Chereads / My Maid My Lover / Chapter 20 - Akting Memukau

Chapter 20 - Akting Memukau

"Turunkan senjata itu dari kepala mu!" Adolfo maju beberapa langkah coba dekati sang putra, sedangkan Anya memilih menutup mata dan tak berani bergerak sedikitpun. Ia tak tahu bagaimana awalnya, sehingga bisa terlibat dalam masalah besar dan rumit ini.

"Jangan mendekat!" Xav berteriak dengan nada mengancam. Sontak sang ayah pun segera hentikan pergerakannya. Wajah Adolfo bercampur panik sekaligus murka.

"Kalau ayah mengusir Anya dari rumah ini, maka aku akan menarik pelatuk saat ini juga!"

"HENTIKAN SEMUA INI!" Sebuah suara melengking datang dari arah depan, baik Xav ataupun Adolfo langsung melihat ke arah pintu— tempat suara itu berasal. Di sana telah berdiri seorang wanita berusia sekitar tujuh puluh tahun, ia mengenakan blazer marun, semua rambutnya telah sepenuhnya berubah warna. Ada dua orang laki-laki di belakang wanita itu, mereka adalah Beary dan putranya, Hans. Dua penjaga pribadi Nyonya besar Roseanne.

"Nenek?" Xav berakting seolah ia tak mengetahui kedatangan sang nenek.

"Ibu?" Adolfo ketakutan saat tahu bahwa sang ibu ada di waktu yang tidak tepat. Dia pasti akan kena marah besar saat melihat kekacauan yang terjadi di antara ayah dan anak ini.

"Permainan apa yang sedang kalian lakukan?" Roseanne mengerutkan dahinya heran.

"Apa kalian sedang bermain koboi-koboian?" tanyanya lagi dengan senyum menyeringai.

"Oho, siapa gadis ini?" Roseanne melihat ke arah Anya yang masih dipegangi oleh Gustav.

"Lepaskan dia, kau tidak boleh kasar terhadap wanita, Gustavo!" Pekikan Roseanne membuat Gustav, lelaki tinggi besar itu ketakutan. Ia langsung melepaskan Anya seperti apa yang nyonya besar perintahkan.

"Cucuku, Xavier. Ada apa ini? Kenapa kau memegang dan mengarahkan senjata itu ke kepala mu?" Sang nenek berjalan mendekati Xav yang sedang mati-matian berakting, agar meyakinkan semua orang disana bahwa ia cinta mati kepada pelayan bernama Anya.

"Jangan mendekat, Nek!"

"Katakan saja apa maumu? Kita bisa bicarakan ini baik-baik, 'kan?" Roseanne tampak santai, sama sekali tak terintimidasi dengan tingkah Xav.

"Ibu dia jatuh cinta kepada gadis itu," tunjuk Adolfo ke arah Anya.

"Gadis pelayan itu telah membuat putraku, cucumu, membangkang—"

"Tutup mulutmu Adolfo!" sela Roseanne cepat.

"Ini adalah cinta, jika memang mereka mau menikah maka biarkanlah mereka menikah."

Mendengar penuturan Roseanne, Anya pun tergagap-gagap.

"T—tunggu d—dulu, siapa yang akan menikah?" tanyanya pada semua orang di ruangan itu. Anya memandangi satu per satu dari mereka, tapi tak ada seorang pun membuka mulut.

"Apakah nenek akan merestui hubungan kami?" tanya Xav masih dengan akting yang ia pelajari di kelas teater.

"Tentu saja sayang ku, kenapa tidak?" jawab Roseanne dengan senyum merekah.

Xav langsung menyimpan kembali pistolnya dan memeluk sang nenek dengan sayang.

"Beary! Siapkan pesta untuk mengumumkan pertunangan cucuku!"

Anya berjengit dari tempatnya, dan berlari menghampiri Xav, karena tak ada satu orang pun yang menjawab tanyanya. Jadi ia langsung menanyakan hal itu kepada si pembuat onar.

"Apa maksud semua ini, tuan muda? Apa kau sudah gila Xavier Dmitry?!" Anya menarik lengan Xav, menarik pria itu ke sudut ruangan.

"Aku akan menjelaskan padamu nanti. Kalau kau mau selamat, ikuti saja permainan ku!" cetusnya lalu memeluk dan mencium pucuk rambut Anya dengan mesra dan paksa. Sehingga siapapun yang melihat pemandangan itu pasti menyangka jika keduanya memang dua manusia yang sedang dimabuk asmara.

***

Usai kejadian tadi, Roseanne mengundang Anya untuk bergabung di acara makan siang bersama kedua calon pewaris.

Dia kini sedang duduk dalam keadaan syok di kamar lantai dua yang diperuntukkan bagi para tamu.

Tak berapa lama Rimar dan Xavier datang dan membuka pintu kamar begitu saja tanpa mengetuk.

"Ya Tuhan!" Rimar berteriak hingga membuat Anya terperanjat. Sejak sejam yang lalu pikiran gadis itu melayang tak keruan, ia tak tahu harus melakukan apa, dan bagaimana.

Anya menoleh ke arah belakang, dilihatnya dua orang itu memandangi dirinya.

"Kau! Semua ini gara-gara kau!" Anya berdiri dan dengan cepat berjalan ke arah Xav, mengangkat jari telunjuknya di depan muka lelaki itu.

Xav sama sekali tak tunjukkan rasa marah. Ia menangkup jari telunjuk Anya dengan tangannya, kemudian tersenyum penuh kemenangan.

"Kau harus menikah denganku—"

"Aku tidak mau!"

"Hei, hei, hei, nona Anya Smith, ini bukan tawaran tetapi ini adalah perintah!" Tegas Xavier dengan tatapan mengintimidasi.

"Aku tidak peduli, kau bisa memerintahkan pelayan mu yang lain untuk kau jadikan istri!" Anya maju beberapa langkah, berusaha membalas tatapan intens sang pria muda di depannya yang entah kenapa merasa gemas melihat Anya marah seperti itu.

Xav menutup mulutnya, menahan tawa.

"Kenapa kau tertawa?! Kau pikir ini lucu!"

"Entahlah, tapi menurut ku semakin kau marah kau malah terlihat semakin menggemaskan." Xav mencubit pipi Anya.

Anya mendengus kesal, lalu ia berjalan melewati lelaki itu tanpa peduli Rimar yang juga berada disana. Ia hendak membuka pintu, tapi ternyata Rimar dengan cepat mencegahnya.

"Jangan pergi, Anya. Kau tak boleh mundur dari tugas ini," ucap Rimar yang membuat Anya cukup terkejut karena wanita tua itu menyebut hal ini sebagai tugas.

"Tugas, apa maksud mu dengan tugas?"

"Kau terpilih untuk mengemban tugas ini, Anya. Kau akan menjadi pendamping bagi calon pewaris perusahaan besar milik nyonya Roseanne."

"Maaf Rimar, aku tak tertarik dengan tugas itu."

"Kau tak bisa mundur, kau tak boleh mundur. Nyonya Roseanne tak akan membiarkan mu keluar dari tempat ini hidup hidup jika kau mencampakkan cucunya." Rimar mengimbau.

Anya hentikan langkah kakinya.

"Apa dia akan membunuhku?" tanya Anya dengan polosnya.

Rimar baru saja akan membuka mulut saat Xav dengan cepat menjawab.

"Nenekku akan memberikan mu pada buaya-buaya peliharaanya. Kau akan jadi santapan mereka."

"Xav berhenti mengatakan hal tidak masuk akal itu," sahut Rimar yang kemudian mengatakan maksud ucapannya tadi.

"Nyonya besar adalah orang yang berkuasa, dengan segala yang dia miliki, apa kau pikir dia akan membiarkan orang yang menyakiti cucu kesayangannya hidup bahagia?" Nada suara Rimar terdengar serius.

Anya menggeleng.

"Baguslah kalau kau mengerti. Jika kau mendengarkan ku, maka sebaiknya ikuti saja apa perintah tuan muda. Lagipula dia tak akan meminta bantuan ini secara gratis," kata wanita tua itu yang perlahan membuat Anya kembali memikirkan jawabannya.

"Aku akan membayar mu, katakan saja apa yang kau mau. Kalau perlu kau bisa buat daftarnya. Lagipula apa yang tak bisa ku berikan untuk mu? Rumah? Apartemen? Mobil mewah? Atau pulau pribadi?" Xavier menengadahkan tangannya ke atas.

Sejenak Anya terdiam, seraya berpikir tentang keputusan apa yang harus ia buat.

"Apa yang harus ku lakukan selain menikah denganmu? Dan ... berapa lama kita harus berperan sebagai suami istri?" tanya Anya to the point.

"Apakah itu artinya kau, mematuhi perintah ku?" tanya Xav balik, gadis di depannya mengangguk mengiyakan, "ya."