"Oh, benarkah? Mungkin dia ingin membeli sesuatu untuk dimakan, jadi biarkan kita menunggu sebentar lagi " Lewi sangat sabar. Ia bahkan rela menunggu Arabella bahkan untuk sepanjang hari ini? Lagi pula, dia kan tidak memiliki pekerjaan.
Loye mengingatkannya lagi, "Tapi, Nenek, Tuan Muda sudah dengan sengaja membatalkan meeting penting nanti agar untuk berbicara dengan nenek. Anda menunggu seseorang seperti ini, bagaimana dengan Tuan Muda?"
Lewi langsung menegurnya dengan tidak senang, "Aku dan Deon, apakah masih tidak akan bertemu lagi? Kenapa aku berbicara dengannya hari harus hari ini? Apakah besok sudah tidak ada lagi matahari terbit?"
Loye: "...."
Hanya bisa menghela nafas. Namun, tiba-tiba ia menyadari sesuatu, "Nenek, coba perhatikan toko ini? Bukankah tertulis masih belum buka?"
Lewi menajamkan mata tuanya, "Ah, benar, toko ini masih belum buka, lantas mengapa gadis manis tadi masuk ke dalam? Apakah dia bekerja di sini? Dia kan tinggal menunggu surat kelulusan, seharusnya sudah boleh masuk ke perusahaan yang lebih besar, bahkan mungkin Schallert Holdings pun, bisa menerimanya."
"Masuk ke Schallert Holdings?" Sejak kapan standart penerimaan karyawan di S.H hanya cukup dengan kelulusan S1?
Lewi mengerti maksud Loye, jadi dia hanya menajamkan matanya dengan tidak senang.
"Kamu tunggu di sini, aku mau melihat-lihat dulu." Lewi bersiap turun dari mobil.
"Eh, Nenek...." Loye langsung mencegahnya, tetapi nenek tua itu terlalu keras kepala, dia mana mungkin mendengarkan panggilan Loye. Akhirnya dengan sangat terpaksa, Loye ikut turun untuk mengikuti Lewi.
Dari pintu masuk ke toko yang terbuka sedikit, Lewi sudah dapat melihat dengan jelas Arabella yang berdiri di depan seorang pria hampir setengah baya. Dari ekspresinya, terlihat kalau pria itu sedang memarahinya sampi menunjuk-nunjuk wajah Arabella.
Suara yang keras disusul di sana, "Kenapa kau terlambat? 2 jam lagi toko dibuka tetapi bahkan belum ready apa pun. Harga belum ditempel, barang tidak masuk ke dalam rak display. Harga promosi belum diganti dan pajangan untuk barang promosi belum ada. Kamu ini niat kerja, tidak? Kalau tidak niat kerja, besok tidak perlu datang part-time ke sini! Adanya kamu di sini saya pekerjakan adalah biar membantu pekerjaan saya."
Dengan kepala tertunduk, Arabella memohon ampun, "Ma-maaf, bos. Tadi ada sedikit hal di jalan. Besok-"
Lelaki yang sedang dipenuhi emosi itu segera menjawab dengan enteng, "Besok? Kami kira kamu masih bisa datang bekerja ke sini lagi besok? Hari ini saja pun aku sudah tidak memperbolehkanmu membantuku. Kau pulang saja!"
Dari luar, kemarahan Lewi meningkat melihat perlakuan pria itu terhadapnya Arabella. Ia sangat tidak tahan hingga hampir ingin menerobos masuk. Untungnya Loye yang sudah hafal seperti apa seorang Lewi, buru-buru menahan tangan nenek tua itu, "Nenek mau ke mana?"
"Apanya yang mau ke mana? Tentu saja aku ingin memarahi pria itu. Berani sekali dia membentak calon cucu menantu Schallert seperti itu. Toko kecilnya ini saja pun bisa aku beli dalam detik ini, memangnya bisa sombong seperti apa lagi dia?"
Loye menggaruk kepala menghadapi amarah Lewi, tapi dia masih menjelaskan dengan lembut, "Nenek sangat menyukai gadis itu kan?"
Lewi mengangguk dengan pasti.
"Nah, kalau nenek ingin dia menikah dengan Tuan Muda, nenek tidak boleh bersikap seperti ini. Kalau nenek masuk ke sana, nanti kita akan ketahuan kalau sedang mengikutinya, nanti gadis itu berpikir kalau kita sedang mengganggu privasinya. Padahal tadi, dia jelas-jelas melihat kita sudah pergi dan sekarang tiba-tiba Anda ada di depannya, jika dia bertanya alasan kenapa nenek bisa sampai di sini, jawaban apa yang akan Anda berikan? Sementara toko ini masih belum buka."
Lewi menimbangi semua yang dikatakan Loye dan dengan cepat dia sudah setuju. Dengan lesu, nenek tua itu bertanya, "Lalu, sekarang apa yang harus aku lakukan? Dia dimarahi seperti itu, aku sangat sedih. Apalagi, dia terlambat karena menunggumu datang menjemputku. Aku sangat merasa bersalah."
"Iya, mengerti, tetapi Anda memang tidak bisa masuk ke sana, jika Anda tidak mau gadis ini tidak menyukai Anda," pertegas Loye sekali lagi.
Lewi pun hanya bisa mengangguk dengan lesu, "Iya, aku sudah mendengarnya!"
"Kalau begitu, sekarang kita pulang?"
Sekali lagi Lewi mengangguk dengan lesu.
Loye akhirnya menghela nafas lega, dia membantu Lewi berjalan ke mobil. Tapi dia masih bertanya, "Nenek, sebenarnya apa tujuan Anda mengikuti gadis kecil tadi?" Padahal jika ingin menjadikannya sebagai cucu menantu, tinggal jadikan saja. Deon juga pasti tidak akan menolak menikah dengan gadis itu, jika alasannya, dia sudah menolong dan menjaga Lewi tadi.
Seakan mengerti maksud kata-kata Loye, Lewi menjawab, "Aku memang menyukai kepribadiannya yang sederhana. Apalagi saat mengetahui dia bekerja, semakin membuatku sangat terkagum. Ketika dia menolak pergi bersama-sama kita dan memilih naik sepeda mininya ke tempat kerja, aku semakin menyukainya, hanya saja, untuk menjadi menantu keluarga Schallert, dia juga harus memiliki kemampuan."
"Dari pada menyulitkan diri seperti ini, bagaimana kalau aku carikan seseorang untuk mengikuti kesehariannya?' saran Loye. Ini juga dapat membantunya menyelesaikan pekerjaan yang berat yang diberikan Deon padanya. Memikirkan ini, mata Loye menjadi berbinar.
Mendengar usul itu, Loye dengan senang hati mengangguk. "Tapi pastikan orang itu tidak terlalu mengganggu. Aku tidak ingin Arabella merasa tidak nyaman."
"Baik. Hal itu bisa dipastikan. Sekarang, nenek, kita harus pulang. Tuan Muda sudah dalam perjalanan mau ke rumah tua."
Lewi pun hanya bisa mengangguk cemberut.
Malam harinya_
Lewi mendapat laporan tentang keseharian Arabella. Ia pun baru tahu, bahwa di toko kelontong tadi, hanya sebagai pekerja part-time, yang akan memberes-bereskan barang sebelum buka toko. Dia di sana dibayar per-jam, biasanya hanya akan bekerja sampai 3 jam, sebelum masuk ke pekerjaan utamanya, yaitu sebagai karyawan di sebuah perusahaan periklanan. Orang suruhan Loye itu, tentu saja tidak bisa mengetahu apa yang dilakukan Arabella selama di perusahaan tempatnya bekerja. Sehabis bekerja, Arabella pergi ke rumah sakit. Tentang hal ini, tentu saja Lewi tahu tujuannya, pasti mau menjenguk mamanya yang sakit. Tapi, hal yang tidak habis pikir Lewi adalah, begitu pulang dari rumah sakit, Arabella dengan sepeda mininya itu pergi ke toko penjualan alat-alat 'dewasa'.
Mendengar itu Lewi sangat kaget, "Apa kau serius? Kau tidak salah orang, kan?" Dia terlalu yakin, mana mungkin Arabella pergi ke tempat seperti itu. Lagipula, untuk apa dia membeli alat-alat kebutuhan seks?
"Serius Nyonya Schallert, saya tidak mungkin salah orang. Wajahnya sama seperti dalam gambar yang dikirimkan Tuan Loye pada saya. Eh, tunggu sebentar nyonya Schallert, dia sudah keluar dari toko itu."
"Keluar? Cepat lihat apa yang dibawanya."
"Dia membawa kotak yang besar."