Pagi yang cerah dengan cahaya matahari yang menyoroti cahayanya ke tempat kami. Kami akan segera pergi ke pelabuhan untuk pergi ke pulau kura-kura dengan cepatnya. Tempat pelabuhan itu sendiri sudah dekat dengan tenda kami sehingga kami langsung bergegas pergi ke pelabuhan tersebut.
Kami pergi dengan semangat dan harapan tinggi, karena aku sudah berjanji pada Adis untuk menyimpan kalungnya di pulau kura-kura.
"Ayo pergi!" Ujar Siestina.
Kami mulai menuruni tebing dengan hati-hati karena tebing itu ada banyak sekali batu-batu yang memang cukup tajam.
Singkat cerita kami sampai di pelabuhan tersebut. Ada begitu banyak orang-orang yang sibuk membawa barang mereka ke dalam perahu yang cukup besar.
"Apakah kita juga akan menaiki perahu tersebut?" Ujar ku ketika melihat perahu itu.
"Yap! Karena menuju ke pulau kura-kura tidak perlu yang namannya biasa transfortasi. Mereka dengan senang hati akan menghantarkan kita ke pulau kura-kura, sekaligus mereka juga akan menghantarkan barang yang di pesan ke pulau kura-kura" jawab Siestina yang memang ia pernah ke sana.
"Kenapa penduduk pulau kura-kura memesan barang? Apa saja yang ada di dalam barang itu?" Ujar ku yang penasaran dengan penduduk pulau kura-kura.
"Karena mereka kekurangan bahan pangan atau yang semacamnya. Karena pulau itu tidak begitu subur sehingga ekonomi yang ada di sana kurang produktif" jawab Siestina.
"Apakah ada lain selain pulau kura-kura?" Ujar Erina yang juga penasaran.
"Kalau dari segi pulau tidak ada nama lagi selain pulau kura-kura. Namun, ada desa di sana. Namanya adalah desa Merian Pell. Desa yang ada di tengah-tengah pulau kura-kura. Konon katanya mereka hidup tentram tidak ada ancaman sedikitpun, karena mereka di lindungi oleh makhluk legendaris" jawab Siestina.
"Kalau begitu! Ayo kita masuk ke dalam perahu!" Ujar Siestina sambil mengajak kami.
Siestina langsung menghampiri kapten perahu itu untuk meminta izin dan kami menunggu Siestina dari kejauhan. Kami melihat Siestina sedang merayu kepada si kapten tersebut.
"Pantesan gratis! Ternyata ada modal rayuan" ujar ku sambil melihatnya yang terus merayu si kapten.
Kami terus menunggu Siestina dan tak lama kemudian Siestina datang kepada kami dengan gembira.
"Ayo kita masuk. Kapten sudah mengizinkan kita untuk pergi bersamanya menuju pulau kura-kura" ujar Siestina sambil tersenyum.
Kami langsung pergi memasuki perahu itu. Dan ada begitu banyak barang-barang yang di bawa perahu tersebut sehingga pemandangan kurang terlihat akibat terhalang oleh barang.
"Apa yang telah kamu katakan sehingga kapten kapal ini mengizinkan kita untuk ikut bersamanya?" Ujar ku dengan penasaran.
"Ada deh!" Jawab Erina dengan sikapnya yang nakal.
Kami berkeliling di perahu tersebut. Kami melihat ada banyak sekali awak kapal yang dipersenjatai oleh senjata tajam seperti pisau, pedang, panah dan tombak.
"Kenapa mereka terlihat seperti bajak laut?" Ujar Ginny yang ketakutan.
"Tenang saja! Mereka cuman ingin mengamankan barang mereka supaya barang bisa terjamin sampai ke tujuan. Itu misi dan visi mereka sehingga mereka di percaya oleh banyak penduduk" jawab Siestina dengan sok pintar.
Angin di pesisir pantai begitu besar sehingga gelombang air cukup tinggi dan airnya juga keruh.
"Angkat jangkarnya!!" Ujar awak kapal sambil berteriak.
Jangkar kapal di angkat dan kapal kini mulai maju di bawa oleh angin yang besar. Ada begitu banyak keanehan dengan budaya mereka. Karena mereka menggunakan sihir angin agar kapal mereka bisa bergerak. Jadi, sebenarnya kapal itu tidak sepenuhnya terbawa oleh angin. Namun, sihir anginlah yang membawa kapal itu bisa berlayar. Kami mulai meninggalkan pulau kami, tepatnya rumah kami.
"Arth! Apakah kita akan di terima di pulau kura-kura?" Ujar Erina yang berdiri di sampingku sambil melihat air laut yang terbawa oleh sihir angin.
"Aku tidak tahu!" Jawab ku.
"Aku tidak kepikiran jika usaha kita selama ini sia-sia. Aku takut kita terus berjuang mati-matian untuk sampai menuju pulau kura-kura namun ujungnya kita tidak di terima oleh mereka!" Ujar Erina sambil menunjukan raut wajah sedih.
"Yakinkan dulu tekad kita. Dengan begitu kita tidak akan menyesali perbuatan kita walaupun gagal" jawab ku sambil menepuk bahu Erina.
Tiba-tiba wajah Erina mulai memerah dan memalingkan wajahnya. "Emm! Sebenarnya itu bukan masalah sih, yang terpenting kita bisa bersembunyi dari kejaran para dewa" ujar Erina yang malu-malu.
"Itu yang ingin ku dengar" jawab ku sambil melihatnya.
"Kalian sedang membicarakan apa?" Ujar Ginny yang datang secara tiba-tiba.
"Tidak kok! Kami tidak membicarakan apapun!" Jawab Erina.
"Yeh! Bicara gak ajak-ajak!" Ujar Ginny dengan kesal.
Tiba-tiba aku juga ingin mengetahui apa harapan Ginny karena aku takut kehilangan dirinya juga. "Erina! Ada hal yang ingin aku bicarakan dengan Ginny" ujar ku kepada Erina.
"Terus?" Jawab Erina.
"Kau pergi!" Ujar Ginny dengan lantangnya.
"Iya! Aku juga paham" ujar Erina yang pergi sambil marah. Aku jadi merasa bersalah padanya dan mungkin nanti aku akan meminta maaf padanya.
"Jadi! Apa yang ingin kamu tanyakan?" Ujar Ginny yang penasaran.
"Aku penasaran dengan harapan mu! Aku ingin mengetahuinya. jika aku bisa, aku akan mengabulkan itu di waktu yang akan datang" ujar ku sambil melihat pemandangan laut yang biru.
"Sebenarnya harapan ku berbeda dari yang lain. Aku suka membayangkan jika dunia ini tidak ada yang namanya ilmu sihir. Dengan tidak adanya ilmu sihir, hidup akan lebih damai. Jika menurut ku! Aku lelah mendengar orang-orang meninggal yang di bunuh dengan sihir, apalagi ada peperangan. Setahu aku, peperangan terjadi akibat perselisihan antara kekuatan suatu kerajaan dengan kerajaan lain. Dengan kata lain, mereka berperang agar sihir mereka bisa di akui. Jadi, aku berfikir jika tidak ada sihir maka tidak ada persaingan di antara Kerajaan sehingga kehidupan akan cukup damai. Aku akan melakukan apapun untuk mewujudkan harapan ku itu jika ada caranya" ujar Ginny dengan harapannya.
Mendengar apa yang dikatakannya, aku menjadi terharu, karena baru pertama kalinya aku mendengar orang yang berharap untuk kedamaian orang lain walaupun itu mustahil untuk di wujudkan. Namun, aku tidak mengetahui apa yang akan dikatakan oleh takdir selanjutnya. Apakah harapan Ginny akan terkabul atau tidak karena masa yang akan datang adalah misteri sedangkan masa lalu sejarah dan sekarang adalah anugrah.
"Kita akan mencari jawaban harapan mu itu. Dan kita akan mengetahuinya dengan cara waktu yang akan menjawabnya" ujar ku. Dan sekarang aku penasaran dengan harapan Siestina.
Aku tidak tahu kenapa Siestina membangkang bangsanya sendiri sehingga ia di incar oleh para dewa? Apa yang terjadi padanya? Aku akan menanyakan itu dengan secepatnya agar aku mengetahui masalah dari teman-teman ku.