Zayyan memastikan apakah ada atlet diantara siswa baru yang mendaftar di organisasinya agar ia bisa lebih mudah memilih tim inti yang biasanya akan diikutsertakan jika ada turnamen atau kejuaraan.
Setelah selesai dengan semua urusan organisasi Zayyan, Yuda dan Farrel pergi ke ruang basket untuk melihat bagaimana pendaftaran ekstrakurikuler itu berjalan.
Walaupun bukan ketua basket di sekolah Zayyan cukup diperhitungkan karena ia adalah salah satu atlet senior yang sering diandalkan dalam turnamen.
Karena pergi ke ruang basket mereka tidak sempat ke kantin sampai jam istirahat selesai.
"Gilee gak sempat ke kantin kita nih, 2 menit lagi masuk!" gumam Farrel sambil memandangi jam tangannya itu.
"Yaudah kali, santai aja! kita permisi aja ntar sama guru piket," sahut Yuda.
"Tapi guru piket hari ini buk Susi bre!" Farrel menggaruk garuk kulit kepalanya padahal tidak gatal.
"Kita kan sepanjang waktu ngurusin anak organisasi dan memang gak sempat makan di kantin, jadi menurut gue dia bakal ngasih ijin. Tenang aja!" Zayyan hanya diam menyaksikan obrolan kedua sahabatnya.
Karena waktu udah mepet dan kebetulan hari ini yang jadi petugas piket adalah buk susi mereka sama sekali tidak punya niat untuk bolos atau hukuman yang tidak masuk akal akan segera menunggu mereka.
Alih alih bolos mereka memilih untuk permisi dengan buk Susi agar mereka di izinkan untuk beristirahat di kantin pada 15 menit pertama setelah jam istirahat berakhir.
"Tidak!" bentak buk Susi pada mereka bertiga, ia sama sekali tidak akan mengizinkan ketiga orang ini untuk nongkrong di kantin sementara teman temannya belajar di kelas.
Zayyan, Yuda dan Farrel hanya bisa menunduk dan pergi dengan tangan kosong, mereka sudah membujuk guru itu beberapa kali tapi ia tetap bersikeras untuk tidak mengizinkan mereka pergi ke kantin.
"Za gimana dong?" Farrel mengeluh.
"Lo lapar?" tanya Zayyan dengan santai. Saat ini bel sudah berdering dan siswa mulai sibuk masuk kedalam kelas.
"Jelas dong! gue gak ada sarapan pagi tadi," sahut Farrel, cacing di perutnya udah demo minta makan ni.
"Kalau gue haus parah ni, kalau belum kena mandi (teh manis dingin) haus gue gak bakal ilang nih!" dari samping Yuda menambahkan sambil mengelus elus kerongkongannya.
"Yaudah kita ke kantin sekarang!" dengan santainya Zayyan mengajak mereka ke kantin.
"Lo cari mati? lawan kita kali ini buk Susi loh!" Farrel tiba tiba menarik tangan Zayyan dan mencoba untuk menghentikannya.
Tapi Zayyan dengan sedikit kerutan di dahinya menjawab "jadi lo mau lapar sampek siang nanti?"
"Ya, ya nggak sih!" dengan polosnya Farrel menjawab sambil melonggarkan cengkraman tangannya.
"Kalau gitu udah jelas tujuan kita adalah kantin, kan?" menaikkan sebelah alisnya Zayyan bertanya.
"Kalau kita ketahuan gimana?" tambah Yuda dari samping.
"Itu urusan nanti," Zayyan terus melanjutkan langkahnya.
Mereka memberanikan diri untuk tetap pergi ke kantin padahal guru piket yaitu buk Susi, tidak memberi mereka izin.
Di perjalanan ke kantin, Zayyan selisihan dengan Dhita yang berencana kembali ke dalam kelas.
"Dhita? udah mau balik?" tanya Zayyan dengan santai, ia menghadang jalan Dhita agar orang itu tidak menghindarinya.
"Gak dengar suara bel?" jawab Dhita ketus, baru juga ketemu dengan ni cowok tapi emosinya tiba tiba aja naik. Dan dia gak tau kenapa dia bisa tiba tiba emosi padahal ni cowok belum ngelakuin apa apa.
Mungkin karena dari tadi dia tungguin gak nongol nongol kali ya? mungkin aja!
"Gak mau kawanin gue nyantai di sini bentar?" Zayyan memberikan tawaran.
"Lo mau bolos?" mendengar itu mata Dhita langsung melebar, membuat ekspresi wajahnya jadi menyeramkan.
"Nggak bolos, cuma duduk bentar doang sebelum masuk kelas." Zayyan sedikit terkejut melihat gadis ini tiba tiba mengeluarkan ekspresi seperti itu.
Bahkan Dina dan Anjani ikut terkejut, mereka sama sekali tidak mengerti mengapa Dhita seperti itu.
"Nggak Za! balik ke kelas sekarang!" dengan kedua tangan disanggahkan di pinggangnya Dhita melarang Zayyan pergi ke kantin.
"Dhita lo kenapa sih? biarin aja mereka!" Anjani membisik dari belakang, tidak biasanya ia melihat Dhita seperti ini.
"Tapi kami bertiga lapar, mau makan dulu lah baru balik ke kelas!" sahut Zayyan yang disambut dengan anggukan Yuda dan Farrel.
"Yaudah bawa aja makanannya ke kelas, lo gak tau siapa guru piket hari ini?" Dhita masih bersikeras. Ia gak mau liat Zayyan bolos hari ini apalagi sampek di hukum sama buk Susi yang udah pasti bakal berat banget.
Zayyan mengerutkan kening, ia merasa ada kepedulian dari Dhita setelah mendengar jawaban gadis itu. Tapi sejak kapan gadis itu peduli dengannya? Mungkin ini hanya persepsinya saja.
"Udah pokoknya kalau lo bolos gue sendiri yang bakal laporin ke buk Susi! dan lo Farrel! kalau dalam 5 menit lo gak sampek di kelas gue bakal bilang sama pak Wawan kalau lo berencana bolos jam Fisika!" melihat respon Zayyan yang sepertinya tidak peduli dengan larangannya Dhita langsung memberikan ancaman.
Setelah mengatakan itu ia langsung meninggalkan kantin disusul oleh Anjani dan Dina.
"Dhita lo keliatan beda banget hari ini, ada apa sih?" Anjani langsung menyamai langkah Dhita dan bertanya dengan wajah serius.
Sejak akan pergi ke kantin tadi ia merasa sikap Dhita hari ini sangat berbeda dengan hari hari biasanya.
"Gue gak apa apa An! udah berapa kali sih lo nanyain pertanyaan yang sama itu?" Dhita kesal dengan Anjani yang menanyakan pertanyaan itu berulang kali. Padahal ia tidak merasa ada yang salah dengan dirinya sama sekali.
"Anjani, udah udah!" Dina menarik tangan Anjani agar ia tidak meneruskan pertanyaan pertanyaan yang bisa semakin membuat Dhita badmood.
Sementara Dhita kembali ke kelas dalam keadaan kesal, Zayyan, Yuda dan Farrel hanya bisa pasrah dengan apa yang mereka hadapi saat ini.
Tidak ada pilihan selain kembali ke kelas! tidak ada bolos!
Jika mereka sampai tetap nekat, mereka pasti akan dilaporkan sama mis perfect itu. Ini sama sekali bukan tantangan yang mudah.
"Za! gimana dong?" tanya Farrel dengan pasrah.
"Yaampun ni anak masih aja nanya gimana dong, lo mau di laporin memangnya?" heran banget sama ni orang, udah jelas jelas mereka gak bisa bolos masih aja nanya gimana dong.
"Tapi gue laper banget ni!" tambah Farrel yang terus mengeluh kelaparan kayak udah gak makan berminggu minggu.
"Beli terus bawa ke kelas, gue gak tanggung jawab kalau lo sampe di hukum sama buk Susi," ancaman Dhita bukan sebuah permainan jadi ia tidak ingin mengambil resiko.
"Mana mungkin pak Wawan ngijinin gue makan di kelas Za!"
"Udah gede kan? pikir sendiri dong ah!" Yuda menambahkan.
Zayyan dan Yuda hanya membeli beberapa potong roti dan teh manis dingin sementara Farrel karena lapar banget beli semangkok bakso.
"Yakin gapapa ni gue bawa ke kelas?" tanya Farrel dengan semangkok bakso di tangannya.