Tapi, ada apa dengan ekspresinya saat ini? Mengapa seperti terlihat menahan sakit?!
Arabella tersadar setelah tertegun beberapa saat. Wajah pria itu berkeringat dan memerah, padahal dia dapat merasakan pendingin udara yang sangat kuat dari dalam kamarnya.
"Apa kau baik-baik saja?" Inilah sifat alami Arabella, dia paling tidak bisa melihat 'sesamanya' manusia kesakitan. Sifatnya yang lembut akan mendorongnya untuk membantu mereka.
Arabella menghilangkan rasa takut di hatinya dan berjalan mendekati pria itu sambil terus berkata. "Hei, apakah ada yang tidak nyaman? Perlu aku memanggil dokter?" Saat tangannya bersiap untuk menyentuh kening Deon, Deon sudah lebih dulu menangkap tangannya dan menggenggamnya dengan kuat.
"Mengapa kau yang datang ke sini?" Mendengar bahwa yang menghampirinya adalah seorang wanita, Deon menjadi sangat marah.
"A-aku ..... mengantar barang untukmu?" jawab Arabella dengan gugup. Pria ini, walaupun terlihat seperti kesakitan, tetapi auranya malah sangat menakutkan.
Tetapi itu bukan hal yang paling penting, Arabella dapat melihat jelas kesakitan yang dirasakan pria itu, serta tubuhnya pun sangat panas. Dokter harus segera menanganinya!
"Hei, aku melihatmu kesakitan, apakah perlu aku panggilkan dokter untukmu?" ucapnya. Tangannya yang lain yang masih bebas, masih dengan berani menyentuh kening Deon.
"Jangan sentuh!" hardik Deon sambil segera menjauh.
Dia tidak mengerti, saat tangan wanita ini menyentuhnya, tubuhnya seperti terasa disengat listrik. Ada getaran, keinginan, serta kenyamanan ketika kulit mereka bertemu.
Ugh...
Arabella tersentak dan tangannya melayang di udara. Setelah beberapa saat, dia berucap, "Oh, baiklah. Aku tidak akan mengganggumu. Aku ke sini untuk mengirimkan barang yang kau beli dari toko kami." Arabella menyerahkan satu dus box berukuran 'large' kepada Deon.
Mata Deon yang memerah, menyipit menatap Arabella, "Apa maksudmu? Aku membeli barang?"
Arabella tidak memedulikan kebingungan yang terpasang di wajah Deon, dia malah berkata, "Karena kau sudah menerima barangmu, maka aku sudah bisa pergi sekarang." Dia menarik tangan besar Deon dan meletakkan dus box itu ke telapak tangannya.
Namun...
Ketika Arabella bersiap untuk pergi, tangannya yang tadi menarik tangan Deon malah ditahan. Samar-samar terdegar ocehan ringan dari mulutnya, "Nyaman sekali....."
Arabella kebingungan hingga matanya hampir meninggalkan rongga. Ketika dia bersikeras untuk menarik tangannya kembali, Deon malah menggerutu dengan tidak senang, "Jangan, aku mohon. Panas.... Aku sangat panas. Seluruh tubuhku sangat panas." Dia memohon dengan sangat menyedihkan.
Pengaruh obat perangsang yang diminum Deon sudah menguasai seluruh akal sehatnya. Dia sudah tidak dapat lagi menahan gejolak dan perasaan tidak nyaman dalam dirinya, sehingga barulah dia bersikap seperti tadi. Akal sehatnya, bisa dikatakan sudah tidak berjalan lagi untuk saat ini.
Hal yang seperti yang tidak bisa diabaikan oleh Arabella. Hatinya pasti akan selalu mengajak dirinya untuk harus memedulikan orang yang ada di depannya ini.
"Kau kepanasan? Baiklah, aku akan membantumu ke dalam. Kau memang terlihat tidak baik-baik saja sekarang." Arabella mengangkat lengannya untuk mencoba memapah Deon. "Kau patuhlah, jangan sembarangan bergerak. Apa kau tidak tahu kau sangat berat?" ucapnya lagi, ketika Deon malah mencoba menarik tangan Arabella dari pundaknya sendiri.
"Panas.... Sangat panas," erangnya lagi.
"Iya, aku tahu, aku tahu, dokter pasti akan segera datang. Sekarang kita harus membawamu ke ranjang dulu," ucap Arabella dengan sabar. Dia menggunakan seluruh tenaganya untuk menyeret tubuh Deon yang sedang ia papah ke dalam kamar hotel.
"Sangat nyaman... Sangat, sangat nyaman," lenguh Deon ketika ia berhasil menangkap telapak tangan Arabella dan meletakkan di pipinya yang panas.
Arabella menyengit. Pria ini sangat tidak patuh! Tetapi karena sedang dalam kondisi yang tidak baik, maka Arabella hanya bisa bersabar dan terus menggotongnya ke ranjang.
Huffhh....
Arabella menghela nafas dengan kasar begitu ia berhasil melempar Deon ke atas ranjang. Ia menghapus keringat di dahinya.
Deon dan dia memiliki perbedaan tinggi yang cukup mencolok, diperkirakan 23 cm. Tentu saja ketika menggotongnya, menguras banyak energi. Apalagi jarak pintu ke ranjang, ada sekitar 5M. Yang paling penting, tenaga wanita tidaklah sebanding dengan pria, apalagi dengan pria yang memiliki perbedaan tinggi 23cm darinya.
Merasa bahwa dirinya sudah kehilangan kehangatan yang membuatnya nyaman, Deon menjadi tidak senang. Matanya masih tertutup namun ia segera bangkit duduk, di detik berikutnya, ketika Arabella bersiap merapikan posisi tidur Deon, pria itu malah sudah menerjangnya. Ia menarik tubuh mungil Arabella dan mengurung dalam pelukannya. Pelukan itu sangat erat, sehingga Arabella kesulitan untuk bernafas.
"Lepaskan aku!!" ronta Arabella. Kini dirinya mulai ketakutan. Bagaimana tidak, dia berada dalam satu ranjang dengan seorang pria yang sedang 'tidak normal' perangainya.
Arabella mengatur pernapasannya, "Kamu ... Kamu bukannya sakit? Kalau begitu lepaskan aku dulu agar aku dapat menghubungi dokter untukmu."
Deon membuka mata. Bola mata yang merah itu menatap tajam pada Arabella dengan sedikit menyipit. "Kau .... bantu aku sembuh," ucap Deon dengan suara jantan yang serak.
Pikirannya sudah buntu, ketika kulitnya bersentuhan dengan kulit Arabella, dia merasa sangat nyaman sehingga dia memutuskan untuk tidak melepaskan wanita ini.
Suara itu seperti sihir, membuat Arabella bengong beberapa saat. Seperti sedang menarik jiwanya keluar dari tubuhnya dan dia berkelana karena suara magnetis itu.
Sebelum Arabella tersadar, Deon sudah menyentuh wajah mungilnya. Sebuah seruan kecil keluar dari bibirnya, "Sangat nyaman."
Nafas Deon yang panas saat berbicara, menyapu wajah Arabella. Wanita itu segera tersadar. Otaknya merespons bahwa saat ini dirinya berada dalam bahaya!
Ketika dia siap untuk berteriak, Deon sudah mencuri ciuman dari bibirnya. Dalam sekejap saja, Deon sudah menguasai rongga mulut kecil Arabella.
Arabella masih belum mampu mencerna segala yang terjadi. Dia bengong di bawah desakan Deon yang terus mencium bibirnya dengan rakus. Bahkan, saat ini, Deon dengan gigih sudah menarik dan menghisap bibir bawahnya.
Ini hal yang aneh juga yang pertama kali dialami Arabella bahkan setelah 21tahun usianya.
"Gadis, apakah kau tidak bisa membalasku? Mengapa hanya diam saja? Apakah aku sedang berurusan dengan patung wanita?"
Suara itu menarik Arabella untuk kembali. Begitu ia tersadar, ia segera mendorong Deon dengan kuat, tetapi itu sama sekali tidak berguna, kekuatannya tidak bisa dibandingkan dengan kekuatan Deon.
Gerakan penolakan Arabella membuat Deon semakin bersemangat. Ia mengurung Arabella semakin erat lagi dalam pelukannya. Ia pasti tidak akan membiarkan perempuan ini lari darinya.
Deon malah terus menciumi bibir Arabella dengan bersemangat. Sesekali ia bermain dengan lidahnya di rongga yang sempit itu.
Ini sangat aneh. Arabella merasa ada sesuatu yang muncul di hatinya, tetapi dia tidak memiliki waktu untuk memikirkan itu dan terus meronta.
"Jangan menolakku. Aku sungguh ingin. Aku sungguh panas," erang Deon. Ditolak seperti ini tentu saja Deon sangat tidak suka, tetapi entah mengapa, dia juga tidak tega untuk memaksa wanita ini.
Bujukan Deon membuat Arabella mematung. Apakah pria ini sedang memohon padanya?