"Tuan muda, nona Isabella kabur dari kamarnya!" bisik Raymond -tangan kanan Christian Allen- pada calon pengantin pria yang malang itu.
"Apa maksudmu? Apa kau sudah mencoba mencarinya di semua tempat di hotel ini?" tanya Christian berusaha menguasai diri. Ia tak boleh terlihat kacau di hari pernikahannya. Walau ia tak bisa menutupi bagaimana kecewanya dirinya saat ini.
Ketenangan yang keluar dari bibirnya bisa menipu siapa pun yang mendengarnya, tapi tidak dengan cengkeraman pada Arm Rest miliknya. Pria berkursi roda itu tampak menahan amarah mendengar informasi dari tangan kanannya.
"Kami menemukan ini, Tuan Christ!" ujar Raymond sambil mengulurkan secarik kertas yang ia temukan di ruangan Isabella -calon pengantin wanita- yang kabur itu.
Christ, begitu namanya dipanggil, terlihat menahan amarah yang meletup-letup di dada usai membaca rangkaian kata yang tertulis dalam secarik kertas tersebut.
'Kurang ajar wanita itu! Bagaimana dia bisa meninggalkanku begitu saja?' batin Christian, geram.
"Cari wanita itu sampai dapat! Aku tidak mau semua orang tahu hal ini dan mengakibatkan harga diri Allen Group hancur," titahnya pada seorang pria berbadan tegap tepat di samping kursi rodanya.
Raymond bangun dari posisinya. Demi mengabari hal buruk ini pada tuan mudanya, ia rela bersimpuh dan berbisik di telinga seorang Christian Allen.
Sepuluh menit pencarian, seluruh pengawal dikerahkan mencari pengantin wanita yang hilang, namun tak kunjung menemukan wanita itu.
"Maaf, Tuan muda, nona Isabella tidak ada di semua tempat. Kami sudah mencarinya di mana pun, sepertinya nona sudah jauh-jauh hari merencanakan upaya kabur dari pernikahan ini," jelas Raymond masih dalam mode bisik pada Christian.
Mempelai pria itu tampak syok berat.
Wanita yang ia cintai selama lebih dari 365 hari itu meninggalkannya usai mengucap janji akan menerima dirinya apa adanya pasca kecelakaan yang membuatnya berakhir di kursi roda.
"Isabella, teganya kau melakukan ini padaku," ucap Christian meradang. Ia melihat ke sekeliling dan tatapannya berhenti tepat pada Pastor yang akan memberkati pernikahannya yang sakral.
Raymond merasa bingung. Ini adalah kali pertamanya melihat sebuah pernikahan kacau di mana mempelai wanitanya kabur di hari yang amat dinantikan pasangan sejoli itu.
"Carikan aku gadis muda yang bisa menjadi mempelai wanitaku!" ujar Christian serius di telinga Raymond.
Raymond terperangah.
Bagaimana bisa ia menemukan kandidat yang tepat untuk bersanding dengan tuannya secepat itu? Tuannya memang tampan, kaya, dan memiliki masa depan yang amat cerah. Tapi ada satu kelemahan dari pria muda yang amat ia hormati itu, yaitu Christian Allen yang kini duduk di kursi roda setelah mengalami kecelakaan naas yang membuatnya lumpuh.
Kata dokter beberapa waktu lalu, kecil kemungkinan untuk tuannya sembuh. Tapi tidak untuknya, ia percaya akan mukjizat Tuhan. Ia beranggapan tuannya hanya sedang sakit biasa, dan tak lama lagi pasti akan sembuh.
Tak ada yang bisa memprediksi masa depan seseorang, bukan?
"Apa kau mendengarku?" bisik Christian penuh ketegasan.
Hal itu membuat pikiran Raymond kembali ke alam sadarnya.
Sedikit terbata-bata, ia pun mengangguk mantap mematuhi perintah tuan mudanya, "Baik, Tuan. Saya akan segera mencari gadis yang layak bersanding dengan tuan muda."
"Tunggu!" cegah Christian yang mencengkeram pergelangan tangan Raymond.
"Ada apa, Tuan?" tanya Raymond penuh keheranan. Ia tetap dalam posisinya walau sedikit merasakan kebas pada lututnya efek bersimpuh lumayan lama.
"Cari gadis yang tak akan mempersulit diriku karena pernikahan ini! Kau tahu maksudku, bukan?" titahnya tegas, ia tak mau ada kesalahan yang akan dilakukan kepercayaannya tersebut.
"Baik, Tuan! Saya akan melaksanakan perintah Tuan dengan baik. Ijinkan saya undur diri," pamitnya begitu sopan seraya bangun dari posisinya. Ia tetap saja begitu hormat pada Christian setelah apa yang menimpa tuannya itu.
Christian mengangguk pelan membiarkan Raymond melakukan tugasnya.
Ada keraguan di dalam hatinya usai memberikan titah pada Raymond.
Mampukah pria itu melakukan semuanya sesuai dengan perintahnya?
**
"Sudah bisakah kita mulai acara pemberkatan pernikahan ini, Tuan Christian?" tanya Pastor Lucas pada sang mempelai pria yang saat ini masih sibuk menenangkan diri usai ditinggalkan Isabella.
Christian mendesah pelan. Ia menarik napas dalam-dalam berusaha menjernihkan pikirannya yang keruh. Ia benar-benar tak bisa berpikir logis untuk saat ini.
Jawaban apa yang harus ia ucapkan pada sang pastor?
"Maaf, Pastor, saya harus menjemput calon mempelai wanita ke ruangannya. Ini dia, calon mempelai wanita yang beruntung menjadi pasangan tuan Christian," serobot Raymond sambil menunjukkan seorang wanita pada pastor yang akan menikahkan calon pasangan suami istri di altar pernikahan.
Christian yang awalnya menunduk lesu kini mendongakkan kepala untuk melihat siapa wanita yang akan dinikahinya saat ini.
Alessia Falco.
"Kau?" ujar Christian tampak kebingungan.
Pria tampan itu mengarahkan pandangan tepat pada tangan kanannya. Raymond yang tahu jelas apa arti dari tatapan itu hanya mengangguk yakin tanpa sepatah kata pun keluar dari bibirnya.
Christian memicingkan mata selama beberapa saat, ia memindai penampilan gadis yang berdiri di belakang Raymond.
Gadis itu terlihat cantik. Kecantikan alami begitu terpancar dari wajahnya. Ia menggelayut malu di lengan ayahnya, Matthew Falco.
Christian baru menyadari bahwa gadis ini ternyata memiliki paras yang melebihi kaum hawa lainnya.
Allesia memang sangat cantik dalam balutan gaun berwarna putih gading yang panjangnya sampai menyapu lantai.
Dengan model bahu terbuka ditutupi brokat transparan dan perutnya yang dililit korset dengan warna yang sama, membuat gadis itu tampak berbeda dengan hari-hari biasanya.
Rupanya ia didapuk menjadi bridesmaid di hari pernikahan tuan mudanya. Entah apa yang ada di dalam pikiran Raymond saat membawa gadis ini ke altar yang suci?
"Ada apa, Tuan Christian? Apa anda sudah tak sabar melakukan pemberkatan ini? Sedari tadi anda terus memperhatikan calon istri anda yang cantik. Betul begitu?
Kalau memang begitu, tak perlu berlama-lama, kita bisa segera memulai acara pemberkatannya," ujar sang pastor menyimpulkan, ia sepertinya telah salah paham mengartikan gerak-gerik Christian saat ini.
Christian tak menjawab lewat kata. Ia hanya mengangguk pelan sambil mengamati wajah gadis di sampingnya.
"Biarkan saya yang mendorongnya, Tuan Raymond!" ujar Allesia sopan tanpa bermaksud menyinggung tuan mudanya yang sebentar lagi resmi menjadi suaminya.
Alessia tahu ia hanyalah bidak kecil yang dimanfaatkan dalam pernikahan ini. Ia tahu dirinya hanyalah seorang istri pengganti.
Hanya sekedar istri pengganti. Tak lebih dari itu. Semua itu ia lakukan demiโฆ
"Raymond, tetap di posisimu! Aku hanya menyuruh orang yang kutunjuk untuk mendorong kursi rodaku," ucapannya begitu lantang pada sosok tegap di samping calon istrinya. Pandangannya segera beralih pada Allesia, "saat ini kau adalah calon istriku, jadi tetaplah dalam batasanmu. Kau mengerti hal itu bukan, Alessia Falco?"
Alessia terdiam.
Belum menikah saja, pria itu sudah sedingin ini padanya. Ada benteng tak kasatmata yang memisahkan dirinya dan Christian.
Bagaimana nanti jadinya hubungan mereka setelah menikah?
Allesia dilemaโฆ
To be continueโฆ
**