo atau sama yang baru ini?" tanya teman yang lain.
"Udah deh gak usah bahas ini!" Bima mengalihkan pembicaraan. Dari tadi dia terus yang di becandain gara gara masalah dua cewek ini.
Mana lawannya Zayyan lagi, mana mungkin dia bisa menang adu mulut sama tu anak. Dhita sebagai siswi paling berprestasi di sekolah aja ketar ketir di buatnya.
"Ngomong ngomong yang berantem pagi tadi gimana ceritanya?" Dhita yang mendengar obrolan mereka seketika menghentikan suapannya yang udah didepan mulut.
"Noh tanya Zayyan!" kata Yuda.
Dhita berusaha sebisa mungkin untuk mendengar obrolan cowok cowok itu, tapi tiba tiba Anjani sama Dina mengajaknya bicara.
"Dhita! lo dari tadi kok diem aja sih, serius amat makannya!" kata Dina.
"Iya nih! tadi pas ngajak ke kantinnya heboh, udah sampe di kantik diem doang!" tambah Anjani.
"Iss! kalian kenapa sih? gue tu lagi menikmati makanan nih, diem dulu!" konsentrasinya buyar dan hal penting yang harusnya ia bisa dengar tadi pun terlewatkan.
"Yaelah! biasanya juga menikmati sambil ngobrol!" sahut Anjani.
"Ntar kesedak loh! habis itu lo masuk rumah sakit mau?" balas Dhita, udah gak mood dia nguping obrolan cowok cowok itu lagi.
Jadi nanti aja dia kelarin sendiri sama Zayyan, dalam fikirannya saat ini Zayyan pasti berantem tadi pagi makanya dia penasaran banget sama obrolan mereka tadi.
Sejak pagi dia udah denger dari guru pas balik dari kamar mandi, makanya dia tadi nanyain Zayyan sama temen temennya tapi mereka gak ada yang ngeliat.
"Kalau kesedak makanya minum Ta! kalau di biarin baru bisa sampe rumah sakit, gimana sih!" kata Anjani.
"Tuh bener kata Anjani, lo jangan nakut nakutin orang deh, rese tau gak!" tambah Dina.
"Siapa yang nakut nakutin, coba aja sendiri kalau gak percaya! cobain tuh ngomong sambil ngobrol terus kalau kesedak gue gak tanggung jawab!" tawa Dhita pecah karena melihat ekspresi Dina yang tiba tiba polos kayak anak kecil.