.
"Panggil Tuan muda Xav kemari!" perintah Nyonya besar Roseanne pada Shelina, gadis itupun mengangguk patuh. Dialah yang terlihat paling bersemangat dibanding yang lain. Tentu saja, ia sedang berusaha cari muka kepada sang nyonya besar, yang mungkin saja akan mengangkat posisinya menjadi kepala asisten rumah tangga menggantikan Henry ataupun Cassandra.
"Kemana temanmu?" tanya Diana pada Paris. Para pelayan kini sedang berbaris rapi seraya menunggu perintah dari sang majikan. Khsusus siang hari ini, semua pelayan dari dua istana dikumpulkan di taman. Karena hari ini akan ada perjamuan makan siang yang akan dihadiri oleh kedua tuan muda dan calon istrinya.
"Paris, apa kau tuli? Aku tanya dimana gadis bodoh dan gila itu?Aku lupa namanya—"
"Maksudmu si tukang cuci toilet?Anya?" decih Angel dengan ekspresi mengejek.
Paris tetap diam dan hiraukan celotehan dua gadis yang kini mengapitnya.
Tak berapa lama kemudian, Shelina kembali dari tugasnya untuk memanggil tuan muda Xavier. Wajah gadis itu terlihak syok sehingga menimbukan keingintahuan pelayan lain tentang apa yang membuat raut Shelina terlihat merah padam.
Selang beberapa menit, Noah datang dengan seorang perempuan berparas cantik. Dari penampilannya yang klasik dan mahal sudah dapat dipastikan jika gadis itu berasal dari keluarga terpandang dan berkelas. Gadis itu menebar senyum sejak kedatangannya, tapi sayang pria yang berdiri melangkah sejajar dengannya terlihat murung. Beberapa kali terlihat kalau Selena Verazzy— nama kekasih Noah, berbisik kepadanya. Entah apa yang ia katakan, namun sesaat setelah itu Noah mau menyunggingkan sebuah senyum penuh keterpaksaan.
Xerena Roseanne menyambut sang cucu dan calon istrinya dengan senyum lebar, memeluk si gadis penuh sayang. Berbincang sejenak menyatakan tentang kerinduan Roseanne pada gadis yang menimba ilmu di luar negeri itu. Selena adalah seorang violin, selain itu dia juga menjadi balerina. Gadis cantik, yang kehidupannya sangat ideal selayaknya putri dalam negeri dongeng.
"Mana Xav, yah?" tanya Noah pada Adolfo yang tampak tertekan, sang ayah hanya menjawab dengan gelengan kepala. Isyaratkan kalau ia sedang sangat kesal pada nama yang disebut Noah.
"Apa ada masalah?" tanya Noah.
"Jangan membahasnya disini," bisik Adolfo yang segera dimengerti oleh Noah. Mereka pun segera duduk di tempat yang telah ditunjuk oleh sang nenek.
Lima belas menit berlalu, namun Xav tak segera datang. Sehingga Roseanne terpaksa kembali berteriak dan meminta Angel dan Bridget untuk memanggil sang tuan muda. Namun, belum sempat mereka melangkahkan kaki pergi dari taman. Seseorang yang ditunggu-tunggu pun datang. Di sampingnya berdiri seorang gadis yang tampak anggun meski terlihat canggung. Tangan gadis itu menggamit lengan sang pria dengan mesra.
Seketika seluruh pandangan mata orang-orang yang berada di taman jatuh kepada mereka. Ada suara memekik dari Diana yang tak dapat tertahankan saat ia menyadari siapa yang kini sedang bersanding dengan Xavier Dmitry.
"Anya! Bukankah itu pelayan yang membersihkan toilet?" Para pelayan yang tadinya menghina Anya seketika bungkam dan bisu secara bersamaan. Paris, yang telah mengetahui hal itupun hanya dapat tertawa sinis melihat para gadis licik itu tertampar kenyataan.
Xavier dengan sangat percaya diri, menghadap sang nenek. Tanpa rasa takut pula ia kemudian duduk tepat di samping Adolfo, sang ayah yang sebenarnya masih sangat murka padanya.
Anya sendiri sedang berusaha menguasai diri, karena ia duduk tepat di depan Noah. Mata biru lelaki itu menatapnya sejenak, tatapan menusuk yang entah kenapa membuat Anya tak nyaman. Seakan Noah ingin mengatakan sesuatu dengan tatapan itu.
"Karena kalian semua, cucu-cucu kesayangan ku sudah ada di sini. Mari kita bersulang ..." Roseanne mengangkat gelas wine, kemudian diikuti anggota keluarga yang lain.
Acara makan siang pun dimulai, para pelayan mengantarkan makanan pembuka, hidangan utama, hingga makanan penutup kepada satu per satu orang yang ada di meja makan. Tak ada yang berani mengangkat pandangannya kepada Anya kecuali Paris yang memang sudah Anya anggap sebagai sahabat. Para pelayan yang beberapa waktu lalu menghina dirinya mungkin saja merasa malu atau mungkin marah melihat Anya kini menempati posisi yang diidamkan banyak orang.
Acara makan siang pun selesai. Seperti yang sudah dikatakan oleh Rimar, nenek dari Noah dan Xav itupun mengumumkan satu hal penting yang menjadi syarat mutlak bagi calon pewaris agar lolos ke tahapan selanjutnya.
"Aku tidak akan pilih kasih, asal kalian tahu, nenek melakukan ini karena nenek sudah muak dengan ayah kalian yang begitu egois dan memutuskan tidak lagi mau menikah setelah kematian Issabel. Ini adalah cara agar kalian bisa menebus kekecewaan ku pada ayah kalian. Pernikahan kalian akan dilaksanakan secepatnya, secara bersama-sama."
Kedua pasangan itu sontak bersitatap dengan wajah tegang setelah mendengar penuturan sang nenek. Tapi tak satupun dari mereka berani membantah atau mempertanyakan, karena sang nenek sudah sangat jelas memaparkan semuanya.