Chereads / reincarnation of a demon god (sub Indonesia) / Chapter 54 - tombak ku berubah menjadi gadis kecil

Chapter 54 - tombak ku berubah menjadi gadis kecil

Matahari sudah berada di tengah-tengah langit dan itu menunjukan bahwa hari telah berlanjut ke siang.

Kami berada di perahu yang sedang berlayar ke benua selanjutnya. Kami agak kecewa dengan apa yang selama ini di perjuangkan. Namun, kami juga tidak menyesalinya karena menyesal juga tidak ada gunanya. Kami menggunakan saat-saat itu untuk menjadi pelajaran untuk ke depannya.

"Ngomong-ngomong, apakah kalung ini sangat berguna? Dan apa kegunaannya?" Ujarku sambil mengutak-atik kalung ku dan mencoba untuk melepaskan antara batu dan kalung ku.

"Aku tidak tahu. Tapi, aku cuman memberi saran kepada mu untuk menggunakannya tanpa sepengetahuan orang lain. Kita tidak tahu apa yang ada di pikiran orang lain. Bisa saja mereka menginginkan batu itu untuk keperluannya sendiri. Menurut ku lebih bagus bagi kita untuk mencobanya nanti setelah turun dari perahu ini!" Jawab Erina dengan sarannya.

"Ya! Kita akan mencobanya nanti. Namun, bukankah batu ini dibuat untuk memperkuat senjata! Jadi, senjata apa yang perlu kita perkuat?" Ujar ku agar semuanya setuju dengan apa yang akan aku putuskan.

Ginny langsung memberikan sarannya. "Aku tidak begitu peduli tentang itu. Namun, aku cuman memberi saran kepada kalian untuk memperkuat tombaknya Arth. Karena, tombak Arth lah yang telah banyak membantu kita" ujar Ginny.

"Seharusnya aku yang telah banyak membantu kalian, bukan tombak ku!" Ujar ku sambil kecewa.

"Iya...iya... Kamu adalah penyelamat kami" ujar Erina sambil menghibur ku.

"Tombak Arth ya! Aku agak setuju dengan itu. Lagian, kita tidak punya senjata selain senjata sihir. Aku tidak tahu apakah batu itu bisa berpengaruh pada senjata sihir. Namun yang pasti, batu itu bisa digunakan pada senjata biasa" ujar Siestina yang setuju pada Ginny.

"Tombak ku ya!" Ujar ku sambil melihat-lihat tombak ku.

*************

Kami melambaikan tangan kepada kapten kapal yang telah menghantarkan kami ke benua yang selanjutnya. Kami langsung pergi ke dalam hutan dan meninggalkan pesisir pantai dengan segera.

Kami terus menyusuri tempat yang belum kami tahu. Dan kami juga tidak tahu apakah di sana ada kerajaan atau perkampungan. Aku teringat untuk mencoba batu sihir yang diberikan oleh Grogoar kepada kami.

"Oke! Sekarang mari kita coba batu ini. Apakah batu ini bisa berguna bagi kita?" Ujar ku sambil meletakkan tombak dan sambil memegang kalung ku. Namun tiba-tiba aku menyadari bahwa aku tidak tahu bagaimana caranya untuk menyatukan antara senjata dan batu sihir. "Bagaimana cara melakukannya?" Ujar ku yang kebingungan.

"Coba tempelkan batu itu ke tombak mu!" Ujar Erina. Aku langsung melakukan apa yang di katakan oleh Erina. Namun itu sama saja, tidak ada yang terjadi pada tombak ku.

"Coba alirkan sihir mu ke batu itu!" Ujar Ginny kepada ku. Aku langsung melakukannya dan tiba-tiba sesuatu yang aneh terjadi. Batu yang menempel pada kalungku tiba-tiba bersinar seperti memiliki sihir tersendiri.

"Darimana kau tahu bahwa aku harus mengalirkan sihir terlebih dahulu?" Ujar ku yang kebingungan.

"Sederhana saja. Aku sudah mendeskripsikan bahwa batu itu perlu aura sihir karena alasan tertentu. Karena bukankah batu itu dinamai sebagai batu sihir yang bisa menggabungkan jiwa dan senjata. Jadi, aku berpikir bahwa kamu harus mengalirkan sihir mu ke batu itu untuk menghidupkan jiwa yang ada di dalam batu tersebut. Dengan kata lain, kamu telah menyalin jiwa mu sendiri" ujar Ginny.

Kami langsung terkejut ketika mendengar penjelasan Ginny, karena memang kami tidak berfikir ke situ.

"Jadi sekarang aku hanya perlu menggabungkan batu ini dan tombak ku" ujar ku sambil menempelkan batu tersebut ke tombak ku

Tiba-tiba sesuatu hal terjadi. Tiba-tiba tombak ku ditutupi oleh kabut yang berwarna biru. Kami langsung menjauh dari kabut itu untuk berjaga-jaga.

"Apa yang akan terjadi?" Ujar Erina sambil penasaran.

"Bress..." Tiba-tiba ada cahaya yang keluar dari dalam kabut itu dan kabut tersebut menghilang dengan tiba-tiba.

"Loh!! Dimana tombak ku? Dan siapa dia?" Ujar ku sambil berteriak karena aku kesal tiba-tiba tombak ku menghilang begitu saja.

Tidak ada tombak ku di tempat itu. Namun, ada hal yang lebih aneh. Kami tidak melihat tombak ku tapi kami melihat gadis kecil berambut merah muda yang tergeletak. Gadis muda itu tergeletak tepat di tempat tombak ku untuk terakhir kalinya.

"Ih! Siapa dia? Dia imut sekali" ujar Erina sambil memegang kedua pipinya.

"Itu tidak penting! Yang terpenting di mana tombak ku?" ujar ku sambil melihat ke sana-sini. Dan pada akhirnya aku tidak menemukannya dan menghampiri gadis kecil tersebut.

"Apakah gadis kecil itu pingsan?" Ujar Ginny.

"Sepertinya begitu!" Jawab ku sambil menyentuh kepala gadis kecil tersebut.

Tiba-tiba gadis kecil itu membuka matanya saat kepalanya aku sentuh. Aku terkejut ketika melihat mata gadis tersebut karena warna matanya yang kuning bercahaya, dan itu hampir sama dengan mata asli ku.

"Ayah!" Ujar gadis kecil itu sambil tersenyum kepada ku.

"Eh!" Ujar kami serentak.

"Sejak kapan aku menjadi seorang ayah..." Ujar ku sambil berteriak tidak percaya.

"Hey anak manis! Siapa orang tuamu? Dan kenapa kamu berada di sini?" Ujar Siestina sambil menghibur gadis kecil itu.

Gadis itu menjawab sambil menunjuk pada ku. "Itu ayah ku, dan dia yang telah melahirkan ku!" Jawab gadis kecil itu dengan polosnya.

"Aku tidak peduli! Aku cuman ingin tombak ku kembali. Ouh iya tinggal menggunakan sihir pemanggil senjata" ujar ku yang mendapatkan ide bagus.

Aku langsung menggunakan sihir itu. Namun, tiba-tiba gadis itu terseret mendekati ku seakan-akan ada yang menariknya. Dan pada akhirnya kepala gadis kecil itu berada di tangan ku.

"Kenapa yang datang kepada ku malah gadis kecil ini? Seharusnya tombak ku yang ada di tangan ini!" Ujar ku yang bingung.

"Ayah! Aku adalah tombak mu!" Ujar gadis kecil itu dengan polosnya.

"Apa!!.." ujar kami serentak yang tidak percaya.

*************

"Jadi, aku dilahirkan dari sihir yang di pancarkan oleh ayah sebelumnya. Kemudian sihir itu membentuk sebuah jiwa dan menyatu dengan tombak ayah. Dengan kata lain, aku adalah ayah dan aku adalah senjata ayah sebagai penghubung antara jiwa dan tombak ayah" ujar gadis kecil itu.

"Berhenti memanggilku dengan sebutan 'ayah'!" Ujar ku. Aku tidak langsung percaya padanya. Namun, gadis kecil itu menunjukkan kepada kami. Gadis kecil itu tiba-tiba berubah menjadi tombak ku secara tiba-tiba dan kembali lagi ke dalam wujud manusia.

"Bagaimana? Apakah sekarang ayah percaya?" Ujar gadis kecil itu.

"Kau sangat imut sekali" ujar Erina sambil terus mencubit-cubit pipi gadis itu. "Siapa nama mu?"

"Ayah ku belum memberikan nama untuk ku" jawab gadis kecil itu kepada Erina.

"Nama ya! Oke, sudah ku putuskan bahwa nama mu adalah Mine. Aku memberikan nama itu karena kamu milik ku" ujar ku dengan gaya seorang pahlawan. Walaupun itu memalukan!!

Gadis itu langsung tersenyum ketika aku memberikan namanya yaitu Mine. "Mulai sekarang aku adalah Mine. Dan aku akan menjadi anak yang sangat baik bagi ayahku" ujar Mine sambil tersenyum.

"Ih! Kamu lucu sekali!" Ujar Erina sambil memeluknya.

"Ayah! Apakah aku mempunyai seorang ibu?" Ujar Mine dengan polosnya.

"Tidak! Kau tidak memiliki ibu" jawab ku dengan dingin.

Tiba-tiba Mine menangis cukup keras. "Aku ingin seorang ibu..." Ujar Mine sambil menangis dengan keras.

"Kau adalah ayah yang terburuk yang pernah ku jumpai" ujar Siestina sambil mengejek pada ku.

"Jangan menangis ya!" Ujar Erina yang sambil menghibur Mine.

"Aku tahu! Kamu pasti ibuku" ujar Mine sambil menunjuk pada Erina. "Aku tahu karena aku merasakan kasih sayang kamu. Dan aku juga merasakan kasih sayang pada mu karena hati ku adalah hati ayah. Jadi, kasih sayang ayah kepada seseorang bisa ku rasakan. Ternyata aku mempunyai ibu!!" Ujar Mine yang berhenti menangis dan tersenyum sambil memeluk Erina.

"Eh!!.." ujar kami serentak dengan nada tak percaya.

Seketika wajah Erina mulai memerah karena di peluk oleh Mine dan di panggil ibu olehnya. Yang membuatnya lebih malu adalah kata-kata penjelasan dari Mine.

"Jika hati Mine adalah hati Arth. Berarti Arth juga sayang pada ku sama seperti Mine" ujar Erina yang ada di pikirannya. "Iya... Aku adalah ibumu" jawab Erina kepada Mine dengan lantangnya.

"Eh!!..." Ujar kami bertiga yang tidak percaya akan apa yang telah dikatakan oleh Erina pada Mine.