Kring!
Bel berbunyi tanda jam istirahat berakhir, Zayyan dan Yuda berjalan dengan tenang keluar dari kelas dan langsung menuju parkiran sekolah. Namun seseorang tiba-tiba menarik tangannya dan membawanya pergi dengan paksa.
"Eh, kenapa tarik-tarik gini sih? gue mau pulang." Zayyan menghempas genggaman tangan yang sudah menggeretnya cukup jauh dari parkiran.
"Yang di aula tadi maksudnya apaan?" dengan genangan air mata, siswi berparas menawan ini bertanya sendu.
"Oh itu, gapapa kok cuma jadian aja sama dia," sesimpel itu Zayyan menjawab, karena menurunya jadian dengan Dhita sang Miss perfect sekolah itu bukanlah hal luar biasa.
"Cuman lo bilang? satu sekolah menyaksikan adegan sakral itu tapi lo seenaknya bilang cuman?" tidak sanggup membendung genangan air mata yang terus menerus menerobos, akhirnya tetesan kesedihan mulai mengalir di pipi gadis itu.
"Kok lo jadi sedih gini sih? lo kan tau hubungan gue sama dia kayak apa," mengerutkan kening bingung, Zayyan bertanya heran.
Dia adalah Rahma, gebetan yang baru diakui oleh Zayyan 2 hari lalu. Ya baru dua hari dia diakui sebagai gebetan tapi bapernya udah kayak disahkan di KUA.
"Tapi gimana nasib hubungan kita? apa kata orang kalau gue ngedeketin lo sementara lo udah punya pacar? famous pula." Rahma terus terisak dengan tangisan yang mulai membanjiri pipi tirusnya itu.
"Ya ampun Rahma, ya biasa aja kali emang dia ngelarang-larang gue buat deket sama cewek lain?" sebenarnya Zayyan tidak terlalu ingin memperdulikan wanita yang menangis di depannya ini, lagipula ia gak pernah minta Rahma buat deketin dia.
"Nggak gitu, tapi mana mungkin gue bisa deket sama lo lagi kayak biasanya. Pasti penggemar dia sewotin gue kalo masih ngejar-ngejar lo." Dih biasanya, baru juga dua hari lo duduk bareng gue di kantin. Zayyan langsung ngebatin, tapi tidak di ucap takut Rahma makin sakit hati.
"Ya gak usah deket-deketan dulu lah, tapi kalau lo bisa dan berani hadapi mereka gak masalah sih. Lagian tu cewek juga gak bakal larang lo kok, tenang aja!" gak ada beban buat Zayyan mikirin gimana caranya biar bisa deket dengan cewek ini, karena emang dari awal dia ga punya niat.
"Lo kok kayak ngegampangin masalah ini sih? kita baru aja deket dan sekarang lo mau ninggalin gue?" terlanjur baper, Rahma udah ngerasa memiliki Zayyan seutuhnya.
"Gak gitu Ma," melembutkan suaranya, ia mencoba menenangkan, "jadi menurut lo kita harus gimana sekarang?" tanya Zayyan, pusing dia ngadepin cewek overacting kayak gini.
"Ya gimana kek.... atau kalau nggak putusin dia gitu biar kita bisa deket lagi." cukup sulit mengeluarkan kalimat ini dari bibirnya, takut Zayyan tidak suka dengan kalimatnya.
"Putus? gue maunya juga gitu, tapi gak bisa!" Zayyan terkekeh pelan, dari sudut pandangnya tidak mungkin untuk putus dengan Dhita saat ini. Apa nasib balas dendamnya kalau dia putusin tu cewek sekarang?
"Kenapa Za? kan lo tinggal chat dia atau telpon sekarang bilang kalau lo mau putusin dia." Sesak dadanya mendengar Zayyan bilang kalau dia gak bisa putus.
"Gini ya Ma, lo tau seberapa heboh acara tadi karena momen jadian kami? dan kalau gue tiba-tiba mutusin dia, apa kata orang-orang?" kata Zayyan dengan lembut.
Tapi itu cuma alasan, sejak kapan Zayyan peduli dengan kata orang asing di hidupnya, menurutnya orang yang suka Ghibah cuma mencari kepuasan diri sendiri.
"Sejak kapan lo peduli omongan orang?" mendongakkan kepalanya melihat pria tampan yang lebih tinggi darinya ini, Rahma memendam kekesalan dalam batinnya.
'Oh shit, kok lo sok tau banget sih!'
"Emm, sulit jelasinnya Ma, kalau gue putusin dia sekarang nanti orang anggap gue lagi yang jahat dan dia pasti merasa menang. Mana rela gue kalah dari cewek kayak gitu," melipat dangannya di dada sambil menaikkan sedikit bahu, ia mencari alasan.
"Jadi lo lebih mentingin kemenangan lo sama dia daripada gue? emang sepenting apa sih persaingan lo sama Dhita?" Rahma mulai menekan nada suaranya, perasaannya sebagai wanita udah hancur berantakan.
"Gue gak mentingin kemenangan gue, tapi gue mentingin kekalahan dia," canda Zayyan.
"Jadi mau gimana lagi sih? ini udah terjadi dan gue gak bisa mutusin dia ya kecuali dia yang mutusin baru gue bahagia." Zayyan menerangkan.
Walaupun hubungan ini sama sekali tidak ada artinya buat dirinya, bukan berarti harus segera diakhiri.
Karena ia memiliki beberapa tujuan dalam hubungan ini, jadi kecuali Dhita yang memutuskan hubungan ini sepertinya ia tidak akan memutuskannya dalam kurun waktu tertentu.
"Jadi menurut lo deket sama gue gak buat lo bahagia gitu?" entah berapa kali sudah wanita cantik ini mengusap air matanya.
"Udahlah Ma, kita belum jadian kan? lo bisa cari siswa lain yang bisa lebih ngertiin lo, gak harus sama gue terus." rada pusing ngobrol kayak gini, muter-muter doang kayak gak punya tujuan.
"Belum jadian?" baru disini Rahma mulai menyadari kalau sepertinya Zayyan memang ga punya perasaan apapun sama dia.
"Emang belum kan? jalan bareng aja kita belum pernah, duduk di kantin bareng baru dua kali, seinget gue belum jadian," dengan polosnya Zayyan menjabarkan hal hal yang baru mereka jalani semenjak dekat dan itu membuat hati Rahma semakin hancur.
"Lo tu ya!" Rahma memicingkan matanya, dadanya kembang kempis menahan emosi dan rasa sesak yang semakin menjadi jadi.
"Brengsek tau gak!" sambungnya sambil menolak dada Zayyan sebelum berlari meninggalkannya.
Zayyan yang melihat itu pun merasa aneh sekaligus heran. Ia bertanya tanya mengapa Rahma bia sebegitu sedihnya padahal mereka hanya bicara soal hubungan tidak penting yang baru dijalaninya.
Kembalinya ke parkiran, Yuda dan Farrel sudah menunggunya dengan motor Sport mereka dan memarkirkannya di sebelah motor Zayyan yang masih nganggur di parkiran.
"Rahma kenapa Za?" sambil memakai jaket kulit berwarna hitamnya Farrel bertanya, penasaran aja liat Rahma yang nangis tersedu sedu barusan.
"Gak tau juga gue, kayaknya sakit dah tu orang?" Zayyan gak bohong, ia memang gak tau kenapa Rahma bisa sampek nangis sebegitunya.
"Makin lama lo makin aneh ya Za, cewek secantik Rahma sanggup lo anggurin? selera lo yang kayak gimana sih?" Yuda menggelengkan kepalanya.
"Lah kan udah gue turutin buat dekat dengan dia kemaren lusa, masak salah gue lagi sih?" jawab Zayyan sambil bersandar di motornya.
Rahma hampir 1 bulan berusaha ngedeketinnya, tapi Zayyan baru nerima dia dua hari yang lalu itupun dengan berat hati karena celaan kawan laknatnya ini yang terus terusan bilang dirinya aneh.
"1 bulan dia berusaha, dua hari yang lalu lo kasih dia harapan, dan hari ini lo jadian! tapi sama orang lain," sahut Farrel dengan wajah menyedihkan.