Kring!
Bel sudah berbunyi sekarang, menandakan jam pelajaran telah usai.
Tapi untuk Zayyan dan beberapa orang temannya, ini waktu istirahat sebelum mereka latihan basket.
"Makan siang di mana ni?" tanya Yuda sambil mengibas ngibas kerah bajunya, hari sudah mulai panas.
"Warung yang biasa aja, murah!" sela Farrel menawarkan sebuah ide.
"Ah, gue gak mau, trauma!" Zayyan menyangga, ia punya pengalaman buruk pada warung yang dimaksud.
"Ya tapi itukan Cuma sekali, mungkin bibi itu gak tau kali," jawab Farrel, memang pengalaman itu sedikit menjijikkan, tapi itu terjadi hanya sekali dari puluhan kali mereka makan disana.
"Emang lo mau makan ayam yang gak matang, mana di sotonya ada kecoak lagi, gak mau gue singgah di sana." Zayyan membayangkan betapa menggelikannya kejadian itu.
"Jadi mau makan di mana lagi bre?" Farrel mengeluh, menurut saldo di kantongnya saat ini tidak ada warung makan yang cocok untuk ia singgahi selain warung bibi langganan mereka itu.
Walaupun tunggangannya cukup high untuk seumurannya, isi kantongnya masih sama dengan anak sekolahan pada umumnya.
"Kita keliling dulu cari warung nasi yang segar, kalau gak ada kita makan di rumah gue!" jawab Zayyan sambil menyalakan motornya.
"Ya gak pake ke rumah lo juga dong Za, kasian anak anak yang lain pada nungguin ntar," Yuda menambahkan sedikit sebelum berangkat.
Setelah mengitari daerah sekolahan 2 kali, akhirnya mereka menemukan warung nasi yang terlihat lebih bersih dari sebelumnya.
Bahkan ketika makan mereka benar benar memastikan makanan yang disajikan benar benar matang dan bersih, dan tentunya sehat!
"Lumayan juga makan disini, otewe jadiin langganan baru lah," kata Zayyan sambil mengusap perutnya.
Salah satu syarat menjadi langganan mereka selain makanan itu enak adalah murah! ya warung ini masih ramah dengan kantong mereka, walaupun Farrel harus meminjam sedikit pada Zayyan untuk menambahkan bayarannya.
Bukan karena harganya lebih tinggi dari warung biasa, tapi Farrel ngambil gorengan gak ngotak, gak mikir kantong!
Saat akan kembali ke sekolah, di parkiran tidak terlalu jauh dari mereka makan ada seorang wanita yang sedang adu mulut dengan seorang pria paruh baya.
"Loh bapak kok nyolot sih? kan bapak yang nyenggol ya ganti rugi dong!" seorang wanita dengan setelan kantor bicara dengan lantang.
"Loh ini ibuk parkirnya udah ngelewatin batas buk! jadi gak ada urusan sama saya karena ibuk yang langgar aturan," tidak mau kalah pria paruh baya yang mengenakan setelan Jas lengkap mengimbangi argumen perdebatan.
"Kenapa tu kok pada ribut?" tanya Farrel penasaran, tapi begitu ia menoleh ke samping Zayyan dan Yuda sudah pergi meninggalkan motornya dan berjalan ke arah keributan itu.
"Kawan laknat kalian!" Farrel mengumpat, lalu ia segera meletakkan kembali helm yang baru saja akan di pakainya.
"Pokoknya bapak ganti rugi, ini sama sekali gak murah pak!"
"Gak bisa buk, saya masih ada kerjaan penting ini, mohon maaf!" pria paruh baya itu langsung berbalik untuk kembali kedalam mobilnya, tapi begitu dia ingin menutup mobilnya, pintunya tertahan.
"Keluar sekarang!" Zayyanlah yang mengganjal pintu itu dengan tangannya dan memaksanya terbuka dengan lebar sekali lagi.
"Apa-apaan ini? siapa kamu berani beraninya merintah saya?" merasa tidak senang pria paruh baya itu kembali berusaha menutup pintu mobilnya, tapi apa daya tenaga pemuda ini begitu kuat.
"Duh kenapa dia bisa ada di sini sih?" gumam seorang wanita dari dalam mobil.
"Itu kak Zayyan kan kak?"
Ya! dua orang yang mengobrol dari dalam mobil Range Rover hitam milik ibu yang sedang marah-marah ini adalah Dhita dan adiknya Dafa!
"Saya masih sopan pak! keluar sekarang," tatapannya sudah mulai tidak tenang, membuat pria paruh baya itu sedikit terintimidasi, tapi ia masih berusaha menutup pintu mobilnya dengan paksa.
"KELUAR SEKARANG!" suaranya menggema di sekitar sampai banyak orang yang sebelumnya tidak memperhatikan keributan menjadi tertarik untuk melihat.
Bahkan ibu yang tidak lain adalah mamanya Dhita yang sedari tadi berdebat dengan pria paruh baya itu terheran heran, 'apa urusan anak ini dengan bapak itu?' pikirnya dalam hati
Sudah sampai di sana batas keberaniannya, dengan bentakan yang begitu keras pria paruh baya itu keluar dengan gugup dan wajah yang merah.
"Kenapa bapak gak mau tanggung jawab?" Zayyan langsung ke intinya, dari pengamatannya dia sudah tau siapa yang bersalah di sini.
"Itu bukan urusan kamu! jadi gak usah sok jadi jagoan di sini," pria paruh baya itu masih mempertahankan argumennya, walaupun sudah terbesit rasa takut di benaknya, pemuda ini sangat menyeramkan!
"Anda berdebat dengan ibu saya, jadi dari mana jalannya kalau ini bukan urusan saya?" pria paruh baya itu seketika mematung, keringat dingin pun mulai menetes dari pelipisnya.
Begitupun mamanya Dhita, dia terkejut tapi tidak mematung. Ia benar benar terpesona dengan keberanian anak muda ini.
Sampe ngaku ngaku jadi anaknya pula, kan keren banget.
"Kamu anaknya ibuk itu? jadi kenapa? liat sendiri ibumu parkirnya dimana!" menenggak seteguk air liur, ia memberanikan diri untuk bicara, lagi pula mana mungkin dia berani memukul.
"Masih berani ngeles? jadi Traffic cone ini kenapa bisa pecah? dan lihat pecahannya menempel di dalam lampu mobil ibu saya yang anda tabrak." Zayyan bicara dengan tenang, dan ketenangan itu pula yang membuat pria paruh baya itu tidak bisa berkutik.
Memang benar jika mobil mewah yang sedikit berukuran besar milik ibu ini sedikit melewati garis karena padatnya parkiran disini, tapi dengan Traffic cone (kerucut/kun yang sering kita liat di jalan raya) yang pecah dan menempel dengan bagian mobil ibu ini itu menjelaskan kalau ibu ini tidak salah.
Karena traffic cone itu sudah dijadikan peringatan atau batasan untuk kendaraan lain yang ingin parkir di belakangnya, bapak inilah yang telah melewati batas itu! jadi tentu saja Zayyan memilih untuk membela ibu ini.
Setelah Zayyan menerangkan barulah Yuda dan mamanya Dhita melihat ke arah lampu mobil yang pecah, dan memang benar ada serpihan traffic cone di dalam kaca lampu mobil itu, Yuda pun mengangguk menjadari.
Awalnya ia pikir kesambet apa ni orang kok tiba tiba belain ibuk ini padahal belum tau siapa dan benar dan siapa yang salah.
"Sa-saya, saya gak sengaja," duh kan keceplosan si bapak, Tekanan Zayyan melunturkan semua kepercayaan dirinya.
"Saya gak peduli bapak sengaja atau nggak, yang penting semua kerusakannya bapak ganti rugi! gak murah loh itu pak, bisa ilang uang jajan saya satu bulan kalau bapak gak ganti rugi!" kata Zayyan sambil mengelus elus Range Rover milik ibuk ini, jujur gak kenal tapi karena kasian ya dia tolongin aja lah.