Mendengar penjelasan itu barusan Dhita mengerutkan kening, 'jadi beneran bukan dia yang berantem pagi tadi? tapi kenapa gak ada yang ngeliat dia tadi pagi?' Dhita bertanya tanya dalam hati.
"Tunggu dulu! kalo emang beneran bukan lo yang berantem tadi pagi kenapa harus jumpai anak yang berantem itu?" Dhita bertanya dengan bingung.
Katakan saja kalau Zayyan memang bukan pelaku perkelahian pagi tadi, tapi kenapa dia harus menemui orang orang yang berkelahi itu? pasti ada sesuatu!
"Pokoknya ada sesuatu lah!" Zayyan udah mau pigi aja rasanya.
"Rel kenapa?" Dhita lebih dekat dengan Farrel daripada Yuda jadi ia lebih mau nanya sama Farrel, apalagi tadi Farrel juga yang menjelaskan.
"Jadi tadi pagi Zayyan telat, terus buk Hanum kasih dia hukuman buat beresin perpustakaan yang berantakan akibat perkelahian itu." Farrel menjelaskan dengan singkat.
"Mereka berantem di dalam perpus? terus lo yang disuruh beresin? jadi urusannya lo datangin anak anak itu apa?" tanya Dhita, dia masih gak paham kenapa Zayyan buru buru banget mau jumpai tu anak.
"Ya gara gara mereka gue harus beresin perpus, coba kalau perpus gak berantakan pasti hukuman gue bisa lebih ringan!" entah apa yang membuat Zayyan berpikir tidak rasional hari ini.
Padahal sebenarnya betul seperti yang dikatakan Yuda dan Farrel sebelumnya, ini semua gak ada hubungannya dengan dia jadi dia gak perlu jumpai tu anak.
"Lo sehat kan Za?" Dhita sangat tau kalau Zayyan bukan tipe orang yang gegabah seperti ini makanya ia sedikit bingung tadi.
"Ya sehat dong," Zayyan mengerutkan alis, ni cewek lama lama ngeselin ya!
"Jadi kenapa kayak gini? apa urusan lo sama yang berantem pagi tadi coba? mau mereka berantem gak berantem lo tetep dapat hukuman karena datang telat!"
"Ya setidaknya gak menghabiskan waktu berjam jam nyusunin bangku bangku itu."
"Gak ada hubungannya, dah mending balik ke kelas! gak perlu jumpai anak itu!" yang ada nambah masalah kalau dia beneran sampai jumpa sama tu anak.
"Yah gak bisa dong Ta!" kata Zayyan.
"Za! tenang! ini bukan lo yang biasanya," tiba tiba Dhita bicara dengan emosional yang membuat Zayyan terdiam seketika.
Bahkan Anjani, Dina, Yuda dan Farrel ikut terkejut dengan cara Dhita bicara barusan, benar benar terlihat seperti sepasang kekasih!
Ini pertama kalinya Dhita bicara seperti itu sama Zayyan, dan pertama kalinya juga sahabat mereka melihat keduanya seperti itu.
Dan yang lebih mengejutkan lagi, dengan kalimat itu Dhita benar benar bisa meredakan emosi Zayyan. Itu adalah kejadian yang sangat langka.
"Oke, gue minta maaf!" Zayyan mengedipkan matanya beberapa kali sambil menghembuskan udara keruh.
Entah apa yang membuatnya berpikir begitu pendek hari ini sampai hampir menjadikan adik kelas yang berkelahi pagi tadi sebagai korbannya.
"Balik dulu ke kelas entar pulang sekolah jumpai gue oke?" Dhita terus bicara dengan lembut sama Zayyan saat menyadari hal itu berguna.
Zayyan mengangguk sebelum Yuda dan farrel menjemputnya dan membawanya kembali ke kelas.
Setelah itu Anjani dan Dina langsung menghampiri Dhita sambil senyum senyum gak jelas, dengan wajah penasaran Anjani bertanya "apa-apaan itu tadi?"
"Apaan apanya?" Dhita berlagak bingung gak tau apa apa, padahal dia juga gak tau kenapa tiba tiba bisa ngomong dengan lembut seperti itu.
"Itu tadi barusan, kenapa bisa lembut banget gitu ngomongnya sama Zayyan? udah kayak ngomong sama ayang aja!" Anjani tertawa kecil, itu benar benar sebuah fenomena saat Dhita bicara seperti itu sama Zayyan.
"Udah ah gue mau balik kelas! ntar lagi masuk tau!" Dhita mengabaikan pertanyaan dan langsung meninggalkan kedua sahabatnya.
"Ada yang malu malu nih!" kata Dina sambil menyamai langkahnya dengan Dhita.
Dhita diem aja di lucu lucuin gitu karena gak tau mau balas apa.
Ia bahkan mengumpat dirinya sendiri kenapa bisa bicara dengan Zayyan dengan nada yang seperti itu.
*****
Kembali ke kelasnya, Zayyan terus berusaha menenangkan dirinya dan memikirkan kenapa hari ini dirinya begitu tidak bisa menahan emosinya dan bertindak begitu gegabah.
Sangat jarang ia seperti ini, jika dirinya yang begitu tenang bisa sampai bertindak gegabah seperti ini itu tandanya ada sesuatu yang sangat mengganjal di pikirannya.
"Lo amankan bre?" Yuda yang duduk di sebelahnya bertanya memastikan, karena sejak kembali ke kelas ni orang diem banget.
"Zayyan sakit?" tanya Vira yang terlihat begitu perhatian.
Ia menempelkan telapak tangannya ke kening Zayyan dan dalam hitungan sepersekian detik Zayyan langsung melepaskannya.
"Udah makan kan dia?" tanya Vira sama Yuda dan hanya di balas anggukan oleh Yuda.
"Gak mau permisi aja Za? biar gue anterin pulang!" Vira terus bertanya sampai kesabaran Zayyan mulai habis padanya.
"Vir! gue gak kenapa kenapa, gue butuh sendiri!" Zayyan sedikit menekan intonasinya yang membuat Vira langsung tersenyum pahit dan meninggalkan Zayyan di kursinya.
Zayyan sebenarnya udah mulai relax lagi tapi karena si Vira yang kelewatan capernya itu dia jadi males terlalu banyak omong di kelas.
Alhasil ia hanya diem aja pas mengikuti pelajaran, padahal biasanya dia yang paling aktif. Mau saat sesi tanya jawab ataupun hanya sekedar buat ribut kelas.
Saat pulang sekolah Zayyan gak langsung pulang karena mau nemuin Dhita tepat seperti yang mereka janjikan saat jam istirahat tadi.
"Yakin gak apa kita pulang luan nih?" tanya Yuda pada Zayyan yang memintanya pulang duluan.
"udah kayak anak kecil aja gue lo buat ya!" Zayyan tertawa kecil.
Udah fresh dikit jadi bisalah becanda lagi.
"Mau jumpa ayang ya?" Farrel menaikkan alisnya, tadi pas di kelas
Dhita juga suruh Dina sama Anjani pulang duluan.
"Ngomong sekali lagi habis lo Rel!" sambil sedikit tersenyum Zayyan mengacungkan kepalan tangannya kewajah Farrel.
"Yaelah gitu sekarang sama kawan, Cuma gara gara ayang sahabat sendiri mau lo hajar?" Farrel menambah candaan.
"Dah ah gue cabut!" Zayyan pergi meninggalkan mereka berdua, jarang jarang Dhita buat janji kayak gini jadi harus di tepati.
"Oke! kita balik luan Ya!"
*****
"Adik lo mana?" tanya Zayyan saat ia bertemu dengan Dhita di taman sekolah.
"Udah balik luan sama mama," jawab Dhita dengan santai.
"Lo balik sama gue?" Zayyan bertanya lagi. Kalau mamanya Dhita udah pulang duluan bareng adiknya itu artinya Dhita gak ada yang anterin pulang, makanya ia bertanya dengan maksud menawarkan diri.
"Ya gue baru mau bilang itu tadi," Dhita tersenyum kecil, gak nyangka kalau Zayyan akan menawarkan sesuatu yang baru aja akan ia minta.
"Jadi kenapa nih ngajak ketemuan di sini?" Zayyan langsung bertanya ke inti permasalahan, ia sangat penasaran dengan Dhita yang mengajaknya bertemu setelah pulang sekolah.
Kalau di pikir pikir mungkin ini adalah kali pertama mereka tidak bertemu secara kebetulan dan memang direncanakan. Dan yang lebih keren lagi itu tidak di awali dengan perdebatan.