Ayah Sheng Yan botak, jadi Sheng Yan memiliki peluang yang besar untuk mengalami kebotakan juga di masa depan.
Memikirkan hal ini, Shi Xi pun diam-diam menghela napas.
'Dia seorang tokoh utama yang tampan, tapi sayang botak.'
Begitu masuk, Sheng Yan langsung melihat presensi Shi Xi.
Tapi dia tidak mengerti kenapa Shi Xi justru menatap kasihan padanya?
'Apa yang harus dikasihani dari diriku?'
Tatapan Sheng Yan jadi tidak senang. Sejak awal dia sudah tidak menyukai Shi Xi, hanya saja kedua orang tuanya sangat mendukung pernikahannya dengan Shi Xi.
Apalagi, Shi Xi juga sangat menyukainya dan selalu menatap kagum padanya.
'Kenapa Shi Xi jadi aneh sejak terakhir kali kita bertemu?'
Tao Yuxuan melenggang pergi setelah mengedipkan mata menggoda, "Kalian bicaralah. Aku akan bermain-main sendiri."
'Aku masih punya urusan sendiri!'
Shi Xi berjalan menuruni tangga dengan pelan seraya bertanya, "Kenapa kamu datang sepagi ini?"
Sheng Yan memasukkan satu tangannya pada saku bajunya dan mengambil sebuah kotak dari dalamnya. Dia kemudian langsung melemparkan kotak itu ke arah Shi Xi dan berkata acuh, "Ini dari Ibuku."
Kotak itu melayang dengan indah di udara dan langsung berhasil ditangkap oleh Shi Xi.
"Bibi memberikannya padaku? Apa?" Shi Xi membuka kotak tersebut dan melihat sebuah gelang giok di dalamnya.
Gelang giok itu berwarna hijau sehingga terlihat sangat elegan jika dilihat dari jauh maupun dekat.
Shi Xi menghela napas, 'jika aku tidak berhasil menangkapnya, gelang ini pasti akan rusak!'
"Ini terlalu mahal." Shi Xi suka sekali gelang ini, tapi dia tidak mau menerima hadiah dari keluarga Sheng.
'Aku merasa seperti menerima mahar perkawinan.'
"Ambil saja." Kata Sheng Yan dengan suara rendah, dia terlihat kikuk sebelum berkata, "Ibuku membeli yang palsu ketika dia memakai gelang itu terakhir kali."
"Bukankah keluargamu membuat perhiasan? Bagaimana bisa membeli barang palsu?" Shi Xi bingung sendiri.
"Oleh karena itulah, Ibuku merasa sangat malu." Sheng Yan tidak berani mengingat wajah Nyonya Sheng saat itu.
'Bisnis perhiasan keluarga Sheng, yakni Sheng Shi Jewelry sangat besar.'
'Tapi Nyonya Shi justru membeli yang palsu.'
Shi Xi akhirnya menerima biaya tutup mulut itu, eh tidak, dia menerima gelang itu dan berjanji, "Tenang saja. Aku tidak akan mengatakan pada siapa pun tentang masalah ini."
Sheng Yan mengangguk ringan dan kembali bersikap arogan.
Keduanya tidak membicarakan masalah pertunangan, jadi suasananya masih tidak terlalu tegang.
Saat inilah, Ning Yu tiba-tiba masuk dari luar.
Ning Yu memiliki kulit yang putih mulus, fitur wajahnya begitu cantik dan dingin, rambut hitam panjangnya itu membuatnya terlihat sangat cerdas. Tapi dia sangat jarang tersenyum, tatapannya begitu dingin, sehingga orang tidak berani mendekat.
"Kamu?" Sheng Yan menatap terkejut pada Ning Yu.
"Kalian berdua saling kenal?" Tanya Shi Xi tanpa sadar.
Setelah menanyakan itu, Shi Xi tersadar kalau dirinya terlalu ikut campur di sini.
Dalam alur yang asli, Ning Yu dan Sheng Yan telah bertemu sebelumnya, dan pada acara perjamuan inilah mereka bertemu secara resmi.
"Tidak, hanya pernah bertemu." Sheng Yan mengulas senyum dan mulai memperkenalkan dirinya, "Halo, aku Sheng Yan."
"Ning Yu." Suara Ning Yu terdengar sangat dingin. Tanpa repot-repot menatap Sheng Yan, dia melenggang ke atas.
Sheng Yan berpikir, "Dia memiliki cukup banyak kepribadian."
Sementara Shi Xi teringat kembali lika-liku kisah keduanya dalam alur yang asli, dia kemudian menepuk bahu pria itu, "Semangat!"
'Jalanmu masih panjang untuk mengejar istrimu!'
Sheng Yan: ??
'Semangat apa?'
'Shi Xi semakin lama semakin aneh saja.'
'Aku semakin tidak bisa memahaminya.'
"Ngomong-ngomong, ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu." Shi Xi masih berdiri di dekat tangga, tepat di samping telinga Sheng Yan, mencoba berbicara padanya dengan suara lirih.
"Tentang apa?" Tanya Sheng Yan.
Shi Xi sudah akan mengatakannya saat seorang pria lain tiba-tiba datang memasuki ruang tamu.
Pria itu mengenakan setelan formal, alisnya lurus dan matannya bersinar. Tatapannya melembut begitu melihat Shi Xi, "Xixi akhirnya kamu pulang juga."