-Terjebak Menjadi Simpanan-
"Kau ingin menjadi simpananku?"
Mahesa sengaja berbalik. Kedua tangannya dilipat di depan. Pandanganya tidak terlalu antusias ketika mengatakannya. Nyaris terlihat seperti meremehkan.
Laki-laki itu berpikir dengan cepat. Secepat yang dia bisa tentang kejadian yang baru saja dialami.
Semua amarahnya masih melambung di atas kepala. Belum lagi ketika mendapati betapa keras kepalanya wanita itu.
'Menjadi simpanan.'
Ah ... harusnya dia sudah tau kemana arah pembicaraan ini. Tidak ada wanita waras yang akan menyia-nyiakan kesempatan emas untuk menjadi istrinya.
Atau seorang wanita simpanan di salah satu Penthouse mewah di resortnya. Begitu pula dengan wanita di hadapannya itu. Menjebaknya mungkin salah satu rencananya untuk hidup mewah di hari berikutnya.
Mahesa tersenyum remeh beberapa saat, menunggu jawaban dari wanita yang menatapnya.
"Aku tanya sekali lagi. Apa tujuanmu hanya ingin menjadi simpananku dan menerima uang bulanan yang tidak biasa?"
Kirana mengangguk dengan cepat. Wanita itu bangkit berdiri. Selimut masih membungkus tubuhnya dengan rapi meski tadi sempat nyaris terjatuh karena Mahesa menariknya dengan kasar tadi.
"Ah, ternyata kau cukup pintar jua. Dibandingkan mengambil cek yang kuberikan. Kau justru memilih memelihara atm berjalan."
"Ak-aku tidak bermak-"
"Aku mengerti."
Mahesa mengangkat sebelah tangannya. Laki-laki itu kembali memasang raut datar dan jijik pada Kirana.
Semua wanita sama saja. Wanita licik di depannya hanya selangkah lebih maju karena berhasil menjebaknya. Tapi itu tidak akan membuat seorang Mahesa Danaswara melemah.
Jika wanita itu bersikeras maka ia juga bisa menyingkirkannya tanpa jejak.
"Tapi sayangnya aku tidak tertarik dengan wanita jalang sepertimu."
Degh...
Setelah mengatakan itu, Mahesa mengambil ponselnya. Sebelum ia meninggalkan kamar itu, ia menoleh ke arah Kirana beberapa detik.
"Sekretarisku akan menemui sebentar lagi. Katakan apa yang kau inginkan dan semuanya akan kau dapatkan tapi tidak dengan menikahimu. Lalu, setelah ini urusan kita selesai."
Brakk...
Mahesa menghela nafas pelan. Laki-laki itu memperbaiki penampilannya tepat ketika pintu kamar tertutup.
Tak jauh dari tempat ia berdiri. Sekretarisnya berlari menghampiri.
"Maaf atas insiden tadi Tuan," serunya. Laki-laki berjas hitam dan berkacamata itu membungkuk hormat.
Laki-laki itu merasa bersalah karena tidak memeriksa keadaan bosnya setelah menyelesaikan pertemuan dengan rekan-rekan kerja sang bos.
Sampai tadi pagi bosnya mengamuk dan mengatakan jika ada wanita asing yang menghabiskan malam dengannya saat ia dalam keadaan mabuk.
"Saya akan memberikannya setelah ini Tuan, " lanjutnya. Paham betapa teledornya kali ini.
Mahesa menoleh. Raut kesalnya tidak berubah sama sekali. Bibirnya tertutup rapat dengan rahang mengeras.
Laki-laki itu mendengus pelan.
"Bagaimana bisa wanita itu ada di kamarku. Apa saja pekerjaanmu sampai selesai itu!" bentaknya.
"Maafkan saya Tuan. Hal seperti ini tidak akan terjadi lagi."
Mahesa mengusap wajahnya lagi untuk ke sekekian kalinya. Meski sekretarisnya mengatakan itu. Namun, fakta tentang kejadian tadi malam tidak akan bisa kembali seperti semula.
"Bereskan dengan rapi. Wanita itu licik, dia mungkin akan mengancamku di masa depan."
"Saya mengerti Tuan."
"Ah, jangan lupa cari tau tentang keluarga dan apapun kaitannya, dan yang lebih penting temukan semua video yang direkam wanita itu. Bersihkan tanpa bersisa."
"Baik Tuan."
"Aku mengandalkanmu, Roy."
"Saya tidak akan mengecewakan anda lagi tuan."
****
Di dalam kamar hotel yang sama. Kirana beringsut dengan cepat. Wanita itu memejamkan matanya. Membiarkan air mata jatuh di pipi pucatnya. Isakan pelan mulai terdengar.
Dadanya bergemuruh. Rasa sesak itu benar-benar nyata. Pakaiannya masih tergeletak di atas lantai. Sama sekali tidak tersentuh setelah tadi malam.
"Bodohnya aku," namanya ada diri sendiri.
Kirana sama sekali tidak ingin melakukan hal gila seperti ini. Tapi ketika mengingat perlakuan keluarga Atmaja. Maka rasa dendam dan ambisi untuk mempermalukan keluarga mantan pacarnya itu menjadi lebih kuat.
Satu-satunya alasan untuk mendekati Mahesa hanya karena ingin keluarga angkuh itu ikut merasakan apa yang tengah ia rasakan.
Dihina dan merasa tersisih hanya karna dia bukan dari keluarga berada.
Tujuan Kirana menjebak Mahesa bukan hanya karena laki-laki itu kaya raya. Tapi juga karna Mahesa Danaswara merupakan menantu dari keluarga Atmaja.
Dengan merebut perhatian Mahesa maka keluarga itu juga akan merasakan penderitaan.
Tapi sepertinya harapan itu tidak semudah yang ia bayangkan. Mahesa Danaswara jauh dari apa yang ia pikirkan.
Laki-laki itu lebih dingin dibandingkan rumornya. Tegas dan tidak tersentuh. Tidak mungkin wanita polos sepertinya bisa merayu seorang Mahesa Danaswara.
"Apa yang harus aku lakukan setelah ini?"
Kirana memeluk dirinya sendiri. Pikirannya kacau setelah penolakan laki-laki itu. Apa dia harus mengemis dan bersujud agar laki-laki itu menerimanya sebagai simpanan?
Karina mengeling dengan cepat. Menyerahkan mahkotanya saja sudah sangat salah. Ia tidak ingin lagi mengemis untuk merendahkan harga dirinya yang sudah hancur lebur.
Apa dia harus merelakan dendamnya begitu saja? Mahesa tidak akan mau lagi berurusan dengannya setelah ini.
"Laki-laki brengsek," Kirana bergumam.
Rasa sesal langsung muncul di dalam hatinya. Hanya karena ego dan dendam kini ia kehilangan harga diri dan mahkotanya. Lebih parahnya lagi laki-laki yang ia harapkan bisa membantunya sama sekali tidak peduli.
'Sekali lagi... ia terjebak dengan laki-laki arogan.'
Kirana memejamkan matanya. Mengingat kejadian sebelum ia memutuskan untuk merayu sosok Mahesa Danaswara.
-Flashback on...
[ Kediaman keluarga Atmaja, Satu bulan sebelumnya. ]
Kirana menggigit bibirnya sendiri. Kedua tangannya meremas ujung kaos yang ia kenakan hari ini. Rambut setengah basahnya dibiarkan tergerai, menutupi separuh wajah.
Matanya memerah. Nyaris mengeluarkan tangisan jika wanita itu tidak mati-matian menahannya.
Satu penyesalan yang muncul ketika ia menginjakkan kaki ke kediaman mewah keluarga Atmaja. Seharusnya ia tidak datang, meski pacarnya, Rafael yang memintanya untuk datang.
"Jadi, namamu Kirana?"
Suara sinis dari wanita dewasa yang Kirana ketahui sebagai ibu dari pacarnya itu membuat lamunannya berhenti.
Kirana mendongak sedikit segan. Mengingat penampilannya sama sekali tidak pantas untuk bertemu dengan ibu dari pacarnya itu.
Tepat setelah selesai bekerja di restoran ayam pinggir jalan. Kirana mendapatkan panggilan dari Rafael, kekasihnya.
Rafael mengatakan agar mereka bertemu di rumah sang pacar. Saking senangnya, Kirana bahkan tidak memikirkan jika ia akan bertemu dengan keluarga sang pacar. Ia tidak mengenakan pakaian yang pantas selain kaos dan celana Jins lebar.
Hujan rintik-rintik turun ketika ia datang, membuat rambut dan bajunya sedikit basah.
Tapi bukan itu yang ia sesali. Penyambutan keluarga Atmaja jauh dari yang ia pikirkan.
Tidak ada kehangatan sama sekali. Nyaris semuanya memandang sinis dan jijik. Kirana merasakan tatapan itu, seolah menyadarkannya jika tidak semua orang bisa menerima keadaannya yang serba kekurangan.
"Sudah berapa lama pacaran dengan anak Tante?"
Degh...
To be continued....