Dhita udah mati penasaran dengan apa yang ingin di tanyakan Zayyan sementara Zayyan malu malu kucing mau nanya, takut salah paham dia.
Sebenarnya Zayyan ingin sekali menanyai apa yang terjadi dengan mereka berdua kemarin sampai harus duduk berduaan didalam kantin sekolah, tapi ia takut Dhita salah paham dengan pertanyaan itu yang mengakibatkan pertemuan ini berakhir dengan konflik.
"Seriusan gak jadi nanya nih? gue siram lo pake kuah panas!" Dhita gak mau tau, pokoknya Zayyan harus menyelesaikan apa yang baru aja ia beritahu.
"Iya iya iya! kejam amat jadi cewek." Zayyan menyilangkan tangannya kedepan secara spontan karena Dhita gayanya udah iya kali mau nyiram tu kuah.
"Buruan! jangan sampe makanan gue habis," Dhita kembali fokus pada mangkuk misonya dengan satu suapan penuh.
"Gue gak bermaksud kepo nih ya, Cuma penasaran doang! kemarin gue liat lo duduk dengan Gilang di kantin, jadi gue mau tau ada masalah apa sama dia!" Zayyan bertanya, agar tidak terjadi kesalahpahaman ia harus disclaimer dulu.
"Oalah jadi lo Cuma mau nanya itu?" Dhita mengerutkan kening sambil tersenyum lebar.
Pertanyaan yang keluar dari Zayyan benar benar diluar dugaannya, ia sama sekali gak pernah berpikir kalau Zayyan akan menanyakan hal hal seperti itu.
Ya kan Zayyan yang dia kenal rada cuek sama urusan orang lain.
"Ya kenapa? gak boleh kalau gue nanya nanya tentang hal seperti itu?" Zayyan membalas kerutan keningnya.
"Boleh aja sih, Cuma aneh aja liatnya seorang Zayyan kepo dengan urusan orang lain!" tawa Dhita pecah saat melihat ekspresi lucu di wajah Zayyan itu. Ia tertawa geli sampai memegangi perutnya.
"Dih kekeh banget," Zayyan jadi malu sendiri ngelihat Dhita yang terkekeh.
"Oh gue tau! jangan jangan lo cemburu ya liat gue duduk sama Gilang kemarin? ngaku hayooo!" Dhita mendekatkan wajahnya ke wajah Zayyan sehingga pupil mata Zayyan yang kecoklatan itu terlihat jelas dalam pandangannya.
"Dih geer banget jadi orang, kalau gak mau jawab gapapa kali jangan nuduh sembarangan gitu!" Zayyan memalingkan wajahnya, terlalu dekat seperti itu membuatnya sedikit grogi.
Dhita tertawa setelah melihat reaksi Zayyan, dia benar benar gak percaya kalau anak ini sampai segitunya mikirin tentang dirinya.
"Iya gue bakal jawab, jangan gitu dong hahaha," jawab Dhita sambil tertawa.
"Kemarin gue kan datang ke sekolah, terus tiba tiba Gilang datang dan narik tangan gue ngajak ke kantin, katanya ada hal penting yang harus dia omongin! yaudah gue ikut aja." Zayyan menyimak dengan serius walaupun wajahnya terlihat seperti tidak begitu memperhatikan ucapan Dhita.
"Masalah penting apa emangnya?" tanya Zayyan sambil makan gorengan dan menenggak teh dingin pesanannya.
"Yah ternyata dia Cuma pengen gue lebih mempertimbangi perasaannya ke gue, sumpah gue kesel banget kemarin!" wajah Dhita tiba tiba cemberut karena mengingat hal yang baru aja ia ceritakan itu.
"Gilang ngomong kayak gitu?" Zayyan sedikit terkejut, ternyata dia aja yang overthinking sama Dhita.
"Terus dia sempat jelek jelekin lo lagi, itu buat gue makin ilfil sama dia tau!" Zayyan memicingkan matanya.
"Jelek jelekin gue? biar apa?"
"Ya biar gue mau putus sama lo! dan nerima pengakuannya!" jawab Dhita dengan malas.
Zayyan terdiam sejenak setelah mendengar jawaban itu, ia memikirkan apa sebenarnya yang ada didalam pikiran Dhita mengenai dirinya.
Ini semakin membingungkan setelah ia menceritakan bagaimana Gilang berusaha susah payah agar Dhita mau mutusin dirinya, tapi hal itu tidak terjadi bahkan sampai sekarang.
Ia ingin tau orang seperti apa sebenarnya dirinya dimata cewek yang selalu berdebat dengannya di sekolah ini, cewek yang selalu ada dan menambah masalah untuknya ketika ia melanggar aturan di sekolah.
Ia ingin tau siapa dia sebenarnya di mata Dhita sampai sampai Dhita masih mempertahankan status yang tidak sengaja ini walaupun sudah ada yang menggoyahkannya.
Apalagi yang menggoyahkan adalah orang yang sedari lama memperjuangkan perasaan untuknya!
"Kenapa?" dengan tatapan yang rumit Dhita bertanya.
Kaget dong dia liat Zayyan tiba tiba terdiam pas lagi ngobrol, ntar kalo dia rupanya kesurupan gimana?
"Ah nggak! gak ada apa apa, gue cuma heran aja kenapa lo gak dengerin saran Gilang." Zayyan mengedikkan bahu.
"Isss! amit amit! terus gue jadian sama dia gitu? itu bukan sesuatu yang gue mau!"
"Jadi lo maunya gimana?" jawab Zayyan cepat.
"Gue pengen terus sama lo sampai dia nyerah!" kata kata itu spontan keluar dari mulut Dhita sebelum ia menyuap mie kedalam mulutnya, dan setelah ia sadar ia langsung melebarkan matanya dan menatap ngeri Zayyan.
"Maksud lo?" Zayyan sendiri bingung dengan ni cewek, dia ngomong tanpa beban tapi setelah itu melototin orang seakan baru membuat kesalahan.
"Ehem" Dhita menelan semua mie yang ada di mulutnya sebelum ia berdehem pelan lalu kembali bicara, "ya maksud gue gini, gue pengen status kita berlanjut aja gitu sampe tu orang nyerah sendiri!"
"Emang lo yakin dia gak bakal confes lagi dengan cara lain nanti? mau gimana pun dia pasti bakal tau kali kalo kita Cuma pura pura!" Dhita mengerutkan kening sambil tersenyum kecil.
Sumpah demi apapun dia gak pernah berpikir kalau Dhita punya ide kayak gini di dalam otaknya yang kataknya cerdas itu.
Dari awal Gilang udah tau kalau status ini hanya karena sebuah kesalah pahaman, jadi gak mungkin dong dia bakal nyerah walaupun mereka berdua gak putus putus.
"Ya makanya kita harus ubah semuanya!" Dhita mulai bersemangat, rasanya saran yang di kasi Anjani ini bisa berguna banget!
"Apanya yang mau diubah?" Zayyan terkejut sampai menarik punggungnya ke belakang, dengan tatapan rumit ia terus bertanya tanya dalam pikiran.
"Nggak! maksud gue itu, kita jangan berantem berantem lagi biar orang orang mulai percaya kalau kita serius pacarannya! termasuk Gilang!" Dhita harus sedikit menurunkan gengsinya agar terselamatkan dari Gilang, dan yang lebih penting agar Zayyan mau diajak kerja sama.
"Yaaa bisa banget kalau lo gak mancing mancing!" Zayyan menarik ujung bibirnya, sontak itu membuat Dhita menautkan alis.
"Enak aja! gue gak pernah mancing mancing ya! lo aja yang selalu bantah kalau dikasih tau!" Dhita merapikan giginya sambil mengatup mulutnya, udah kayak anak kecil yang lagi ngambek aja ekspresinya.
"Nggak! kalau lo gak selalu ikut campur pas gue di hukum gak mungkin ada julukan miss perfect itu!" kata Zayyan.
"Itu kan lo sendiri yang buat! enak aja kasih orang julukan sembarangan!" tanpa mereka sadari mereka udah mulai berdebat lagi.
"Coba lo gak sok sokan jadi penegak hukum di sekolah, kan ringan hidup gue!" saat ini mereka udah punggung punggungan.
Padahal sebelumnya mereka hadap hadapan, bahkan sempat saling tatap dalam jarak yang sangat dekat.
"Anak jaman sekarang memang labil labil ya!" kata mbak penjaga warung yang dari tadi ngeliatin mereka ngobrol sampe bertengkar.