"persiapkan!!! Pulau kura-kura sudah tiba!!" Ujar Awak kapal yang melihat nya.
Kami langsung bergegas melihat pulau tersebut. Pulau itu ternyata seperti pulau pada layaknya. Terus, dimana makhluk legendaris? Sebenarnya Palau itu adalah tempurung dari makhluk-makhluk legendaris tersebut.
"Ini waktu bagi kita untuk mengetahui antara di terima dan tidak" ujar ku kepada teman-teman ku dengan keyakinan bisa diterima.
Kapal kami mulai menubruk permukaan tanah. Dan para awak kapal mulai menurunkan jangkar kapal mereka dan semua orang yang ada di sana sibuk mengerjakan tugas mereka masing-masing untuk menurunkan barang mereka.
"Ini waktunya bagi kita untuk turun dari kapal ini!" Ujar ku.
"Aku harap kita bisa diterima di pulau kura-kura ini!" Jawab Erina dengan penuh harapan.
Kami mulai turun dari kapal tersebut. Ketika kami berjalan menuju ke tengah pulau, tiba-tiba kami melihat segerombolan orang yang datang menghampiri kapal tadi dan sebagiannya lagi menghampiri kami.
"Ternyata kita kedatangan tamu! Apa kabar kalian?" Ujar kakek-kakek berjenggot yang datang kepada kami.
"Kabar kami baik kek!" Jawab Erina.
"Begitu ya! Perkenalkan nama ku Garu, pemimpin suku Merian Pell di pulau ini" ujar Kakek tersebut yang memperkenalkan dirinya sendiri.
Kami mulai memperkenalkan diri kami masing-masing. "Kalau begitu! Kalian pasti ingin mampir dulu ke desa Merian Pell?" Ujar kakek Garu.
"Tentu! Kami sangat mengharapkan itu!" Jawab Ginny yang senang.
Kami langsung di ajak oleh kakek Garu menuju desa Merian Pell, dan katanya di sana memang selalu ada pengunjung baru yang datang dari manca negara.
"Aku pikir kita akan diterima di pulau ini" ujar Siestina yang yakin dengan firasat nya.
"Aku juga berharap begitu!" Jawab ku.
"Perlu diingat! Tetap patuhi peraturan yang ada disini yaitu tidak boleh menginap walaupun satu malam!!" Ujar kek Garu kepada kami.
Mendengar itu, seketika kami langsung terkejut dengan apa yang kakek itu bicarakan, karena seolah-olah kami dilarang untuk menginap walaupun satu hari.
"Kenapa kita tidak boleh menginap?" Ujar ku kepada kakek Garu.
"Itu sudah menjadi peraturan di desa kami. Jika memang kamu sangat ingin menginap di desa, maka kamu harus menjadi bagian dari kami terlebih dahulu. Dengan begitu, kamu bisa menginap kapan pun kamu mau!" Jawab kakek Garu.
Mendengar itu, aku langsung berdiskusi dengan teman-teman ku. "Bagaimana menurut kalian?" Ujarku yang tidak mengetahui apa keinginan mereka bertiga.
"Kami setuju untuk menjadi bagian dari desa pulau ini!" Jawab mereka serempak.
kakek Garu tiba-tiba tertawa terkekeh-kekeh ketika mendengar itu. "Tidak semudah itu untuk menjadi bagian dari kami. Kalian harus bertemu dan meminta izin terlebih dahulu kepada Grogoar" ujar kakek Garu sambil tertawa.
"Grogoar!! Apa itu?" Ujar kami serempak.
"Grogoar adalah nama dari makhluk legendaris yang ada disini, yaitu kura-kura raksasa. Sangking besarnya, kita sekarang sedang menginjakan kaki di atas tempurungnya. Jika kalian memang ingin menjadi bagian dari kami, aku bisa menghantarkan kalian untuk menemui Grogoar!!" Ujar kakek Garu yang ingin membantu kami. "Jika kalian di terima oleh Grogoar, kalian harus mengganti setelan baju kalian. Kalian harus memakai setelah khas dari pulau ini!"
"Bagaimana cara kami untuk menemui Grogoar?" Ujar ku.
"Aku akan menghantarkan kalian kepada Grogoar! Namun, sebelum itu alangkah baiknya bagi kalian untuk melihat desa kami yang damai dan tentram" jawab kakek Garu sambil menunjuk ke desa yang ia maksud yaitu desa Merian Pell.
"Wow! Disini mereka hidup seperti biasa. Seperti tidak ada satu konflik pun yang terjadi disini" ujar Ginny yang terkagum-kagum dengan desa Merian Pell.
"Ayo!!" Ujar kakek Garu.
Kami memasuki desa itu bersama kakek Garu. Kami melihat orang-orang sedang bekerja untuk kebutuhan keluarga mereka sendiri. Tidak ada yang namanya memerintah! Karena peraturan disini melarangnya. Namun diganti dengan tolong menolong. Aku setuju dengan peraturan yang ada di sini.
Ada banyak anak-anak yang bermain di desa itu. Walaupun tempatnya tidak terlalu bersih, namun jika dilihat dari kedamaian dan ketertibannya, sepertinya tidak ada desa lagi yang seperti ini.
"Ikut aku masuk ke rumah!!" Ujar kakek Garu sambil memanggil kami untuk masuk kedalam rumahnya.
"Duduklah" ujar kakek Garu. Tiba-tiba datang seorang gadis yang membawakan banyak sekali buah-buahan dan di simpan di hadapan kami.
"Makan lah makanan yang ada" ujar kakek Garu yang senang kedatangan tamu.
"Terimakasih!!" Jawab kami serentak.
"Jadi!! Ada keperluan apa kalian untuk pergi ke desa ini? Jika memang kalian ingin menjadi penduduk di desa ini, kalian harus meminta izin dari Grogoar untuk bisa menjadi warga biasa di sini. Aku akan menghantarkan kalian ke Grogoar. Namun, jangan banyak berharap karena Grogoar terkadang tidak menerima orang-orang asing begitu saja" ujar kakek Garu.
"Yang terpenting bagi kami adalah mengetahui antara diterima dan tidak diterima. Kami juga tidak akan memaksakan diri jika Grogoar tidak mengizinkan kami untuk tidak tinggal di sini" ujar ku dengan yakin akan hal itu.
"Jika begitu! Aku akan menghantarkan kalian nanti setelah ini. Kalian bisa bermain di desa ini sebelum aku menghantarkan kalian!!" Ujar kakek Garu sambil langsung keluar.
"Semuanya! Aku akan keluar bersama Arth!" Ujar Erina sambil menarik tangan ku dengan paksa.
"Ada apa Erina?" Ujar ku sambil mencoba untuk melepaskan genggaman Erina.
"Sudah! Ikut saja!" Jawab Erina sambil terus menggenggam tangan ku.
Aku di bawa keluar rumah kakek Garu dan ternyata, Erina cuman ingin jalan-jalan bersama ku sambil ngobrol.
"Arth! Kurasa kita akan aman jika kita berada di pulau ini. Maksudku, kita tidak perlu mati-matian untuk hidup seperti sebelumnya" ujar Erina sambil mengharapkan kami diterima di pulau tersebut.
"Aku juga mempunyai harapan yang sama dengan mu. Namun, aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada kita. Pakah kita akan diterima atau sebaliknya? Namun, aku juga sudah mempersiapkan mental jika kita tidak di terima disini. Jika kita tidak di terima disini, aku akan menyimpan kalung Adis ini" ujar ku sambil membuka kalung yang ku pakai.
"Kau salah paham!! Sebelum Adis meninggal. Ia ingin berkata kepada mu supaya kalung nya terus di bawa bersama mu yang tinggal di pulau kura-kura. Jadi, Adis mengharapkan kamu di terima di pulau ini sambil mengenakan kalung Adis. Adis berkata sebelum ia tiada. Katanya jika kalung ku ini tidak sesuai apa yang ku inginkan, maka kalung ini akan sangat membantu bagi Arth. Begitu kata Adis! Namun kamu nya malah tidak ada ketika waktu-waktu terakhir Adis" ujar Erina.
Mendengar itu, aku jadi kembali sedih mengingat apa yang terjadi pada Adis.