Chapter 55 - kematian Arth

"jadi...apa saja kekuatan mu" ujar ku kepada Mine sambil penasaran.

"Ayah tidak perlu menyalurkan sihir ayah kepada ku lagi karena sihir ayah sudah ku punya! Namun, aku akan mengeluarkan sihir itu jika ayah yang menyuruhku. Aku tidak bisa mengeluarkan sihir ayah begitu saja" jawab Mine.

"Baiklah! Selamat datang di dunia ini! Mine" ujar ku sambil mengulurkan tangan ku kepada Mine.

Mine langsung tersenyum dan gembira sambil menggenggam tangan ku. "Aku akan melakukan yang terbaik untuk ayah!" Ujar Mine dengan bahagia.

"Oke! Sekarang kita harus pergi supaya para dewa tidak bisa menemui kita" ujar Siestina. "Mine! Bolehkan aku mengendong mu?" Ujar Siestina yang tidak tahan dengan kelucuan Mine.

"Tentu" jawab Mine sambil digendong oleh Siestina.

***********

Kami terus berjalan tanpa tujuan. Kemudian kami melihat padang rumput yang indah di depan kami. Tanpa berfikir panjang, aku dan yang lainnya pergi ke padang rumput yang indah itu.

"Kita harus terus bersama!" Ujar Erina.

"Tentu! Itu akan memperkuat tim!" Jawab Ginny.

Tiba-tiba cuaca yang panas berubah menjadi gelap sehingga kami langsung berjaga-jaga jika ada yang terjadi sesuatu pada kami.

"Waspada! Aku merasakan kehadiran para dewa!" Ujar Siestina sambil langsung mengeluarkan energi sihirnya.

Tiba-tiba datang sebuah petir yang menyambar tepat ke tengah-tengah kami sehingga aku terlempar akibat erosi ledakan yang terjadi.

"Mine! Berubah lah menjadi tombak!" Ujar ku sambil mengulurkan tangan. Tiba-tiba Mine berubah menjadi cahaya sihir dan membentuk sebuah tombak yang terbang menghampiri genggaman tangan ku.

"Kalian baik-baik saja!" Ujar Ginny yang kesakitan.

Tiba-tiba ada yang memukulku dengan secepat kilat sehingga aku terlempar cukup jauh.

**********

"Tangkap semua yang ada di sini. Jangan biarkan satu nyawa pun yang lolos" ujar orang yang memukul ku. Ternyata orang yang memukulku adalah dewa Orba. Orba akhirnya turun tangan untuk mengatasi masalah para dewa.

Tiba-tiba ada sebuah portal besar yang muncul dari belakang Orba dan terlihat begitu jelas bahwa Orba telah memanggil ratusan pasukannya.

Semua pasukan yang ada di sana langsung menangkap Erina, Ginny dan Siestina. Mereka bertiga tidak bisa berbuat apa-apa karena itu sangat mendadak. Dan pada akhirnya mereka tertangkap oleh para dewa kecuali Arth.

Arth langsung berdiri sambil memegang tombak nya.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" Ujar Arth sambil memegang perutnya yang terpukul.

Kemudian Arth tidak percaya apa yang dia lihat. Arth melihat semua teman-temannya di tangkap oleh para dewa dan di bawa masuk ke dalam portal tersebut.

Kemudian, Orba langsung menghampiri Arth yang berdiri siap untuk bertempur dengan Orba.

"Tidak ada gunanya! Aku akan membuat kontrak dengan mu. Jika kamu ingin teman-teman mu selamat, maka kamu harus menyerahkan diri mu. Jika kamu melawan, jangan harap kamu bisa bertemu dengan teman-teman mu lagi" ujar Orba dengan keadaan tenang.

"Sial. Kau cuman bisa main curang" ujar Arth dengan kesal.

"Jadi! Apa jawaban mu" ujar Orba dengan keras.

Kemudian Arth berfikir jika teman-temannya meninggalkan dirinya, maka Arth akan merasakan hati yang hancur seperti kehilangan Adis. Namun, jika Arth menyerahkan dirinya, maka teman-teman nya akan di bebaskan kecuali Siestina! Siestina akan bernasib sama dengan Arth.

"Cuih! Jadi ini akhir hayat ku! Aku akan menyerahkan diriku dan bebaskan semua teman-teman ku!" Ujar Arth sambil menyerahkan dirinya.

Namun, Orba malah menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berkata "aku tidak akan membebaskan mereka semua sebelum kau mati. Jika kau sudah mati di tangan ku, maka mereka akan bebas!" Jawab Orba.

Kemudian Arth melihat kepada semua teman-teman nya yang sedang di ikat oleh para dewa. Arth tersenyum kepada mereka semua. "Lakukanlah! Bunuh aku dan bebaskan mereka" ujar Arth sambil duduk siap untuk di bunuh.

"Apa yang kamu lakukan Arth? Jangan percaya pada mereka begitu saja.." ujar Erina sambil terus berteriak-teriak.

"Berikan pedang legendaris dan tombak mu kepada ku! Aku akan membunuhmu menggunakan senjata mu sendiri" ujar Orba sambil menghampiri Arth yang duduk.

Arth langsung mengigit tangannya sampai berdarah dengan aliran sihir yang sudah di pancarkan ke tangannya.

"Bress" tiba-tiba darah Arth berubah menjadi sebilah pedang legendaris.

"Bagus! Sekarang berikan semua senjata mu" ujar Orba sambil tersenyum gelap.

Arth langsung melemparkan semua senjatanya ke hadapan Orba.

"Waktu mu sudah habis!"

"Tunggu!!!" Ujar Arth sambil melihat ke semua teman-teman nya. "Ada yang harus aku bicarakan kepada semua teman-teman ku"

"Silahkan" jawab Orba sambil terus memegang pedang legendaris dan tombak Arth.

"Erina! Aku berterimakasih pada mu karena keluarga mu mau mengurusi aku. Kamu menyediakan semua keperluan ku dan menemani ku untuk selama ini. Ginny! Kau adalah penyembuh yang sangat hebat! Kau terlahir dari keluarga biasa, namun kau luar biasa berbeda dengan yang lainnya. Kau mensyukuri apa yang telah kamu perbuat. Dan Siestina! Aku berterimakasih kepada mu karena kami memang bergantung pada mu. Berkat kamu, kami bisa sampai menuju pulau kura-kura berkat dirimu! Intinya kalian adalah teman terbaik ku sejagat raya. Coba bayangkan jika Adis berada di sini! Aku akan mengucapakan terimakasih padanya karena dia sudah memenuhi hidup ku!" Ujar Arth sambil tersenyum.

"Bress" tiba-tiba Arth di tusuk menggunakan pedang legendaris yang ditusukkan oleh Orba. Kemudian Orba menusukan tombak ke dalam perut Arth sampai perut Arth berlumuran darah.

"Arth....." Ujar mereka bertiga yang melihat kematian Arth.

Arth mulai melemah karena kedua senjatanya menusuk ke dalam perutnya sehingga darahnya tidak bisa berhenti keluar. Dan pada akhirnya Arth tergeletak dengan pedang dan tombak yang masih menancap di perutnya.

"Bawa mereka bertiga ke tanah dewa. Jika perlu, bunuh juga mereka semua" ujar Orba sambil memerintahkan semua pasukannya.

"Aku akan membuang mayat dewa Arthous" ujar Orba dengan aura kebenciannya.

Mereka bertiga di bawa paksa ke dalam portal tersebut dan Orba menggendong mayat Arth tanpa mencabut senjata yang menancap di perutnya.

Orba memanggil portal menuju jurang yang dangkal. Jurang itu adalah perbatasan antara dunia manusia dan dunia para iblis.

Orba berfikir untuk membuang mayat Arth ke jurang itu tanpa mencabut senjata yang menancap pada perut Arth.

"Mayat mu akan terus merasakan sakitnya di tusuk oleh senjata sendiri" ujar Orba sambil melemparkan mayat Arth ke jurang yang dangkal tersebut.