Chereads / Segel Cinta Zayyan / Chapter 61 - Udah Pikun Lo

Chapter 61 - Udah Pikun Lo

"Gak enak ngobrol di sini, cari tempat lain aja yuk!" Kata Dhita.

Mereka masih berada di lingkungan sekolah jadi gak nyaman banget kalau ngobrol di sini, mana mereka berdua selalu jadi pusat perhatian lagi.

Bisa viral besok foto mereka berdua duduk di taman seperti ini. Ya walaupun mereka Cuma duduk doang dan gak melakukan hal aneh tetep aja risih kalau ada paparazi gitu.

"Boleh juga, biar gue bawa lo ke warung favorit kami!" mood Zayyan sepertinya udah lebih baik dari pagi tadi.

Dhita hanya tersenyum menanggapi itu, dan mereka langsung beranjak pergi dengan motor Zayyan ke warung yang baru saja mereka jadikan sebagai basecamp yang baru.

"Di sini?" tanya Dhita saat turun dari motor, tempat ini terasa tidak asing baginya.

Kalau gak salah di sebelah kiri di seberang jalan itu adalah tempat mama cekcok dengan pegawai perusahaan yang ia datangi dengan Zayyan.

"Iya di sini, kenapa? gak mau?" tanya Zayyan, dia masih belum tau seleranya Dhita jadi harus tanya dulu.

"Nggak apa apa kok, udah di sini aja!"

Kemudian keduanya mengambil tempat duduk yang dekat kipas angin, soalnya siang hari gini panas banget cuacanya. Bisa basah kuyup baju mereka karena keringat kalau gak pake kipas.

"Mau makan apa?" tanya mbak yang jaga warung.

"Lo mau pesan apa?" tanya Zayyan sama Dhita, karena dia yang bawa Dhita kemari dia merasa jadi kayak tuan rumah gitu.

"Adanya apa aja mbak?" Dhita balik bertanya.

"Miso ada, bakso, terus nasi sebenarnya ada juga sih tapi lagi habis hehe!" kata mbaknya sambil tertawa kecil.

"Yaelah mbak kalau udah habis gak perlu di sebutin kali!" sahut Zayyan. Ada ada aja memang mbak ini, makanan udah habispun di sebutin sama dia.

"Ya maaf mas, itu kan menunya." Sambil malu malu mbaknya jawab

"Udah ah, jahil banget sih jadi orang!" Dhita menyenggol bahu Zayyan, heran banget sama ni anak! di tempat umumpun masih bisa usil gitu.

"Yaudah saya miso aja mbak, pake kulit ayam yang kering kering itu ya!" tambah Dhita memesan.

"Masnya mau pesan apa? temen temennya mana mas? kook tumben gak bareng mereka!" mbaknya dari tadi mau nanya ini tapi dia takut salah orang, soalnya masih kurang tanda sama wajah masnya yang biasa duduk di sini juga.

"Mereka pulang duluan, saya gorengan aja ya mbak! banyakin tempenya oke!" Zayyan mengacungkan jempol.

"Siang siang gini makan gorengan doang mas? gak mau pesen kayak mbaknya?" tanya mbaknya.

"Lagi gak laper saya," jawab Zayyan.

"Yaudah minumnya mau dibuatin apa nih?" tanya mbaknya sekali lagi.

"Saya mandi aja," sahut Zayyan dengan cepat.

"Kalau saya itu aja mbak, air jeruk peras!" kata Dhita sambil menunjuk kearah tempat orang yang lagi buat jeruk peras.

"Oke, tunggu sebentar ya mas, mbak!"

Mbaknya undur diri setelah menerima pesanannya meninggalkan Zayyan dan Dhita di sana.

Dhita memerhatikan sekeliling warung yang tampak sangat sederhana ini, ada rasa heran yang timbul di ekspresi wajahnya.

Dia sama sekali gak tau kalau Zayyan dan teman temannya ternyata suka nongkrong di warung kayak gini, padahal mereka semua adalah anak orang kaya, terlebih lebih untuk Zayyan yang udah mulai ngurusin bisnis Ayahnya.

Anak anak seperti mereka seharusnya bisa nongkrong di tempat elit, atau setidaknya di coffee shop yang menyediakan tempat yang lebih bernuansa daripada tempat seperti ini.

"Lo sering nongkrong di sini?" tanya Dhita memastikan.

"Baru baru ini aja sih, karena warung lama kurang bersih makanannya!" jawab Zayyan dengan tenang.

"Gak bersih gimana maksudnya?" Dhita penasaran. Menurutnya tempat seperti ini memang gak bersih bersih amat lah.

"Ogah lah jelasinnya, yang ada nanti lo gak selera makan lho!" jawab Zayyan dengan tawa manisnya itu.

"Udah dong, gue penasaran banget sama lo hari ini, gak biasanya lho kita janjian buat ketemu kayak gini." atau lebih tepatnya baru pertama kalinya mungkin.

"Ya habisnya tadi pagi lo keliatan aneh banget, makanya gue mau ajak ngobrol dikit!" ajakan itu sebenarnya keluar secara spontan, dia juga gak tau mau bicara apa nih.

"Aneh gimana?" Zayyan menautkan alis.

Memang hari ini Dhita sedang perhatian sama dia atau ini hanya perasaanya saja kalau Dhita memperhatikannya.

"Aneh dong! anak orang gak punya masalah apa apa sama lo malah mau lo datangi, apa urusannya coba?" Dhita bertanya.

"Ya gara gara itu," jadi kikuk Zayyan pas menjawab.

"Karna mereka berantem di perpus terus lo yang di minta buat beresinnya?"

"Iya deh iya! kan gue kesal harus beresin tempat orang habis berantem, mana gue di tuduh tuduh lagi!" sahut Zayyan. Sebenanya dia juga gak ngerti kenapa jadi seemosi itu.

Padahal waktu di kantin dia masih biasa biasa aja tuh. Apa mungkin karena teringat tentang Dhita dan Gilang kemarin ya?

"Eh gue mau nanya!" kata Zayyan tiba tiba saat ia teringat tentang hal itu.

"Tanya apaan?" jawab Dhita sambil membenahi rambutnya. Agak lari dikit setelannya karena naik motor tadi.

"Mbak, ini miso sama jeruk perasnya! kalau ini gorengan sama mandinya!" mbak penjaga warung datang bawa pesanan.

"Oke mbak, makasih ya!" kata Dhita dengan ramah.

"Iya, semoga nyaman pacarannya ya!" gumam mbaknya sambil pergi.

Mendengar itu wajah Dhita langsung memerah sambil menatap tajam Zayyan yang Cuma geleng geleng kepala seakan sedang berkata 'gue gak ada bilang kita pacaran'

"Kenapa?" Dhita bertanya kenapa Zayyan geleng geleng kepala.

"Ehem!" Zayyan berdehem, "Nggak! nggak ada apa apa! dah lo makan dulu nih pake tempe goreng biar lebih nikmat makan misonya!" jawab Zayyan sambil memotong motong tempe gorengnya yang super renyah itu dan mencemplungkannya kedalam mangkuk miso Dhita.

"Makasih!" Dhita tersenyum kecil, gak baper ini Cuma apresiasi aja loh ya!

"Tadi lo mau nanya apaan?" sambil mengaduk aduk aduk cabe dan kecap yang baru saja diraciknya didalam mangkok miso itu, Dhita kembali bertanya.

Tadi pas Zayyan mau jawab mbak itu gangguin! buat dia semakin penasaran aja.

"Nanya apa ya? udah lupa kayaknya," Zayyan tertawa.

"Udah pikun? baru kelas 3 SMA udah jadi pelupa?" Dhita menaikkan alisnya.

Zayyan menggaruk kepalanya yang padahal gak gatal sama sekali. Karena sebenarnya dia mau gak mau nanyanya, takut Dhita salah paham.

"Kayaknya beneran lupa deh! gara gara mbaknya nih!" kata Zayyan.

"Jangan kebanyakan becanda deh ah!" mengambil suapan pertama Dhita menjawab, dia tau kalau Zayyan Cuma becanda.

"Tau aja lo kalau gue lagi becanda ya? jadi gak seru lagi deh."

"Ni kuah panas Za! jangan sampe nyiprat ke muka lo ya!"

"Dihh kenapa jadi psikopat gitu lo tiba tiba?"

"Makanya bilang tadi lo mau nanya apaan?"

Dhita jadi kesal karena Zayyan ngeles terus pas ditanyain tadi dia mau nanya apa. Padahal tadi dia yang niatnya mau nanya! buat orang penasaran aja!